Satrio Welang Bawa Cerpen 'Rahim' Cok Sawitri Ke Panggung Teater FSBJ
DENPASAR, NusaBali - Cerpen berjudul ‘Rahim’ karya sastrawan Bali Cok Sawitri diangkat ke panggung teater Festival Seni Bali Jani (FSBJ) VI Tahun 2024.
Aktor teater Bali, Satrio Welang, membawakan naskah monolog mengambil inspirasi cerpen yang sempat terbit di Harian Kompas dan masuk dalam Buku Cerpen Pilihan Kompas 2001.
Anggota Teater Jineng Tabanan memainkan naskah ini sebagai ‘tribute’ untuk Cok Sawitri atas pengaruh dan dedikasinya dalam memperkaya khasanah dunia teater modern Bali hingga nasional. Pementasan pada Senin (19/8) lalu di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, juga melibatkan seniman muda Yoga Anugraha dalam tata musik dan Legu Adi Wiguna untuk tata artistik.
“Cok Sawitri kini telah tiada, beliau tutup usia pada 4 April 2024 lalu, namun semangat dan jejaknya memberi bara inspirasi,” ujar Satrio Welang, Kamis (22/8).
Cerpen Cok Sawitri bertutur mengenai operasi pembuangan rahim yang dikhawatirkan menjadi pemicu gerakan teror anti kelahiran baru, bentuk protes memperjuangkan kesejahteraan generasi mendatang.
Bertindak sebagai penyaji dan sutradara, Satrio Welang tampil intens, tajam, memukul dan memberi daya hentak, menuju ke muara jantung persoalan dalam kisah ‘Rahim’ yang menjadi pemicu kegegeran penjuru negeri.
Selain Satrio Welang, Parade Monolog ‘Cita Cipta Cinta’ yang dibawakan Teater Jineng Tabanan pada perhelatan FSBJ 2024 juga melibatkan aktor teater Bali lainnya yakni Muda Wijaya, April Artison, Kadek Eky Virji dan Putra Daniswara. Mereka menampilkan pergulatan dalam kisah kehidupan manusia yang diangkat dalam beragam bunga rampai peristiwa.
“Aksi panggung malam tersebut, bukan semata menyuguhkan keindahan, melainkan menyampaikan gagasan tentang arti penting kemanusiaan dan seruan kepedulian pada perdamaian,” ujar kurator FSBJ 2024 Warih Wisatsana.
“Cinta sebagai pengalaman keseharian, direguk dan dituturkan melalui laku akting yang menawan. Kelima penampil, menyajikan kepada kita renungan tentang arti kehidupan, dan bagaimana bersikap dalam memilah berkah atau limbah seturut kemelut pergaulan antarmanusia yang dibayangi kemelut dan prasangka,” imbuhnya. 7 a
Komentar