Senat Unud Masih Pakrimik
Beredar kabar di lingkungan Unud, ada yang mengirim surat kaleng dari komunitas tertentu ke kementerian yang menyebut nama rektor Prof Suastika dan WR 1 Prof Damriyasa
Pasca Kekalahan Mengejutkan Prof Damri
DENPASAR, NusaBali
Pemilihan Rektor Universitas Udayana (Unud) periode 2017-2021 yang dimenangkan satu-satunya kandidat perempuan, Prof Dr dr AA Raka Sudewi SpS (K) ternyata menyisakan polemik. Mayoritas kalangan Guru Besar yang merupakan anggota senat di lingkungan Unud masih pakrimik karena kecewa dengan hasil pemilihan dalam hajatan tiap empat tahun itu. Sebab sebagian besar anggota senat menjagokan Prof Dr drh I Made Damriyasa MS sebagai rektor menggantikan Prof Dr dr I Ketut Suastika.
Seperti diketahui, agenda pemilihan rektor yang ditetapkan tanggal 11 Agustus 2017 lalu, sebelumnya sempat direncanakan tanggal 20 Juni 2017. Sehingga, pemilihan rektor yang dilakukan secara voting suara anggota senat ditambah suara menteri itu diundur hampir satu setengah bulan.
Namun, selama masa menunggu jadwal pemilihan dari menteri itu, ada kejadian menarik. Beredar kabar di lingkungan Unud, ada yang mengirim surat kaleng dari komunitas tertentu ke kementerian yang menyebut nama rektor Prof Suastika dan WR 1 Prof Damriyasa. Sehingga, selama masa tunggu jadwal pemilihan tersebut, Inspektorat Jenderal Kementerian Ristekdikti turun untuk menginvestigasi Prof Suastika dan Prof Damriyasa atas surat kaleng itu.
Saat dikonfirmasi, Selasa (15/8) sore, Prof Damriyasa memang membenarkan adanya surat yang menyebut-nyebut nama dirinya dan Prof Suastika. Namun, dia hanya menanggapi dengan tenang soal surat tersebut, karena memang tidak ada temuan yang didapatkan. “Memang benar ada inspektorat yang turun. Tidak ada bukti sesuai dengan yang dituduhkan,” ungkapnya.
Sementara disinggung mengenai jumlah suara saat pemilihan dibanding dengan saat penyaringan, Prof Damriyasa mengaku sudah legowo. Hanya saja memang dari kalangan senat nampak kecewa karena selama ini sudah menjagokan dirinya. Namun hasil akhirnya justru Prof Damri kalah, meski kalah tipis, 106 : 107.
“Kalau dari diri sendiri, saya sih sudah lega, karena pemilihan rektor tidak diundur-undur lagi. Tidak baik jika ada kekosongan kepemimpinan terlalu lama. Tapi justru dari kalangan teman-teman senat yang mendukung saya memang nampaknya kecewa. Setiap ketemu dengan saya, mereka bilang sedih,” ujarnya.
Prof Damriyasa juga tidak menampik adanya pakrimik kalangan senat yang mempertanyakan aliran distribusi suara menteri 35 persen saat pemilihan 11 Agustus lalu, dimana hasilnya memang cukup mengejutkan. Sekedar diketahui, saat pemilihan Prof Damri mendulang 106 suara, sedangkan Prof Sudewi 107 suara, dan Dr Gunawan 32 suara. Dibandingkan masa penyaringan, Prof Damri unggul jauh dengan 93 suara, disusul Prof Sudewi 64 suara dan Dr Gunawan hanya satu suara.
Namun Prof Damriyasa mengaku tidak ingin berlarut-larut. Apalagi selama dia menjabat bersama rektor dan seluruh jajaran, sudah bersusah payah membangun Unud menjadi lebih baik di tingkat nasional. Jangan karena pemilihan rektor, sampai mencoreng nama baik Unud.
“Semua sudah terjadi (hasil pemilihan, red), kita memang harus terima dan legowo. Yang jelas, kita berharap semoga rektor yang baru bisa membawa Unud ke depan lebih baik,” katanya.
Selepas perhelatan pemilihan rektor, Prof Damriyasa mengaku akan lebih banyak kembali ke fakultas dan melakukan penelitian serta kerjasama internasional dalam rangka mempercepat Unud menjadi universitas bertaraf internasional, seperti yang direncanakan pada kepemimpinan Prof Suastika. “Masih banyak kerjasama yang kita bisa jajaki. Dan itu bisa lebih signifikan mendorong Unud jadi universitas bertaraf internasional,” tandasnya. *in
DENPASAR, NusaBali
Pemilihan Rektor Universitas Udayana (Unud) periode 2017-2021 yang dimenangkan satu-satunya kandidat perempuan, Prof Dr dr AA Raka Sudewi SpS (K) ternyata menyisakan polemik. Mayoritas kalangan Guru Besar yang merupakan anggota senat di lingkungan Unud masih pakrimik karena kecewa dengan hasil pemilihan dalam hajatan tiap empat tahun itu. Sebab sebagian besar anggota senat menjagokan Prof Dr drh I Made Damriyasa MS sebagai rektor menggantikan Prof Dr dr I Ketut Suastika.
Seperti diketahui, agenda pemilihan rektor yang ditetapkan tanggal 11 Agustus 2017 lalu, sebelumnya sempat direncanakan tanggal 20 Juni 2017. Sehingga, pemilihan rektor yang dilakukan secara voting suara anggota senat ditambah suara menteri itu diundur hampir satu setengah bulan.
Namun, selama masa menunggu jadwal pemilihan dari menteri itu, ada kejadian menarik. Beredar kabar di lingkungan Unud, ada yang mengirim surat kaleng dari komunitas tertentu ke kementerian yang menyebut nama rektor Prof Suastika dan WR 1 Prof Damriyasa. Sehingga, selama masa tunggu jadwal pemilihan tersebut, Inspektorat Jenderal Kementerian Ristekdikti turun untuk menginvestigasi Prof Suastika dan Prof Damriyasa atas surat kaleng itu.
Saat dikonfirmasi, Selasa (15/8) sore, Prof Damriyasa memang membenarkan adanya surat yang menyebut-nyebut nama dirinya dan Prof Suastika. Namun, dia hanya menanggapi dengan tenang soal surat tersebut, karena memang tidak ada temuan yang didapatkan. “Memang benar ada inspektorat yang turun. Tidak ada bukti sesuai dengan yang dituduhkan,” ungkapnya.
Sementara disinggung mengenai jumlah suara saat pemilihan dibanding dengan saat penyaringan, Prof Damriyasa mengaku sudah legowo. Hanya saja memang dari kalangan senat nampak kecewa karena selama ini sudah menjagokan dirinya. Namun hasil akhirnya justru Prof Damri kalah, meski kalah tipis, 106 : 107.
“Kalau dari diri sendiri, saya sih sudah lega, karena pemilihan rektor tidak diundur-undur lagi. Tidak baik jika ada kekosongan kepemimpinan terlalu lama. Tapi justru dari kalangan teman-teman senat yang mendukung saya memang nampaknya kecewa. Setiap ketemu dengan saya, mereka bilang sedih,” ujarnya.
Prof Damriyasa juga tidak menampik adanya pakrimik kalangan senat yang mempertanyakan aliran distribusi suara menteri 35 persen saat pemilihan 11 Agustus lalu, dimana hasilnya memang cukup mengejutkan. Sekedar diketahui, saat pemilihan Prof Damri mendulang 106 suara, sedangkan Prof Sudewi 107 suara, dan Dr Gunawan 32 suara. Dibandingkan masa penyaringan, Prof Damri unggul jauh dengan 93 suara, disusul Prof Sudewi 64 suara dan Dr Gunawan hanya satu suara.
Namun Prof Damriyasa mengaku tidak ingin berlarut-larut. Apalagi selama dia menjabat bersama rektor dan seluruh jajaran, sudah bersusah payah membangun Unud menjadi lebih baik di tingkat nasional. Jangan karena pemilihan rektor, sampai mencoreng nama baik Unud.
“Semua sudah terjadi (hasil pemilihan, red), kita memang harus terima dan legowo. Yang jelas, kita berharap semoga rektor yang baru bisa membawa Unud ke depan lebih baik,” katanya.
Selepas perhelatan pemilihan rektor, Prof Damriyasa mengaku akan lebih banyak kembali ke fakultas dan melakukan penelitian serta kerjasama internasional dalam rangka mempercepat Unud menjadi universitas bertaraf internasional, seperti yang direncanakan pada kepemimpinan Prof Suastika. “Masih banyak kerjasama yang kita bisa jajaki. Dan itu bisa lebih signifikan mendorong Unud jadi universitas bertaraf internasional,” tandasnya. *in
Komentar