‘Real Food’ Nutrisi bagi Ibu Hamil
IBU hamil penting untuk memilih makanan real food guna memenuhi kebtuhan gizinya.
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi lulusan Universitas Indonesia dr Merry Amelya SpOG menyarankan ibu hamil untuk memenuhi asupan gizinya, sebisa mungkin memilih makanan dengan proses pengolahan sederhana,yang sekarang disebut sebagai real food.
"Tentunya makanan yang baik itu makanan yang sebisa mungkin pengolahannya itu sesimpel mungkin atau disebut real food. Kalau makan ayam ya ayam goreng biasa, bukan ayam di restoran siap saji,” katanya dilansir dari antaranews, Senin (2/9/2024).
Merry menekankan pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi ibu selama kehamilan dan menyusui untuk menunjang pemenuhan kebutuhan nutrisi anak selama 1.000 hari pertama kehidupan.
Selama periode itu, dia mengatakan, ibu hamil disarankan tidak mengonsumsi makanan olahan dengan kadar gula dan garam tinggi seperti makanan siap saji.
DIa menyampaikan makanan ultra-proses (ultra-processed food/UPF) yang biasanya punya kandungan pengawet, MSG, serta garam tinggi juga kurang baik bagi kesehatan ibu hamil jika dikonsumsi secara rutin.
“Kondisi ibu yang dari awal emang sudah malnutrisi, dari gizi ibunya saja enggak bagus, otomatis akan mengakibatkan perkembangan bayi selama hamil juga enggak bagus,” katanya.
Menurut dia, kondisi tersebut bisa semakin parah apabila kebutuhan nutrisi ibu selama menyusui tidak terpenuhi, produksi ASI ibu kurang bagus, dan pemberian makanan pendamping ASI bagi anak kurang baik.
Merry mengatakan kebutuhan nutrisi tidak dapat dipenuhi hanya dengan menambah porsi makan. Makanan yang dikonsumsi ibu juga harus diupayakan mengandung cukup zat gizi makro dan mikro yang dibutuhkan selama kehamilan dan menyusui.
Selama hamil dan menyusui, para ibu disarankan mengonsumsi makanan yang mengandung cukup karbohidrat, protein, dan lemak serta zat gizi mikro seperti asam folat, zat besi, dan vitamin D.
Apabila kebutuhan zat gizi makro dan mikro ibu terpenuhi selama kehamilan dan menyusui maka harapannya anak mendapatkan asupan nutrisi sesuai kebutuhan sehingga bisa tumbuh dan berkembang secara optimal.
"Nutrisi juga tiap trimester beda-beda, tentunya harus diskusikan dulu dengan dokter kandungan masing-masing. Semuanya itu kan membutuhkan nutrisi itu dari hamil, menyusui, itu diharapkan ya bukan dari makan makanan yang UPF tapi lebih ke real food," katanya.
Dia mengatakan selama kehamilan para ibu bisa mengonsumsi susu khusus untuk ibu hamil atau suplemen vitamin yang disarankan oleh dokter guna menambah asupan zat gizi.
"Pelengkapnya susu, iya, tapi apakah harus? Enggak juga. Jangan sampai pasien enggak makan hanya minum susu saja atau minum susunya kebanyakan, karena ingat, gulanya juga relatif tinggi," katanya.
Kandungan vitamin yang banyak di susu untuk ibu hamil sebenarnya tersedia pada suplemen yang biasa dokter berikan, jadi jangan takut nutrisinya kurang," ujarnya.
Dokter spesialis kandungan yang tergabung dalam POGI (Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia) Cabang DKI Jakarta dr Natasya Prameswari SpOG mengatakan ibu yang sedang hamil harus bisa mengendalikan berat badan.
“Menurut penelitian, kenaikan berat badan itu berpengaruh pada hasil dari kehamilan sendiri. Misalnya bayi bisa memiliki berat badan lahir rendah (BBLR), berlebih, preeklamsia, tekanan darah tinggi, dan lainnya,” kata Natasya.
Dengan demikian, katanya, ibu hamil harus mengetahui cara menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan menggunakan kalkulator IMT. Karena tenaga kesehatan memerlukan status nutrisi ibu untuk memberikan edukasi gizi yang tepat.
Rekomendasinya, ketika seorang ibu memiliki berat badan yang kurang proporsional, maka dia boleh mengalami kenaikan berat badan sampai 18 kg saat hamil.
Apabila berat badannya normal, maka boleh mengalami kenaikan 16 kg. Sedangkan apabila dia kelebihan berat badan, maka hanya boleh naik 11,5 kg dan untuk kasus obesitas hanya boleh naik 9 kg saat hamil.
Tak hanya berat badan, nutrisi yang masuk ke tubuh ibu hamil juga perlu diperhatikan sejak awal. Sebab, Natasya mengatakan otak dan jantung janin sudah mulai terbentuk sejak usia kehamilan tiga hingga empat minggu.
“Intinya bisa kelebihan atau kekurangan nutrisi itu sama-sama nggak baik. Kalau kekurangan, ibu gizinya kurang, maka bayinya akan BBLR, prematur. Kelak dia lahir bisa jadi stunting dan mengalami gangguan perkembangan,” jelasnya.
Tak hanya itu, kalau kelebihan maka anak bisa mengalami risiko terserang berbagai penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus atau hipertensi.
Sebaliknya, jika ibunya mengalami kelebihan nutrisi hingga diabetes mellitus pada kehamilan, maka janinnya akan kelebihan berat badan.
Dijelaskan dalam antaranews, apabila bayi lahir dengan berat badan berlebih, maka akan menyebabkan sesak nafas, dan meningkatkan risiko bayi masuk Unit Perawatan Intensif Neonatal (Neonatal Intensive Care Unit/ NICU).
Dia katakan, diet yang ideal perlu diperhatikan ibu mulai dari mengandung hingga selesai menyusui. Asupan yang perlu diperhatikan antara lain seperti zat besi, vitamin D, yodium, folat, dan B12. 7
1
Komentar