‘Samsara’ Karya Garin Nugroho, Kolaborasi Budaya di Festival Indonesia Bertutur 2024
MANGUPURA, NusaBali.com - Film bisu hitam putih berjudul ‘Samsara’ karya sutradara terkenal Garin Nugroho akhirnya tayang di Indonesia. Bali mendapat kehormatan sebagai lokasi pertama penayangan film ini, tepatnya pada Jumat (16/8/2024) malam, di tengah event Festival Indonesia Bertutur (Intur) 2024 yang dilangsungkan di Peninsula Island, Nusa Dua.
Sebelumnya, ‘Samsara’ telah tayang perdana di Esplanade Concert Hall, Singapura, pada 10 Mei 2024. Setelah Bali, film ini pun dikabarkan akan kembali melanglangbuana ke Australia.
Film yang dibintangi oleh aktor Ario Bayu dan penari keturunan Indonesia-Australia, Juliet Widyasari Burnett, ini merupakan hasil kolaborasi Cineria Films, Garin Workshop, dan Lynx Films dengan dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia.
Mengambil latar Bali tahun 1930-an, ‘Samsara’ bercerita tentang Darta, seorang pria miskin yang cintanya ditolak oleh keluarga kekasihnya yang kaya raya. Dalam keputusasaannya, Darta membuat perjanjian dengan Raja Monyet dan melakukan ritual gelap yang justru membawa penderitaan.
Garin Nugroho, sang sutradara, menjelaskan bahwa latar Bali tahun 1930-an dipilih karena Bali saat itu menjadi era yang luar biasa dengan kemajuan turisme dan industri yang pesat. “Saya terinspirasi dari film-film klasik Jerman seperti Nosferatu (1922) dan Metropolis (1927), yang membawa saya untuk menggali kembali tradisi lokal. Membuat karya ini bagi saya seperti memimpin upacara tradisi yang hidup di berbagai wilayah Indonesia,” ujar Garin.
Sebagai pemeran utama dan juga produser eksekutif, Ario Bayu mengungkapkan bahwa proyek ini memberinya semangat baru dalam berkarya. “Samsara merupakan sebuah perwujudan dari konsep yang Mas Garin selalu bilang, yaitu nasi campur. Sangat khas di Bali karena menggabungkan antara tradisi dan kontemporer,” kata Ario.
Menurutnya, kombinasi elemen tradisional Bali dengan pendekatan modern membuat film ini sangat relevan dengan era sekarang yang bergerak cepat.
Direktur Perfilman Musik dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, menegaskan bahwa ‘Indonesia Bertutur’ bukan hanya sekadar festival, tetapi juga sebuah upaya untuk menjembatani tradisi dengan kekinian. “Kebudayaan tidak bisa dilihat dari satu spektrum saja. Indonesia Bertutur adalah upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan seni tradisional dengan pendekatan yang relevan bagi generasi muda,” ujar Mahendra.
Festival Indonesia Bertutur 2024 yang berlangsung di enam titik lokasi di Bali, dan menyebar di Batubulan, Ubud, dan Nusa Dua, melibatkan sekitar 900 pelaku seni budaya dari Indonesia dan internasional. Melalui film ‘Samsara’ dan berbagai karya lainnya, festival ini berupaya untuk menjaga warisan budaya sambil mendorong kreativitas baru yang dapat menjadi inspirasi bagi kehidupan masa kini.
1
Komentar