Penyuluh Temukan 41 Lontar Rusak
Pengunjung stand pameran Penyuluh Bahasa Bali diajarkan menulis lontar dan menulis aksara Bali menggunakan Bali Simbar.
NEGARA, NusaBali
Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Jembrana yang melakukan identifikasi dan konservasi menemukan 312 cakep lontar di Jembrana. Dari 312 cakep lontar itu, 41 di antaranya rusak parah dan tidak terbaca. Kerusakan lontar kebanyakan akibat kurang terawat. Ironisnya, banyak yang menyimpan lontar tanpa tahu isinya.
Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Jembrana, Putu Wahyu Wirayuda mengatakan, dari 312 cakep lontar yang ditemukan, baru sekitar 50 persen dikonservasi. Sesuai rencana, identifikasi dibarengi konservasi lontar akan dilaksanakan secara berkesinambungan. “Program ke depan, kami melakukan digitalisasi lontar bekerjasama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jembrana,” terang Wahyu Wirayuda saat jaga stand Penyuluh Bahasa Bali di Pameran Inkra, belakang kantor Bupati Jembrana, Senin (14/8).
Dikatakan, selama melakukan upaya identifikasi serta konservasi, Penyuluh Bahasa Bali banyak menemukan pemilik yang nengetang (menganggap keramat) lontarnya. Sehingga mereka tak pernah baca lontar-lontar itu dan sampai sekarang tidak tahu isinya. Melalui upaya-upaya pendekatan, termasuk ikut pameran Inkra Jembrana masyarakat diajak melestarikan lontar miliknya. Ia juga mengajak ubah anggapan lontar itu tenget (sakral).
Selain memberikan edukasi mengkonservasi lontar, Penyuluh Bahasa Bali berikan kesempatan masyarakat menulis lontar di stand pameran Inkra. Pengunjung yang tertarik juga diajarkan menulis aksara Bali menggunakan aplikasi Bali Simbar. “Antusiasme masyarakat bagus. Banyak anak-anak muda mau mencoba menulis lontar. Saat pembukaan, pak Wakil Bupati juga mencoba menulis lontar,” ungkap Wahyu Wirayuda. *ode
Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Jembrana, Putu Wahyu Wirayuda mengatakan, dari 312 cakep lontar yang ditemukan, baru sekitar 50 persen dikonservasi. Sesuai rencana, identifikasi dibarengi konservasi lontar akan dilaksanakan secara berkesinambungan. “Program ke depan, kami melakukan digitalisasi lontar bekerjasama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jembrana,” terang Wahyu Wirayuda saat jaga stand Penyuluh Bahasa Bali di Pameran Inkra, belakang kantor Bupati Jembrana, Senin (14/8).
Dikatakan, selama melakukan upaya identifikasi serta konservasi, Penyuluh Bahasa Bali banyak menemukan pemilik yang nengetang (menganggap keramat) lontarnya. Sehingga mereka tak pernah baca lontar-lontar itu dan sampai sekarang tidak tahu isinya. Melalui upaya-upaya pendekatan, termasuk ikut pameran Inkra Jembrana masyarakat diajak melestarikan lontar miliknya. Ia juga mengajak ubah anggapan lontar itu tenget (sakral).
Selain memberikan edukasi mengkonservasi lontar, Penyuluh Bahasa Bali berikan kesempatan masyarakat menulis lontar di stand pameran Inkra. Pengunjung yang tertarik juga diajarkan menulis aksara Bali menggunakan aplikasi Bali Simbar. “Antusiasme masyarakat bagus. Banyak anak-anak muda mau mencoba menulis lontar. Saat pembukaan, pak Wakil Bupati juga mencoba menulis lontar,” ungkap Wahyu Wirayuda. *ode
1
Komentar