nusabali

Made Kaek Pameran ‘Kala Api, The Age of Pawns’

  • www.nusabali.com-made-kaek-pameran-kala-api-the-age-of-pawns

Karya dalam pameran tersebut merupakan respons atas keriuhan Pilkada Serentak 2024, di mana banyak pihak berlaga seperti bidak-bidak di atas papan catur.

DENPASAR, NusaBali 
Seniman Bali Made Kaek akan berpameran tunggal bertajuk ‘Kala Api, The Age of Pawns’ di Bentara Budaya Jogjakarta pada 23–30 Agustus 2024.

Bagi Made Dharma Susila, nama asli Made Kaek, pameran di Jogja seperti pulang kampung dan membangkitkan nostalgia tiga puluh tahun silam ketika dia memutuskan untuk menjalani hidup sebagai seniman.

Pameran ini dia dedikasikan kepada kakeknya, I Wayan Glebag, seorang seniman Tari Baris yang terkenal pada zamannya sehingga lahir sebutan ‘Gaya Geblag’. Murid Geblag tersebar di seantero Bali, salah satunya adalah seniman yang juga akademisi Prof Made Bandem, mantan Rektor ISI Jogjakarta.

“Memang, saya dari Bali ke Jogja untuk kuliah hukum, tetapi di kota inilah saya mendapat kemantapan hati untuk menjadi seniman,” kata Made Kaek, Rabu (20/8).  

Kendati demikian, akhirnya dia berkesimpulan bahwa hukum dapat menjadi sesuatu yang baik dalam hidupnya. “Ya, saya pergi ke Jogja untuk belajar hukum, tetapi di Jogja saya menjadi seniman,” ujar Made Kaek.

Jati dirinya sebagai seniman terus berproses. Dia pernah belajar dari cara berkesenian Nyoman Gunarsa dan idealisme Made Wianta (kedua seniman ini telah almarhum), yang membuat Made Kaek semakin yakin memilih hidup di jalan berkesenian.

Made Kaek berkarya menggunakan berbagai medium dengan objek dan figur, seperti sering dia sebut, yang berkelindan di alam bawah sadar yang menjadi salah satu sumber inspirasinya. 

Bentuk-bentuk figur dan sosok ini pun mengalami evolusi dan kemudian setelah tiga dasawarsa bertransformasi ke tiga dimensi.

Ketika mempersiapkan pameran tunggal ‘Cryptic, Sublimity of Made Kaek’ pada 2022 dia mulai membuat patung berdasarkan sketsa, drawing maupun lukisannya dengan bahan batu paras dan kayu.

Dalam pameran ‘Kala Api, The Age of Pawns’ ini Made Kaek menampilkan 34 patung dan menyertakan sebuah lukisan di atas kanvas.


Made Kaek menyebut karya dalam pameran kali ini juga merespons keriuhan masa Pilpres 2024 yang masih berlanjut hingga kini, apalagi memasuki pemilihan kepala daerah (pilkada), di mana banyak pihak berlaga seperti bidak-bidak di atas papan catur.

Makhluk-makhluk rekaan Made Kaek dengan misterinya masing-masing menunggu peran dan dijalankan dengan berbagai strategi maupun cara untuk suatu tujuan, kemenangan dan kekuasaan.

“Kita sebagai bangsa sudah 79 tahun merdeka, tetapi masih banyak pribadi, masyarakat adat, kelompok minoritas, mereka yang terpinggirkan, dan sebagian rakyat belum merasakan kelegaan yang justru menjadi pion yang gampang dimainkan,” tutur Made Kaek.

Perupa yang juga Rektor ISI Denpasar Prof Dr Wayan ‘Kun’ Adnyana dalam katalog menyebut karya yang disajikan Made Kaek merupakan suatu keberadaan iluminasi dan pencerahan dalam cara pandang timur, yakni misteri, keajaiban, dan/atau hokus-pokus dalam keyakinan rasio Barat. 

“Titik temu dalam meyakini keberadaan mistis, berada pada ketakterdugaan yang memesona,” tulis Kun. 

Kata dia memandang karya patung Made Kaek, berarti memasuki peristiwa tatapan penuh ketakterdugaan, terlebih bagi apresiator yang bersedia memasukinya semakin dalam dan berempati.

Sementara General Manager Bentara Budaya Ilham Khoiri menulis dalam kosmologi masyarakat Bali, baik sekala (aspek yang terlihat) maupun niskala (aspek tak terlihat) dapat dipadukan dalam tatanan kehidupan yang harmonis. 

Masyarakat sibuk dengan berbagai kegiatan fisik untuk memenuhi kebutuhan material sehari-hari. Saat bersamaan, digelar bermacam upacara atau ritual yang menghubungkan mereka dengan spiritualitas. 

Kosmologi semacam ini juga kental memengaruhi pribadi Made Kaek. Ketika melukis atau mengerjakan patung, seniman ini berusaha mengaitkannya dengan alam bawah sadarnya yang dipenuhi mitologi dan spiritualitas. 

“Meski tak dinyatakan dengan jelas, kilasan citraan makhluk-makhluk aneh dalam lukisan atau patung itu mengingatkan pada makhluk-makhluk dalam mitologi Bali,” tulisnya. 

“Saat menatap karya seni Kaek, penonton tak hanya menikmati aspek lahiriah yang indah, tetapi juga dapat menelisik lebih jauh ke dalam alam spiritual yang lebih kompleks. Aspek sekala dan niskala telah dirangkum secara apik. Proses kreatif unik Made Kaek semakin memperkaya khazanah ekspresi seni rupa modern di Indonesia,” ungkap Ilham Khoiri. 7 a

Komentar