Keluarga Besar Gelar Pameran Lukisan Puncak Karya Maestro Nyoman Gunarsa di Klungkung
Untuk Mengenang Figur ‘Sang Maestro’ dalam Berkesenian
Sejak tumbuh sebagai seniman Gunarsa mengkonstruksi semangat dan nuansa taksu dalam berkarya, alhasil, karya-karyanya dikenal unik dan berkarakter
SEMARAPURA, NusaBali
Keluarga besar Nyoman Gunarsa (almarhum) bersama Yayasan Indonesiana menggelar Pameran Lukisan Puncak Karya Nyoman Gunarsa. Acara ini digelar di Museum Nyoman Gunarsa di Dusun Banda, Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, Senin (9/9).
Pameran ini untuk mengenang figur besar dalam kesenian Indonesia sekaligus bentuk pertanggungjawaban sang maestro kepada masyarakat. Karya-karya Nyoman Gunarsa sepanjang perjalanannya sebagai perupa akan ditampilkan sebagai bentuk sumbangsihnya kepada kesenian dan kebudayaan Indonesia. Lebih dari setengah abad Nyoman Gunarsa berkarya, karya-karyanya tidak bisa dihitung dengan tangan.
Sebagian besar karya perupa asal Dusun Banda, Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung ini dikoleksi di Museum Seni Lukis Klasik Nyoman Gunarsa dan Museum Seni Lukis Kontemporer yang berdiri di tanah kelahirannya, Dusun Banda.
Menurut Istri Nyoman Gunarsa, Indrawati Gunarsa, semua karya Nyoman Gunarsa terkoleksi dengan baik dan terawat di Museum Nyoman Gunarsa. Merawat dan melestarikan Museum Nyoman Gunarsa dengan koleksinya yang segudang kata dia bukan perkara mudah. Terlebih, Museum Nyoman Gunarsa murni praktek museum, tanpa didukung ada galeri. "Merawat dan melestarikan museum perlu perencanaan dan manajemen secara komprehensif," ujar Indrawati, Minggu (8/9).
Aktivitas seni karawitan di Museum Nyoman Gunarsa juga berjalan berkelanjutan. Sehingga museum yang berdiri sejak tahun 1994 ini tetap hidup dan menggeliat sampai sekarang.
Museum tidak sekadar untuk menyimpan koleksi benda-benda kuno, museum itu sebagai harta karun. Museum itu tempat melestarikan benda-benda bersejarah, budaya, maupun seni. "Semua dokumentasi itu adalah bahan ajar bagi masyarakat akan kekayaan budaya dan sejarahnya, maka merawat dan melestarikan museum bukan perkara mudah,” ujar Indrawati.
Indrawati cukup berhasil merawat dan melestarikan Museum Nyoman Gunarsa. Bahkan Museum Seni Lukis Kontemporer saat ini diperluas sebagian mengadopsi konsep museum terbuka menyatu dengan alam lingkungan. Alam lingkungan Museum Nyoman Gunarsa dipenuhi tetumbuhan untuk pengobatan (taru permana) serta tanaman untuk keperluan upacara di Bali.
Indrawati Gunarsa menyampaikan sejak awal perencanaan pembangunan Museum Nyoman Gunarsa terinspirasi dengan budaya dan tradisi Bali. Selain konsep ruang dan koleksinya sebagai penanda budaya, Museum Nyoman Gunarsa didukung lingkungan yang dipenuhi pepohonan dan tanaman yang berhubungan dengan budaya dan tradisi Bali. “Kami komitmen dalam melestarikan budaya dan tradisi Bali. Museum mengajarkan kita nilai spiritual, nilai-nilai kreativitas, nilai etika, nilai estetika. Semoga menginspirasi talenta muda karya-karya Nyoman Gunarsa, untuk mendorong anak sejak dini peduli dengan budaya,tradisi dan lingkungan,” ujar Indrawati.
Gunarsa yang semasa hidupnya tidak saja kreatif berkarya juga aktif berburu benda-benda artefak kuno Bali. Hasilnya semua itu melengkapi koleksi Museum Seni Lukis Klasik Bali Nyoman Gunarsa. Koleksi itu di antaranya ada wayang bermata emas, keris, lukisan klasik Bali, patung, topeng, gamelan serta karya seni dari tokoh seni Indonesia maupun seniman mancanegara yang pernah tinggal di Indonesia.
Maestro seni Nyoman Gunarsa selama puluhan tahun menggagas dan mengakselerasi kebangkitan Seni Lukis Klasik Bali hingga mendunia. Semangatnya itu diwujudkan dalam berbagai bentuk di antaranya dengan membangun Museum Seni Lukis Klasik Bali yang kemudian terintegrasi dengan Museum Seni Lukis Kontemporer Indonesia, menggelar pameran Seni Lukis Klasik Bali secara lokal, nasional hingga internasional.
Sejak tumbuh sebagai seniman Gunarsa mengkonstruksi semangat dan nuansa taksu dalam berkarya. Alhasil, karya-karyanya dikenal unik dan berkarakter. Berbagai bentuk karya seni Nyoman Gunarsa digabungkan dengan modal akademis tanpa mengurangi akar klasik yang menjadi roh jiwanya. 7 wan
Komentar