Tenun Bomba Sulawesi Tengah Mewarnai Fashion Show Peringatan Hari Tenun Nasional di Bali
MANGUPURA, NusaBali.com – Dalam rangka memperingati Hari Tenun Nasional, Debby Fauziyanto, seorang fashion designer, memperkenalkan koleksi eksklusif berbahan tenun Bomba khas Sulawesi Tengah. Karya tersebut dipamerkan dalam acara fashion show yang digelar oleh Bali Cultural Vibes di Oasis Main Atrium, Beachwalk, Kuta, Sabtu (7/9/2024) petang.
Acara ini menampilkan keindahan budaya tekstil Indonesia, dengan 25 desainer ternama mempersembahkan berbagai kreasi fashion. Melalui koleksi ini, Debby yang juga pendiri ‘Debz’ menggabungkan denim dengan tenun Bomba, menciptakan paduan unik antara modernitas dan warisan tradisional.
“Koleksi ini mengusung konsep mix and match antara denim dan tenun Bomba, khususnya dari Palu, Sulawesi Tengah,” jelas Debby, yang juga merupakan peraih penghargaan Best Designer di ASOTY Australian Supermodel of the Year 2023.
Direktur PT Progresif Cipta Kreasi dengan latar belakang fashion merchandising dan manajemen dari San Francisco ini menambahkan bahwa karyanya bertujuan memperkenalkan tenun Bomba dalam tampilan yang lebih kasual namun tetap mempertahankan filosofinya.
Tenun Bomba dikenal sebagai seni tekstil khas Sulawesi Tengah yang menggunakan alat tenun tradisional dan pewarna alami. Motif-motif seperti Taiganja, Bomba Mawar, Sero Tangga, dan Daun Kelor menggambarkan kehidupan dan tradisi lokal. Daun Kelor, yang sering muncul dalam desain tenun Bomba, merupakan simbol penting di Sulawesi Tengah, terutama di Kota Palu yang dijuluki ‘Kota Kelor.’
Dalam fashion show ini, Debby berkolaborasi dengan Upie Parura, seorang representatif Palu, Sulawesi Tengah. Upie, yang juga berperan sebagai promotor tenun Bomba, berkomitmen memperluas popularitas kain ini agar tidak hanya dianggap sebagai pakaian formal.
Debby Fauziyanto (kiri) dan Upie Parura.
“Tenun Bomba sering dianggap kaku dan hanya cocok untuk acara formal. Namun melalui koleksi ini, kami ingin menunjukkan bahwa tenun Bomba dapat diadaptasi dalam fashion modern tanpa menghilangkan maknanya,” ujar Upie yang juga berprofesi sebagai kontraktor ini.
Upie juga menekankan, meskipun proses pembuatan tenun Bomba masih menggunakan teknik tradisional, penerapan teknologi modern sudah mulai diperkenalkan untuk meningkatkan kapasitas produksi. Namun, tantangan terbesar adalah mengenalkan perbedaan antara tenun Bomba dengan kain lain seperti endek dari Bali.
“Banyak yang mengira tenun Bomba mirip dengan endek Bali. Padahal setiap tenun di Indonesia memiliki ciri khas tersendiri, baik dari proses hingga motifnya,” tambah Debby.
Keunikan tenun Bomba terletak pada motifnya yang menggambarkan flora dan fauna lokal, seperti daun kelor, cengkeh, dan mawar, yang mencerminkan kekayaan alam Sulawesi Tengah. Hal ini berbeda dengan motif geometris yang lebih umum ditemukan di wilayah lain.
Dalam fashion show di Kuta ini, Debby Fauziyanto dan Upie Parura menampilkan enam peragaan fashion yang menonjolkan berbagai corak tenun Bomba, termasuk motif flora dan fauna, serta elemen alam lainnya. "Kami berharap dengan acara ini, tenun Bomba dapat dikenal lebih luas kepada masyarakat Indonesia, seperti halnya endek dari Bali," tandas Debby. *cr79
1
Komentar