Balita Usia 19 Bulan Tewas Mengambang di Muara Sungai
Seorang balita perempuan berusia 19 bulan, Putu Laksmi Prita Arimbawa Putri, ditemukan tewas mengambang di muara sungai Lingkungan Banyuning Utara, Kelurahan Banyuning, Kecamatan/Buleleng, Senin (14/8) sore.
SINGARAJA, NusaBali
Diduga kuat, balita yang sudah lancar berjalan ini jatuh ke sungai ketika diam-diam mengikuti buyutnya ke pinggir pantai dekat rumahnya.
Peristiwa maut yang merenggut nyawa Putu Laksmi Prita Arimbawa Putri terjadi Senin sore sekitar pukul 16.30 Wita. Sebelum musibah maut, kedua orangtua si balita, Komang Agus Arimbawa, 24, dan Kadek Mei Astini, 18, tidak ada di rumah. Bayi Putu Laksmi saat itu berada di rumah bersama nenek dan kedua buyutnya.
Menurut ibunda si bayi, Kadek Mei Astini, kala itu dia meninggalkan putri pertamanya tersebut untuk bekerja sebagai tukang sapu di rumah pamannya, yang masih di Lingkungan Banyuning Utara. “Tadi saya tinggal kerja menyapu. Anak saya ditinggal di rumah bersama nenek dan buyutnya. Sudah biasa saya tinggal sebentar saat kerja menyapu di rumah paman,” tutur Mei Astini saat ditemui NusaBali di rumah duka, Senin petang.
Sore sekitar pukul 16.30 Wita, Mei Astini dicari oleh suaminya, Komang Agus Arimbawa, untuk mengambil sepeda motor di tempat kerja. Saat itulah Agus Arimbawa menanyakan putri balitanya, karena tidak ada di rumah.
Mendapat informasi tersebut, Mei Astini pun langsung pulang ke rumahnya. Saat tiba di sekitar rumahnya yang berhadapan langsung dengan pantai, Mei Astini menyaksikan sudah ramai keluarga dan tetangganya mencari keberadaan putri balitanya. Berdasarkan keterangan keluarganya di rumah, balita Putu Laksmi diduga kuat diam-diam mengikuti buyutnya (ayah dari sang kakek), Made Karta, 70, yang berjalan-jalan di pinggir pantai.
Tak lama berselang, balita yang baru bisa berjalan ini ditemukan sudah mengambang dalam kondisi sekarat di muara sungai berdalaman 1 meter, yang berjarak sekitar 500 meter sebelah barat rumahnya. Adalah Mei Astini sendiri yang pertama kali menemukan putri balitanya mengambang di muara sungai.
Begitu ditemukan, balita Putu Laksmi yang masih bernapas langsung dilarikan ke RS Kertha Usada Singaraja. Namun, nyawanya tidak tertolong, karena balita usia 19 bulan ini dinyatakan sudah meninggal saat tiba di rumah sakit. “Saya sempat memberikan napas buatan dan keluar buih dari mulut putri saya saat dalam perjalanan ke rumah sakit,” tutur ayah si bayi, Agus Arimbawa.
Sementara itu, buyut korban, Made Karta, shock berat atas kematian tragis cicitnya tersebut. Dia tidak tahu sama sekali kalau cicitnya ini diam-diam mengikuti langkahnya ke pantai. Pantauan NusaBali, pria berusia 70 tahun ini sempat menangis sambil tiduran, hingga ditenangkan keluarganya.
Hingga tadi malam, jenazah balita korban tewas di muara sungai ini masih disemayamkan di rumah duka di Banjar Banyuning Kaja, Desa Pakraman Banyuning. Pihak keluarga masih merembukkan dewasa ayu (hari baik) penguburan balita malang ini. *k23
Peristiwa maut yang merenggut nyawa Putu Laksmi Prita Arimbawa Putri terjadi Senin sore sekitar pukul 16.30 Wita. Sebelum musibah maut, kedua orangtua si balita, Komang Agus Arimbawa, 24, dan Kadek Mei Astini, 18, tidak ada di rumah. Bayi Putu Laksmi saat itu berada di rumah bersama nenek dan kedua buyutnya.
Menurut ibunda si bayi, Kadek Mei Astini, kala itu dia meninggalkan putri pertamanya tersebut untuk bekerja sebagai tukang sapu di rumah pamannya, yang masih di Lingkungan Banyuning Utara. “Tadi saya tinggal kerja menyapu. Anak saya ditinggal di rumah bersama nenek dan buyutnya. Sudah biasa saya tinggal sebentar saat kerja menyapu di rumah paman,” tutur Mei Astini saat ditemui NusaBali di rumah duka, Senin petang.
Sore sekitar pukul 16.30 Wita, Mei Astini dicari oleh suaminya, Komang Agus Arimbawa, untuk mengambil sepeda motor di tempat kerja. Saat itulah Agus Arimbawa menanyakan putri balitanya, karena tidak ada di rumah.
Mendapat informasi tersebut, Mei Astini pun langsung pulang ke rumahnya. Saat tiba di sekitar rumahnya yang berhadapan langsung dengan pantai, Mei Astini menyaksikan sudah ramai keluarga dan tetangganya mencari keberadaan putri balitanya. Berdasarkan keterangan keluarganya di rumah, balita Putu Laksmi diduga kuat diam-diam mengikuti buyutnya (ayah dari sang kakek), Made Karta, 70, yang berjalan-jalan di pinggir pantai.
Tak lama berselang, balita yang baru bisa berjalan ini ditemukan sudah mengambang dalam kondisi sekarat di muara sungai berdalaman 1 meter, yang berjarak sekitar 500 meter sebelah barat rumahnya. Adalah Mei Astini sendiri yang pertama kali menemukan putri balitanya mengambang di muara sungai.
Begitu ditemukan, balita Putu Laksmi yang masih bernapas langsung dilarikan ke RS Kertha Usada Singaraja. Namun, nyawanya tidak tertolong, karena balita usia 19 bulan ini dinyatakan sudah meninggal saat tiba di rumah sakit. “Saya sempat memberikan napas buatan dan keluar buih dari mulut putri saya saat dalam perjalanan ke rumah sakit,” tutur ayah si bayi, Agus Arimbawa.
Sementara itu, buyut korban, Made Karta, shock berat atas kematian tragis cicitnya tersebut. Dia tidak tahu sama sekali kalau cicitnya ini diam-diam mengikuti langkahnya ke pantai. Pantauan NusaBali, pria berusia 70 tahun ini sempat menangis sambil tiduran, hingga ditenangkan keluarganya.
Hingga tadi malam, jenazah balita korban tewas di muara sungai ini masih disemayamkan di rumah duka di Banjar Banyuning Kaja, Desa Pakraman Banyuning. Pihak keluarga masih merembukkan dewasa ayu (hari baik) penguburan balita malang ini. *k23
1
Komentar