LENTERA: Tanpa Kesedihan, Tidak Ada Kebahagiaan Mendalam
"TANPA kedamaian di dalam, tidak akan ada kedamaian di dunia", itulah pesan HH Dalai Lama. Dan mencapai kedamaian di dalam bisa jadi sulit ataupun mudah. Itu tergantung pada seberapa dalam seseorang melatih pikirannya. Tanpa melatih pikiran seperti meditasi, kedamaian di dalam tidak akan mungkin.
Kabar baiknya, jika Anda melatih pikiran secara mendalam menggunakan meditasi, kedamaian di dalam tidak hanya mungkin tetapi juga akan menjadi menu kehidupan sehari-hari Anda. Renungkan secara lebih mendalam pesan HH Thich Nhat Hanh: "Jika tidak ada lumpur, tidak akan ada teratai". Itu adalah pernyataan pemikiran non-dualistik. Pikiran tidak lagi membuang banyak energi karena menghadapi salah-benar dan dualitas lainnya. Tetapi beristirahat di atas keduanya. Pada saat yang sama, pikiran diingatkan untuk terus mengalir. Terutama karena semuanya pasti mengalir.
Untuk membuat ide tersebut praktis, apa pun yang terjadi, pikiran terus mengalir. Dan tugas utama meditasi adalah seperti seseorang yang berdiri di tepi sungai. Terus menyaksikan aliran sungainya. Baik pengalaman negatif seperti suasana hati yang buruk, maupun emosi positif seperti suasana hati yang baik mengalir secara alami. Tanpa penolakan dan keterikatan.
Sesederhana lumpur tumbuh menjadi teratai, teratai suatu hari juga akan menjadi lumpur. Hal yang sama terjadi dengan sedih-senang, duka-suka, kawan-lawan. Akibatnya, tubuh memiliki cukup energi untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Begitu Anda tumbuh lebih dalam, Anda akan sampai pada tahap kedamaian. Ia adalah vibrasi tertinggi yang dapat dicapai tubuh manusia. Karena vibrasi penderitaan di bawah 100, dan vibrasi kedamaian adalah 1.000, dalam tahap ini Anda dapat terbebas dari penderitaan. Rasa sakit masih datang, tetapi tidak lagi menghasilkan penderitaan. Untuk memudahkan sesama pecinta perdamaian, berikut adalah beberapa nutrisi spiritualnya.
Seni perdamaian adalah filosofi dan praktik yang menekankan harmoni, pengertian, dan keseimbangan dalam hubungan pribadi dan kebersamaan. Ia berakar pada keyakinan bahwa kedamaian sejati muncul dari dalam dan dapat memancar keluar, memengaruhi interaksi dengan orang lain dan dunia. Pendekatan ini mendorong individu untuk menumbuhkan ketenangan di dalam dan kasih sayang, meletakkan dasar bagi masyarakat yang lebih damai. Inti dari seni perdamaian adalah praktik kesadaran diri dan penerimaan diri. Dengan menjadi lebih peka terhadap pikiran dan emosi kita, kita dapat lebih memahami reaksi dan motivasi kita.
Kesadaran diri ini memungkinkan kita untuk menanggapi konflik dan stres dengan kedamaian dan kejernihan daripada bereaksi secara impulsif atau agresif. Melalui praktik seperti meditasi dan refleksi pikiran, individu dapat mengembangkan rasa kedamaian yang lebih dalam, yang menjadi sumber kekuatan dan ketahanan.
Kasih sayang dan empati merupakan komponen penting dari seni perdamaian. Dengan secara aktif berusaha memahami perspektif dan pengalaman orang lain, kita dapat mendorong dialog yang lebih bermakna dan konstruktif. Pendekatan empati ini membantu meruntuhkan hambatan dan membangun jembatan, mendorong kerja sama dan rasa saling menghormati.
Mempraktikkan mendengarkan secara aktif dan komunikasi terbuka dapat menciptakan budaya perdamaian yang menghargai keberagaman dan inklusivitas. Tanpa kekerasan (ahimsa) merupakan landasan seni perdamaian. Prinsip ini menganjurkan penyelesaian konflik melalui dialog dan negosiasi daripada menggunakan kekerasan ataupun paksaan. Komunikasi tanpa kekerasan berfokus pada pengungkapan kebutuhan dan perasaan secara jujur sambil mencari solusi yang menguntungkan semua pihak yang terlibat. Dengan memprioritaskan metode penyelesaian damai, individu dapat berkontribusi pada dunia yang lebih adil dan harmonis.
Singkatnya, ketika pikiran memasuki gerbang advaita (nondualitas), kehidupan menjadi sungai kedamaian. Tidak ada yang lain selain kedamaian. 7
Guruji Gede Prama
Komentar