Disdikpora Validasi 6.639 Warga Belajar
AMLAPURA, NusaBali - Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Karangasem memvalidasi 6.639 warga belajar. Validasi ini untuk menetapkan sasaran warga belajar sebagai lanjutan program keaksaraan.
Program tersebut sempat putus sejak tahun 2023. Terakhir program keaksaraan ini tahun 2022 menyasar 1.500 warga belajar. Kepala Bidang PAUD dan PNF (Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non-Formal) Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Karangasem Dewa Ayu Sri Sucitrawati memaparkan di ruang kerjanya, Jalan Nenas, Amlapura, Rabu (28/8).
Validasi data, katanya, sangat penting, mengingat beberapa warga belajar telah meninggal di samping sasarannya warga belajar yang usianya maksimal 50 tahun. “Program awal melakukan validasi data, selanjutnya merencanakan menggelar program keaksaraan lanjutan,” katanya.
Program keaksaraan itu, jelas Sri Sucitrawati, menyasar warga belajar buta huruf lanjut dijadikan kelompok belajar. Tempat belajarnya bisa di bale banjar, rumah tinggal, sekolah, dan fasilitas umum lainnya. Satu kelompok belajar beranggotakan 10 - 15 orang dengan dibina seorang tutor.
Lama belajar kelompok ini 36 kali pertemuan atau 114 jam. Jika telah tuntas pembelajaran, maka terakhir peserta warga belajar mengikuti ujian. Ujiannya membaca, menulis, dan menghitung. Jika dinyatakan lulus, maka mereka berhak dapat sertifikat sukma (surat keterangan melek aksara).
Sri Sucitrawati menambahkan, program keaksaraan diawali tahun 2016 dengan menyasar 1.500 warga belajar. Pelaksanaan program tahun 2017 sempat terhambat karena erupsi Gunung Agung, terutama di KRB (Kawasan Rawan Bencana) III. Saat itu program ini dengan target 1.818 warga belajar, kemudian berlanjut tahun 2018 terutama di daerah luar terdampak bencana Gunung Agung dengan sasaran 2.514 warga belajar. Tahun 2019 sasarannya 639 warga belajar. Namun, tahun 2002 ditiadakan sehubungan dilanda pandemi Covid-19. Kemudian berlanjut lagi tahun 2021 menyasar 639 warga belajar, dan tahun 2022 menyasar 1.500 warga belajar.
Sedangkan tahun 2023, program tidak berlanjut dan rencana tahun 2024 berlanjut. Dijelaskan, tahapan awal melaksanakan program keaksaraan diawali merekrut tutor. Mereka diambil dari tutor program kesetaraan guru SD dan pengawas SD. Tahun 2021, misalnya menyasar 638 warga belajar dengan anggaran Rp 173,58 juta. Masing-masing dari 138 warga belajar dibiayai APBD dan 500 warga belajar dibiayai APBN.
Dia menjelaskan, program keaksaraan ini penting sebagai salah satu bentuk layanan pendidikan non formal. Sasarannya masyarakat buta aksara untuk belajar membaca, menulis, dan berhitung.
Sri Sucitrawati mengatakan, pendidikan keaksaraan dibagi dua, keaksaraan dasar dan keaksaraan lanjutan. Keaksaraan dasar yang berisikan pengembangan kemampuan membaca, menulis dan berhitung dan bisa berbahasa Indonesia, sehingga memiliki kecakapan literasi dasar. Sasarannya warga yang putus sekolah, di kelas I, kelas II dan kelas III yang belum lancar membaca dan menulis yang usianya di atas 15 tahun.7k16
1
Komentar