BBMKG: Megathrust Bukan Peringatan Dini
Masyarakat diimbau tetap tenang dan menjalani aktivitas normal seperti biasa, termasuk melaut, berdagang, dan berwisata di pantai.
MANGUPURA, NusaBali - Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar menyebut isu potensi gempa besar atau Megathrust yang akan melanda Pulau Bali bukanlah prediksi atau peringatan dini. BBMKG meminta masyarakat tidak menyalahartikan, seolah-olah gempa akan terjadi dalam waktu dekat.
Berdasarkan pengamatan kegempaan di wilayah selatan Bali saat ini berada dalam kondisi yang relatif aman. Pernyataan ini disampaikan sebagai respons atas kekhawatiran masyarakat terhadap isu potensi Megathrust.
Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar Cahyo Nugroho, menjelaskan gempa bumi di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut yang disebut ‘Tinggal Menunggu Waktu’ itu dikarenakan kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar, namun bukan berarti akan segera terjadi gempa dalam waktu dekat. Meski demikian, dia mengungkapkan jika pengamatan kegempaan di wilayah selatan Bali secara umum menunjukkan kondisi yang relatif aman, dengan aktivitas gempa bumi didominasi oleh magnitudo 3 hingga 4. Namun, dia menekankan pentingnya waspada terhadap potensi gempa besar di wilayah Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.
“Dikatakan ‘tinggal menunggu waktu’ karena segmen-segmen sumber gempa di sekitar kedua wilayah tersebut sudah mengalami rilis gempa besar, sementara Selat Sunda dan Mentawai-Siberut hingga saat ini belum mengalami gempa besar,” jelas Cahyo, Senin (19/8).
Menurut Cahyo, hingga saat ini belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu memprediksi secara tepat dan akurat kapan, di mana, dan berapa kekuatan gempa yang akan terjadi. Hal ini berarti meskipun potensi gempa besar sudah diketahui, tidak ada yang dapat memastikan kapan gempa tersebut akan terjadi.
Para ahli telah lama menduga bahwa zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut merupakan zona kekosongan gempa besar atau seismic gap yang sudah berlangsung selama ratusan tahun. Seismic gap ini dianggap berbahaya karena dapat melepaskan energi gempa signifikan yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
“Potensi gempa bumi pada Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut bukanlah hal baru, bahkan sudah ada sejak sebelum terjadi gempa dan tsunami Aceh pada 2004,” lanjut Cahyo.
Lebih jauh diungkapkan, sejarah mencatat bahwa gempa bumi besar terakhir di Selat Sunda terjadi pada tahun 1757, yang berarti seismic gap ini sudah berusia 267 tahun. Sementara itu, gempa bumi besar terakhir di Mentawai-Siberut terjadi pada tahun 1797, dengan usia seismic gap mencapai 227 tahun. Artinya, kedua seismic gap tersebut sudah lama dan perlu diwaspadai.
Meskipun demikian, Cahyo mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan menjalani aktivitas normal seperti biasa, termasuk melaut, berdagang, dan berwisata di pantai. Dia juga menegaskan bahwa informasi potensi gempa besar besar atau Megathrust yang berkembang saat ini bukanlah prediksi atau peringatan dini, sehingga tidak boleh disalahartikan seolah-olah gempa akan terjadi dalam waktu dekat.
“Jika masyarakat merasakan gempa bumi kuat dengan durasi yang lama, segera keluar rumah dan menjauhi pantai,” imbau Cahyo. 7 ol3
1
Komentar