Tekan Emisi Karbon, AirNav Indonesia Tanam 1.000 Bibit Nangka di Gianyar demi Alam dan Masyarakat
GIANYAR, NusaBali.com - Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau AirNav Indonesia melakukan penanaman 12.000 bibit pohon nangka, Selasa (3/9/2024) untuk mendukung pengurangan emisi gas karbon.
Program Tanam Pohon Bersama AirNav Peduli Lingkungan ini merupakan gerakan nyata dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perusahaan pelayanan navigasi penerbangan ini. Aksi serangkaian perayaan HUT Ke-12 AirNav Indonesia ini juga guna merespons krisis iklim yang berdampak pada manusia, lingkungan, dan perekonomian.
Belasan ribu bibit nangka itu ditanam serentak di 12 provinsi tanah air yang dimotori Kantor Cabang AirNav Indonesia di masing-masing wilayah kerja. Sebanyak 1.000 bibit nangka di antaranya ditanam di Desa Adat Maniktawang, Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Bali bersama pejabat pemerintahan dan tokoh adat setempat, Selasa pagi.
"Fakta dan data menyatakan emisi karbon menjadi penyebab perubahan iklim dunia yang berdampak pada lingkungan hidup, kesehatan, dan menciptakan ketidakstabilan ekonomi," kata Direktur Utama AirNav Indonesia Polana B Pramesti via sambungan video konferensi dari lokasi pemusatan kegiatan di Desa Burai, Tanjung Batu, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Selasa pagi.
Foto: 12 provinsi yang menjadi lokasi penanaman 12.000 bibit pohon nangka terkoneksi sambungan video konferensi. -RATNADI
Perubahan iklim saat ini memang disebabkan peningkatan konsentrasi karbon dioksida (CO2) di atmosfer yang berakibat pada kenaikan suhu bumi, bencana alam, dan gangguan kesehatan pada manusia. Dan, sektor penerbangan juga turut berandil memproduksi emisi gas karbon ini.
Laporan Global Carbon Budget tahun 2023 menyebutkan, emisi karbon dari pembakaran bahan bakar fosil telah mencapai rekor 36,8 miliar ton per tahun. Indonesia berkontribusi sebanyak 19,9 persen di antara jumlah emisi karbon global itu dan jadi salah satu yang tertinggi di dunia.
Sementara itu, sektor penerbangan global hanya menyumbang 2,5 persen emisi karbon dunia. Meski terbilang rendah dibandingkan sektor lain, bagaimana pun tetap dipandang sebagai sektor signifikan yang bisa membebani lingkungan. Apalagi, peran sektor aviasi sangat sentral di tengah globalisasi ekonomi.
Studi dari Transport & Environment menyatakan, satu penerbangan jarak jauh selama lebih dari 24 jam menghasilkan lebih dari 48 ton CO2 hasil pembakaran avtur. Bukan angka yang sedikit untuk cukup mampu mempengaruhi atmosfer, menambah jumlah gas rumah kaca, dan berkontribusi pada krisis iklim dan lingkungan.
AirNav Indonesia menyadari konsekuensi ini. Di satu sisi, sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada layanan navigasi lalu lintas penerbangan, frekuensi penerbangan sangat menentukan progres bisnis. Semakin banyak pesawat yang terbang, semakin besar pula pendapatan perusahaan.
"Untuk itu, kami AirNav Indonesia bangkit dengan kesadaran tanggung jawab moral untuk mengatasi permasalahan emisi gas karbon yang dihasilkan pesawat," imbuh Polana dari Desa Buria, lokasi di mana program ini dipusatkan secara nasional.
Foto: Kepala Divisi Pengendalian Pelayanan Navigasi Penerbangan AirNav Indonesia, Moeji Soebagyo (tengah). -RATNADI
Oleh karenanya, AirNav Indonesia memiliki tanggung jawab moral terhadap dampak lingkungan dari aktivitas bisnis mereka. Di satu sisi, ekonomi agar berjalan dan di sisi lain keberlanjutan lingkungan tidak dipandang sebelah mata. Jalan tengahnya adalah menyeimbangkan keuntungan ekonomi dan tanggung jawab lingkungan.
Penanaman 12.000 bibit pohon nangka, diharapkan mengurangi jejak karbon pesawat di langit Indonesia. Sebanyak 12.000 bibit nangka itu disebar ke 12 provinsi yaitu Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Papua, Jakarta, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali.
Di Bali, AirNav Indonesia Kantor Cabang Denpasar memotori penanaman 1.000 bibit pohon nangka di daerah pariwisata spiritual Pulau Dewata yakni Desa Manukaya, Tampaksiring, Gianyar. Desa ini terkenal dengan destinasi wisata air suci Pura Tirta Empul yang sudah dikunjungi wisatawan dari seluruh dunia, serta kebangkitan destinasi ekowisatanya.
Pemilihan bibit pohon jenis nangka bukanlah tanpa alasan. Pohon nangka membawa nilai yang sejalan kepentingan lingkungan dan masyarakat. Tanaman bernama latin Artocarpus heterophyllus ini memiliki daya serap CO2 sebesar 126,51 kilogram per tahun dan menghasilkan 59 kilogram oksigen (O2) per tahun, cukup untuk 50 orang per hari.
Di samping itu, nangka juga membawa manfaat ekonomi jangka panjang. Buah nangka adalah bahan baku olahan pangan yang cukup populer. Buah nangka diolah jadi keripik, godoh (gorengan khas Bali), lawar, bahkan daunnya jadi piranti upacara adat. Jadi, selain bernilai nyata lingkungan, pohon nangka juga bernilai ekonomi dan pemberdayaan masyarakat.
"Kami menyadari, keberhasilan sebuah program lingkungan tidak hanya diukur dari seberapa banyak bibit yang ditanam, tetapi juga dari seberapa besar dampak positif yang dihasilkan dalam jangka panjang," ungkap Polana.
Foto: I Ketut Gede Agus Adi Saputra. -RATNADI
Harapan Polana dijawab tokoh masyarakat setempat, I Ketut Gede Agus Adi Saputra yang juga perwakilan Desa Adat Maniktawang dalam kolaborasi sosial dan lingkungan ini. Kata Adi, bibit nangka dari AirNav bakal diserahkan ke warga adat dan sebagian dimonitoring Paguyuban Perajin Ukir Tulang Gili Rawit Rupa yang diketuai Adi sendiri.
"Ke depan, setahun, dua tahun, kami sudah menyiapkan roadmap ketika pohon nangka ini sudah berbuah, krama istri bisa mengolah panganan berbahan nangka kemudian dipasarkan. Tentu, kami berharap AirNav berkenan membina kami," kata Adi, ditemui usai penanaman bibit nangka di areal luar Pura Alas Sari Maniktawang.
Polana B Pramesti berharap program lingkungan melalui penanaman pohon ini berkelanjutan sehingga jadi cerminan komitmen AirNav untuk menghijaukan langit Indonesia. Polana juga menegaskan, aksi lingkungan semacam ini adalah satu dari berbagai langkah AirNav Indonesia mendukung pengurangan emisi karbon di udara.
Langkah dalam bentuk kebijakan sudah lebih dulu dijalankan dengan inovasi User Preferred Routes (UPR) untuk penerbangan internasional dan Performance Based Navigation (PBN) untuk penerbangan domestik. Dua inovasi ini menyediakan rute pesawat yang lebih efisien dan menghemat bahan bakar.
"Namun, kami merasa perlu melakukan program nyata yang langsung berdampak pada masyarakat, yang tidak hanya bertujuan untuk mengurangi jejak karbon aviasi, tetapi juga untuk memberikan banyak manfaat bagi masyarakat sekitar," tegas Polana. *rat
Komentar