nusabali

Seni Performans ‘Domestication’ di Tonyraka Art Gallery

Menimbang Ulang Relasi Manusia - Hewan

  • www.nusabali.com-seni-performans-domestication-di-tonyraka-art-gallery

Dalam Domestication, penonton diajak merenungkan bagaimana nasib ayam ditentukan oleh manusia, seperti dimutilasi, diwarnai dengan warna cerah sesuka hati, dibuat bertarung sampai mati dalam sabung, hingga disembelih demi dagingnya.

GIANYAR, NusaBali 
Di tengah sangkar bambu besar, Aleksandar Timotić dengan wajah datar menyanyikan lagu opera sambil melempar bulir-bulir jagung kepada ayam-ayam di hadapannya. Di luar sangkar terbuat dari bambu tersebut beberapa orang melakukan ritual melepas bulir-bulir jagung dari bonggolnya. 

Seni performans berjudul ‘Domestication’ ini menjadi salah satu bagian dari mega festival Indonesia Bertutur 2024 yang berlangsung pada 7 - 18 Agustus 2024 di tiga lokasi di Bali, yang Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati dan Kelurahan/Kecamatan Ubud, Gianyar, serta di Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung.

Karya Aleksandar Timotić, seniman asal Serbia berdarah Jerman, tampil di Tonyraka Art Gallery, Ubud, Gianyar, pada 7-10 Agustus 2024. Karya Aleksandar Timotić yang setiap hari performansnya berlangsung kurang lebih 1,5 jam mengundang kita untuk menjelajahi secara personal maupun universal, tentang hubungan rumit antara manusia dan hewan. 

Direktur Artistik Indonesia Bertutur 2024 Melati Suryodarmo menyampaikan, karya Timotić sejalan dengan tema yang diangkat festival dua tahunan, ‘Subak: Bersama Menuju Harmoni’. “Kuratorial dari Indonesia Bertutur 2024 bersumber pada Subak sebagai inspirasi,” ujarnya ditemui di Tonyraka Art Gallery, Rabu (7/8). 

Lebih lanjut, kata Melati, subak sebagai organisasi sosial tradisional Bali berlandaskan pada Tri Hita Karana, yakni harmoni manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, alam, dan sesama manusia itu sendiri. Karya Timotić menekankan pada hubungan manusia dengan lingkungan alamnya. 

Karya ini mengeksplorasi proses dari domestikasi yang sudah ada sejak zaman nenek moyang dan terus berlangsung hingga sekarang, sebuah fenomena tingkah laku manusia yang terjadi secara bertahap dan tersebar luas di berbagai wilayah geografis dan dibentuk oleh berbagai eksperimen dan adaptasi. Melalui sudut pandang ini, Timotić mempertanyakan bagaimana manusia dalam sejarahnya mengambil peran dalam mengendalikan dan merawat pasokan sumber daya yang penting.

Dalam Domestication, penonton diajak merenungkan bagaimana nasib ayam ditentukan oleh manusia, seperti dimutilasi, diwarnai dengan warna cerah sesuka hati, dibuat bertarung sampai mati dalam sabung, hingga disembelih demi dagingnya. 

Selama berabad-abad, ayam telah senantiasa memberi lebih banyak daripada yang manusia berikan kepada mereka, sembari membentuk ikatan dengan manusia, bahkan sampai saat mereka disembelih. 

Lebih jauh, menurut Melati, industri makanan saat ini juga telah merubah relasi manusia dengan alam, termasuk hewan. Banyak hewan sebagai sumber makanan, dimodifikasi secara genetik, demi mampu memasok kebutuhan manusia akan pangan. 

“Masyarakat sekarang sadar nggak dengan industri makanan?” tanya seniman kelahiran Solo, Jawa Tengah. 

Terkurung di dalam kandang hasil perbuatannya sendiri, Timotić bertanya-tanya siapa yang sedang mendomestikasi siapa, dan yang lebih penting, mengapa ia terus bernyanyi. Domestication menjadi karya kontemplatif yang mencerminkan kerumitan hubungan manusia dan hewan, mengajak kita untuk menengok kembali kemungkinan hubungan yang bisa muncul melalui tindakan saling peduli dan empati. 

Melati berharap ada kesadaran baru mengenai hubungan manusia dengan hewan. Menurutnya, seni menjadi cara yang soft untuk melakukan perubahan di masyarakat. Melalui karya seni para masyarakat diajak berefleksi menggunakan rasa dan pikiran. “Ini adalah pergerakan dalam arti yang soft. Lebih kepada sesuatu yang bisa menggerakkan batin,” kata Melati.

Karya Timotić merupakan sebuah percakapan yang berkelanjutan dan relasional, menantang semua pihak untuk memikirkan ulang interaksi manusia dengan alam dan sesama. la mengundang kita untuk melambat, mengamati, dan terlibat dalam perubahan halus dan transformatif yang akan mendefinisikan keberadaan kita bersama. 

Karya Timotić menawarkan pemahaman yang lebih dalam tentang rentannya keseimbangan dalam domestikasi, dan menumbuhkan ruang di mana saling menghargai dan memahami bisa bersemi secara alami.7a 

Komentar