nusabali

DIA Foundation Rilis Buku Cerita Bergambar

Edukasi Cegah Pelecehan dan Kekerasan Seksual

  • www.nusabali.com-dia-foundation-rilis-buku-cerita-bergambar

SINGARAJA, NusaBali - Sebanyak lima buku cerita bergambar bertema edukasi seksual untuk pelajar dirilis DIA Foundation Bali bekerjasama dengan Pertamina Foundation.

Bekerjasama dengan lima penulis dari sejumlah kabupaten/kota di Bali, buku cerita bergambar ini diharapkan bisa mengedukasi dan mencegah pelecehan serta kekerasan seksual pada anak. 
 
Rilis buku cerita bergambar ini dilakukan di kawasan Denpasar, Sabtu (10/8) lalu. Lima buku yang dirilis ini merupakan tulisan terpilih dari peserta workshop yang digelar pada Februari 2024 lalu. Kelima buku cerita bergambar itu yakni berjudul Ami Si Pemberani karya Desak Putu Sutariani, Putri Malu Jangan Malu karya Made Adnyana, Menstruasi  karya Putu Ayu Eka Arseni, Aku Bisa Sendiri karya Ida Ayu Eva Putri dan Mana Yang Boleh Difoto? karya Luh Wanda Putri Pradanti. 
 
Seluruh penulis berproses dari Februari-Juli 2024 dimentori oleh Debby Lukito Goeyardi, seorang penulis buku anak dan aktivis literasi nasional di bawah Kemdikbud Ristek RI. Pendiri DIA Foundation Sutaningrat Puspa Dewi mengatakan, perilisan buku cerita bergambar ini adalah menindaklanjuti penerbitan modul pendidikan seksual pada tahun 2022 lalu. 
 
Melihat perkembangan kasus-kasus pelecehan dan seksual makin marak, DIA Foundation memandang perlu satu terobosan untuk memperluas edukasi dan cara-cara yang lebih praktis dan sederhana. Targetnya pendidikan seksual tidak hanya di sekolah, tetapi juga bisa digencarkan di rumah. 
 
“Buku cerita ini kami yakini sebagai sarana belajar yang efektif dalam menciptakan ruang diskusi seputar pendidikan seksual antara orang tua dan anak saat di rumah ataupun antara guru dan murid-murid di kelas. Edukasi seksual selama ini masih dianggap tabu dan kesulitan menemukan pintu masuk saat memulai diskusi dengan anak,” terang Puspa. Dia berharap edukasi pendidikan seksual ini mampu menjadi gerakan pencegahan pelecehan dan kekerasan seksual. 

Sementara itu, salah satu penulis Luh Wanda Putri Pridanti asal Singaraja mengatakan tertarik mengikuti proyek ini karena relevan dengan beberapa kasus yang ditemui di lingkungan sekitarnya. 
 
Wanda yang juga guru SMPN 3 Banjar ini menyebut kasus pelecehan dan kekerasan seksual sering kali terjadi dan menimpa anak karena kurangnya edukasi. Dia pun berfokus pada perkembangan digital yang sering kali menjebak anak menyebarkan konten foto video yang berbau seksual yang dapat menjebak diri sendiri. 
 
“Pemilihan judul Apa Yang Boleh Difoto? Terinspirasi dari beberapa kasus yang berujung pelecehan seksual. Baik penyebaran foto atau video anak-anak yang masih polos karena mereka tidak tahu batasan menggunakan media sosial. Lewat buku ini harapannya mereka tahu batasan tidak merekam atau memfoto area pribadi,” papar guru Matematika ini, Senin (12/8) kemarin. 
 
Buku cerita bergambar dengan 16 halaman ini pun merupakan buku ke 7. Khusus buku cerita karya Wanda bekerjasama dengan illustrator Wayan Suamba. Wanda yang juga menguasai ventriloquist (pertunjukan seni suara perut untuk boneka tangan), mengatakan, melalui buku cerita ini anak-anak bisa lebih paham tentang pendidikan seksual agar tidak terjerumus akibat kurangnya pengetahuan.7 k23

Komentar