Forkom Dewi Minta Pentahelix Turun ke Desa Wisata
DENPASAR, NusaBali - Forum Komunikasi Desa Wisata Bali (Forkom Dewi Bali) minta pentahelix atau pemangku kepentingan kepariwisataan, lebih intensif terjun ke desa wisata-desa wisata di Bali. Tujuannya, untuk memberikan pendampingan, meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM), untuk tata kelola dan eksplorasi potensi desa wisata.
Dengan demikian, sebagai bagian dari komponen pariwisata Bali, desa wisata semakin nyata potensi dan manfaatnya bagi perekonomian warganya.
Ketua Forkom Dewi Bali, I Made Mendra Astawa mengatakan Senin (19/8). “Memang desa wisata sekarang ini secara umum sudah eksis. Namun tentu akan lebih lagi, apabila keberadaannya semakin memberi porsi yang semakin besar terhadap perekonomian desa wisata secara umum,” kata Mendra Astawa.
Di Bali sendiri kata Mendra, ada 239 desa wisata. Namun yang riil secara signifikan memberi kontribusi bagi perekonomian desanya, tidak lebih dari 10 persen.
“Memang masih kecil,” ucap tokoh pariwisata asal Singaraja, Buleleng. Menurut Mendra, keterbatasan SDM yang mumpuni masih menjadi pe er (pekerjaan rumah) utama dalam pengelolaan desa wisata.
“Kalau SDM tentu banyak. Namun yang memiliki kapasitas, tidak hanya teknis juga dedikasi itu yang banyak kurang,” ungkapnya.
Apalagi setelah pandemi Covid-19 berakhir, pariwisata Bali berangsur pulih, desa wisata malah mengalami ‘defisit’ SDM. Hal itu karena SDM pariwisata yang pada saat pandemi suntuk mengurus desa wisata, tetapi ketika pasca pandemi aktif kembali bekerja secara normal atau reguler.
“Sehingga, desa wisata seperti ditinggal pengasuhnya,” lanjut Mendra Astawa. Karenanya Mendra Astawa mengapresiasi dan mengundang kalangan pentahelix (akedemisi, pemerintah, masyarakat, pihak swasta atau bisnis dan media) agar lebih banyak turun ke desa wisata.
“Seperti kalangan kampus, pengabdian masyarakat bisa ke desa wisata,” harapnya. Selain memotivasi, dengan melakukan pengabdian kemasyarakatan di desa wisata- desa wisata, diharapkan ada solusi yang bisa diperoleh dari kalangan akademisi. Setidaknya solusi untuk kemajuan desa wisata, bisa digunakan sebagai role model.
Atau setidaknya sebagai referensi pembanding, dalam pengelolaan desa wisata. “Misalnya dalam mengoptimalkan peran perempuan dan UMKM di desa wisata,” ujarnya.
Dan belakangan kata Mendra Astawa, sudah ada memang kalangan kampus yang terjun ke desa wisata.
“Forkom Dewi berharap, semakin banyak tentu semakin bagus,” demikian Mendra Astawa. k17.
Komentar