nusabali

Istri Sakit, Anak Kembar Putus Sekolah

  • www.nusabali.com-istri-sakit-anak-kembar-putus-sekolah

Polwan se-Kabupaten Gianyar punya cara tersendiri memaknai HUT Kemerdekaan RI ke-72 dan HUT Polwan ke-69. 

Derita KK Termiskin di Bukit Jangkrik7, Gianyar

GIANYAR, NusaBali
Jajaran polwan yang dikomandoi Polwan Senior Polres Gianyar Iptu Yuliana Lomi terjun ke rumah KK miskin I Wayan Arta,65, di Banjar Bukit Jangkrik, Kelurahan Samplangan, Kecamatan Gianyar, Selasa (15/8). 

Mereka dengan sigap mempercantik dua bale milik Wayan Arta. Tembok batako dilapisi plastik, korden usang diganti baru, serta dapur yang awalnya berantakan ditata rapi. Para Polwan tampak melakukan aksi bersih-bersih, layaknya bersih-bersih di rumah sendiri. Selain sembako, gerakan Polwan yang disuport Kapolres Gianyar AKBP Djoni Widodo ini juga menyumbangkan peralatan dapur kepada Wayan Arta seperti piring, penggorengan, dan lain sebagainya. “Kami harap bantuan ini bisa bermanfaat. Terpenting, keluarga pak Wayan Arta ini bisa hidup bersih dan sehat,” jelasnya.

Kepala Lingkungan Banjar Bukit Jangkrik I Wayan Regen Nanta menjelaskan, warganya ini memang tergolong warga termiskin di lingkungannya. “Disini jumlah warga kurang mampu yang mendapatkan raskin 31 KK. Wayan Arta termiskin,” jelasnya. Diterangkan, Wayan Arta mendapatkan bantuan bedah rumah dari Pemprov Bali tahun 2008. “Saat ini sudah kami ajukan rehab ke Dinas Sosial Gianyar. Mudah-mudahan dibantu,” terangnya.

I Wayan Arta mengaku perekonomian keluarganya semakin terpuruk pasca istrinya, Ni Wayan Kariasih,60, menderita sesak nafas sejak beberapa tahun lalu. Sempat dua kali menjalani rawat inap di rumah sakit. Sambil bertani, dulu Wayan Arta nyambi jadi tukang suwun di Pasar Gianyar. Namun, belakangan ini tak biss nyambi karena merawat istri. 

Kemiskinan juga mengakibatkan pendidikan tiga anaknya dibiayai kerabatnya yang tinggal di Denpasar. Anak laki-laki pertamanya saja yang lulus SMA, kini bekerja sebagai tukang kebun. Dua putri kembarnya, hanya tamat di SDN 2 Samplangan. “Dua anak saya sempat sekolah di Tunas Harapan, Denpasar. Tapi baru tiga bulan dipulangkan, karena kerabat yang ngajak tidak kuat nanggung,” ungkap Wayan Arta. Kedua putri kembarnya itu kini bekerja pada sebuah toko di Tulikup dan menetap di pemilik toko. 

Wayan Arta pun tak bisa berbuat banyak. Halaman rumahnya dipagari semak belukar. “Ten wenten napi anggen nyengker. Numbas ulam sewai-wai manten sampun aget (tidak ada biaya untuk membuat tembok rumah. Bisa beli lauk sehari-hari saja sudah syukur),” ujarnya.*nvi

Komentar