Tak Puas dengan Duet Koster-Giri, GPS Pamit: Sopir Jadi Kernet
DENPASAR, NusaBali.com - Gede Pasek Suardika (GPS), seorang advokat, politisi, yang juga salah satu tokoh getol mendorong Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta jadi calon Gubernur Bali memilih pamitan pasca perjodohan Wayan Koster-Giri Prasta untuk Pilgub Bali 2024.
GPS memutuskan tidak bakal berada di barisan Giri lagi selama Bupati Badung dua periode itu hanya dijadikan calon Wakil Gubernur Bali. Hal ini diutarakan melalui unggahan-unggahannya di media sosial Facebook sejak Kamis (22/8/2024).
"Kalau begitu... saya pamitan saja. Menyatukan visi misinya berjauhan keduanya," tulis GPS dalam Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia, Jumat (23/8/2024).
GPS yang juga Ketua Umum Jagabaya Dulang Mangap, organisasi sayap Mahagotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) getol menyuarakan Giri yang juga Ketua MGPSSR Provinsi Bali. Saat HUT Ke-7 organisasi sayap April lalu, GPS terang-terangan meng-endorse Giri untuk Bali Satu.
Namun, sekarang ia menyatakan pamit. "(Saat itu) iya saya mendukung Giri Prasta di posisi calon Gubernur karena ingin perubahan dan perbaikan karena kesalahan urus Bali seperti saat ini," tulisnya.
Di samping itu, GPS beralasan survei Giri jauh mengungguli Koster. Dalam unggahan, Sabtu (24/8/2024) pagi, ia mengutip survei Indikator (18-25 Juli 2024). Survei menunjukkan Giri sebagai top of mind responden untuk calon Gubernur Bali. Giri dipilih 64,9 persen responden, dibanding 14,4 persen untuk Koster.
"Ketika kernet jauh... bahkan sangat jauh melebihi sopir. Angka 14 persen untuk incumbent adalah sangat rendah dan itu membuktikan penolakan mayoritas masyarakat alias ingin perubahan. Ketika bergabung akankah menjadi 78,5 persen atau terjun bebas menuju belasan persen," beber GPS, sembari menyatakan menunggu survei duet Koster-Giri bulan depan.
Di sisi lain, GPS juga berharap muncul pasangan calon (paslon) alternatif atau antitesa terhadap kepemimpinan saat ini. Kalau tidak, kotak kosong pun bisa menjadi wadah semangat antitesa yang mampu mengubah keputusan dan hitung-hitungan partai politik pengusung calon saat ulangan Pilgub Bali.
Meski sekarang berbeda haluan dan pilihan politik, GPS menegaskan kontestasi politik bukan peperangan tapi adu ide dan gagasan dalam koridor demokrasi. Persahabatan, keguyuban, dan persaudaraan antarsesama putra-putri Bali harus dirawat.
"Kita harus membiasakan berbeda dalam pilihan tetapi bersama dalam menjaga dan membangun Bali," ungkap GPS yang juga politisi Partai Kebangkitan Nusantara (PKN). *rat
"Kalau begitu... saya pamitan saja. Menyatukan visi misinya berjauhan keduanya," tulis GPS dalam Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia, Jumat (23/8/2024).
GPS yang juga Ketua Umum Jagabaya Dulang Mangap, organisasi sayap Mahagotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) getol menyuarakan Giri yang juga Ketua MGPSSR Provinsi Bali. Saat HUT Ke-7 organisasi sayap April lalu, GPS terang-terangan meng-endorse Giri untuk Bali Satu.
Namun, sekarang ia menyatakan pamit. "(Saat itu) iya saya mendukung Giri Prasta di posisi calon Gubernur karena ingin perubahan dan perbaikan karena kesalahan urus Bali seperti saat ini," tulisnya.
Di samping itu, GPS beralasan survei Giri jauh mengungguli Koster. Dalam unggahan, Sabtu (24/8/2024) pagi, ia mengutip survei Indikator (18-25 Juli 2024). Survei menunjukkan Giri sebagai top of mind responden untuk calon Gubernur Bali. Giri dipilih 64,9 persen responden, dibanding 14,4 persen untuk Koster.
"Ketika kernet jauh... bahkan sangat jauh melebihi sopir. Angka 14 persen untuk incumbent adalah sangat rendah dan itu membuktikan penolakan mayoritas masyarakat alias ingin perubahan. Ketika bergabung akankah menjadi 78,5 persen atau terjun bebas menuju belasan persen," beber GPS, sembari menyatakan menunggu survei duet Koster-Giri bulan depan.
Di sisi lain, GPS juga berharap muncul pasangan calon (paslon) alternatif atau antitesa terhadap kepemimpinan saat ini. Kalau tidak, kotak kosong pun bisa menjadi wadah semangat antitesa yang mampu mengubah keputusan dan hitung-hitungan partai politik pengusung calon saat ulangan Pilgub Bali.
Meski sekarang berbeda haluan dan pilihan politik, GPS menegaskan kontestasi politik bukan peperangan tapi adu ide dan gagasan dalam koridor demokrasi. Persahabatan, keguyuban, dan persaudaraan antarsesama putra-putri Bali harus dirawat.
"Kita harus membiasakan berbeda dalam pilihan tetapi bersama dalam menjaga dan membangun Bali," ungkap GPS yang juga politisi Partai Kebangkitan Nusantara (PKN). *rat
Komentar