nusabali

Sisi Unik Upacara Ngaben Massal yang Digelar Krama Desa Adat Semaya, Nusa Penida, Klungkung

Prosesi Ngarap atau Mengarak Bade Dilakukan di Laut

  • www.nusabali.com-sisi-unik-upacara-ngaben-massal-yang-digelar-krama-desa-adat-semaya-nusa-penida-klungkung

Ngaben dengan pengarakan bade dan petulangan di laut ini dilakukan karena kondisi geografis desa setempat yang berada di wilayah pesisir pantai

SEMARAPURA, NusaBali
Desa Adat Semaya, Desa Suana, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung menggelar ngaben massal dengan ngarap (mengarak) Bade dan sarana berupa Lembu Pengencek di tengah laut pada rahina Sukra Wage Wariga, Jumat (30/8) siang.

Pengarakan Bade dan Singa di laut ini dilakukan karena kondisi geografis berada di wilayah pesisir, dan pesisir lebih luas ketimbang di jalan. Setelah mengarak petulangan di pinggir laut maka dilanjutkan perjalanan menuju setra untuk prosesi upacara ngaben.

Ngaben massal di Desa Adat Suana kali ini diikuti oleh 53 Sawa (mayat) dengan menggunakan sarana 1 bade dan petulangan disesuaikan dengan Sawa. Namun, yang diarak di laut hanya 1 bade dan 2 petulangan yang disebut Lembu Pengencek.

Bendesa Adat Semaya I Wayan Sugata mengatakan Pitra Yadnya ini biasanya dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Jumlah Sawa yang ikut serta sebanyak 53. Sawa tersebut baik dari krama Desa Adat Semaya yang tinggal di desa adat setempat maupun krama yang selama ini merantau di luar daerah.

Setidaknya 21 Sawa dalam ngaben massal ini merupakan krama Desa Adat Semaya yang selama ini merantau ke Sumbawa dan Lombok. Sedangkan, 32 Sawa lainnya adalah krama yang tinggal di Desa Adat Semaya. Untuk Sawa di luar daerah hanya Sawa Rsi atau simbolik saja. 

"Ini bentuk kegotong royongan krama kami baik yang berada di Nusa Penida maupun luar Nusa Penida," ujar Sugata. Ketua Panitia Upacara Pitra Yadnya, I Nyoman Sudastra mengatakan upacara Pitra Yadnya ini menghabiskan anggaran masing-masing sawa 11 juta. Itu untuk biaya konsumsi, banten dan upakara lainnya. "Dengan ngaben massal kami bergotong royong dari sisi pembiayaannya. Ada 11 juta per sawa itu untuk banten, konsumsi dan peralatan upakara lainnya. Syukurnya semua berjalan dengan baik atas rasa kegotong-royongan dan partisipasi dari semua lapisan masyarakat," ujar Sudastra.

Sementara itu, warga Nusa Penida, Dewa Santana, mengatakan ngaben dengan pengarakan bade dan petulangan di laut ini dilakukan karena kondisi geografis berada di wilayah pesisir, dan pesisir lebih luas ketimbang di jalan. Bahkan, hampir sebagian besar krama di pesisir mengarak petulangan saat ngaben di tepi pantai. "Setelah mengarak petulangan dilanjutkan perjalanan menuju setra," ujar Dewa Santana. 7 wan

Komentar