KONI Badung Prioritaskan Monev Cabor Gagal ke PON
MANGUPURA, NusaBali - Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Badung gencar melakukan monitoring dan evaluasi (Monev) sejumlah cabang olahraga (Cabor) yang menjadi anggotanya. Menariknya, Monev ini justru diprioritaskan untuk cabor yang gagal mengirimkan atletnya ke PON Aceh dan Sumatera Utara pada September mendatang. Hal itu untuk melihat kesiapan Cabor menghadapi Porprov Bali 2025.
Ketua Umum KONI Badung, Made Nariana menerangkan kegiatan monev digenjot kembali sejak minggu lalu usai rehat karena kegiatan KONI Badung Sport Tourism (KBST) 2024. Monev ini mengenai program latihan rutin para atlet-atlet pemula dan remaja yang disiapkan khusus untuk Porprov Bali 2025 sebagai pelapis para atlet senior.
"Monev cabor memprioritaskan lebih awal kegiatan monev khusus bagi cabor-cabor yang tidak meloloskan atletnya ke PON XXI Aceh/Sumut 2024," kata Nariana, Senin (12/8)
Menurut Nariana, bukan karena tanpa alasan karena atlet Badung yang jumlahnya 175 orang ditambah 60 pelatih dan ofisial, serta wasit juri sebanyak 12 orang sekarang jadi tanggung jawab penuh KONI Bali. Dikhawatirkan, kalau KONI Badung memonev atletnya dalam kegiatan pelatihan daerah (Pelatda) saat ini akan ada tumpang tindih dengan program latihan yang disiapkan tim pelatih PON Bali.
"Kami tidak mau kalau tempat pelaksanaan monev dilakukan di tempat penyelenggaraan pelatda. Karena tujuan monev sendiri dititik beratkan untuk persiapan atlet-atlet Badung jelang pelaksanaan Porprov Bali 2025 mendatang," kata Nariana.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi sendiri tidak hanya terhadap kegiatan atlet dalam latihan, kata Nariana, juga monev penggunaan dana pembinaan yang sudah turun pada pertengahan tahun ini. Nariana menekankan agar dana benar-benar dipergunakan dengan baik dan tepat sesuai peruntukannya. Pengurus cabor wajib membuat laporan rinci penggunaan dana, karena akan diadakan monev khusus soal keuangan.
Nariana pun berpesan agar seluruh atlet-atlet Badung berlatih dengan keras. Atlet itu berprestasi karena by design (dengan rancangan pelatih) bukan by accident, atau karena lawan kecelakaan atau karena sakit. Karena itu tidak hanya bagi atlet, kata Nariana, tapi pelatih juga wajib membuat program yang mengikuti perkembangan teknologi atau berdasar sport science. dar
Komentar