Pemutaran Film Dokumenter ‘Wiku Tapini’ Karya Agung Bawantara
Ungkap Peran Perempuan dalam Upacara Agung di Bali
Hampir sepanjang film ini, digambarkan Wiku Tapini dihormati oleh masyarakat Bali yang menganggapnya sebagai penjaga kesucian dan keseimbangan dunia melalui upacara keagamaan.
DENPASAR, NusaBali
Film dokumenter berjudul ‘Wiku Tapini’ karya sutradara Agung Bawantara mencoba mengungkap lebih dalam tentang salah satu aspek unik dari budaya Bali, yakni peran perempuan sebagai Wiku Tapini, yang memegang tanggung jawab besar dalam pelaksanaan upacara-upacara agung di Bali.
Agung mengatakan Pulau Bali yang dikenal di seluruh dunia sebagai salah satu destinasi wisata terbaik, tidak hanya memikat dengan keindahan alamnya, tetapi juga dengan kekayaan budayanya yang khas.
“Budaya Bali yang sangat erat kaitannya dengan upacara keagamaan menjadi daya tarik utama yang membuat pulau ini istimewa. Hampir setiap upacara, baik yang berskala kecil maupun besar, selalu diiringi dengan persembahan yang disebut wewantenan atau banten,” ujar Agung saat pemutaran film ‘Wiku Tapini’ di Ruang Audio Visual Gedung Dharma Negara Alaya (DNA), Lumintang, Denpasar Utara, Jumat (23/8).
Melalui film ‘Wiku Tapini’ Agung Bawantara berhasil menampilkan peran penting dari Wiku Tapini, perempuan yang telah menjalani inisiasi spiritual untuk menjadi ahli dalam menyiapkan banten bagi upacara-upacara besar seperti Panca Bali Krama dan Eka Dasa Rudra. Perempuan ini tidak hanya terampil dalam persiapan teknis, tetapi juga mendalami aspek spiritual yang mendalam, sebagaimana diatur dalam teks-teks tradisional Bali seperti Lontar Widhisastra Tapini.
Hampir sepanjang film ini, digambarkan bagaimana Wiku Tapini dihormati oleh masyarakat Bali yang menganggapnya sebagai penjaga kesucian dan keseimbangan dunia melalui upacara keagamaan.
Wiku Tapini mengungkap bagaimana perempuan-perempuan Bali yang memilih jalan hidup ini harus menjalani kehidupan dengan aturan yang ketat dan penuh disiplin. Kehidupan sehari-hari mereka diatur oleh nilai-nilai spiritual yang mendalam, yang berdampak tidak hanya pada diri mereka sendiri, tetapi juga pada masyarakat luas.
Dari kiri ke kanan (depan): Ketua Badan Kreatif Denpasar Putu Yuliartha, Sekda Kota Denpasar Ida Bagus Alit Wiradana, Pimpinan Produksi Maria Ekaristi, Kepala UPT Gedung Dharma Negara Alaya Hendry Kamanjaya. –IST
Film ini tidak hanya memberikan wawasan tentang kompleksitas tradisi Bali, tetapi juga menyoroti tantangan dan dedikasi yang diemban oleh para perempuan yang memilih menjadi Wiku Tapini.
“Tugas mereka sangat berat, karena kesalahan dalam menyiapkan banten untuk upacara besar diyakini dapat mendatangkan bencana bagi seluruh masyarakat Bali,” kata Agung Bawantara.
Pemutaran film ‘Wiku Tapini’ menjadi momen penting dalam mengapresiasi peran perempuan dalam menjaga keseimbangan spiritual dan budaya di Bali, serta bagaimana tradisi ini tetap relevan dalam kehidupan masyarakat Bali di era modern.
Pimpinan Produksi Maria Ekaristi mengatakan, ‘Wiku Tapini’ digarap sejak Januari hingga Agustus 2024. Film ini diproduksi dengan dana hibah dari program Dana Indonesiana Kemendikbudristek dan LPDP Kemenkeu RI pada fasilitasi tahun 2023, dalam bidang Dokumentasi Karya Pengetahuan Maestro (DKPM) dan OPM Rawan Punah.
Adapun tokoh atau Wiku Tapini yang ditampilkan berasal dari Griya Suci Jungutan, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem. “Yang kami angkat adalah Ida Pedanda Istri Karang, dari Griya Suci Jungutan, Sibetan, Karangasem,” ungkapnya.
Maria mengatakan tidak mudah mencari waktu Ida Pedanda Istri Karang untuk pengambilan video. Kesibukan Ida Pedanda Istri Karang di Griya Suci Jungutan membuat tim produksi harus menunggu waktu yang tepat.
Selain itu Ida Pedanda Istri sudah berusaha sepuh, 73 tahun, sehingga mengalami kesulitan dalam menjelaskan apalagi di depan kamera. “Karena beliau kan pelaku, tidak lancar dalam menjelaskan sesuatu. Tapi, kami akhirnya menemukan cara untuk itu, walau seringkali kami membuat beliau kurang nyaman,” tandasnya.
Acara pemutaran film hari itu dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk tokoh budaya, seniman, dan masyarakat umum yang ingin lebih memahami peran penting Wiku Tapini dalam budaya Bali. 7 a
Komentar