nusabali

Siswa Ikuti Simulasi Hadapi Gempa Megathrust

  • www.nusabali.com-siswa-ikuti-simulasi-hadapi-gempa-megathrust

Tujuh hotel berpartisipasi sebagai titik evakuasi sementara dalam simulasi ini.

MANGUPURA, NusaBali
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Badung bersama Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Tanjung Benoa menggelar simulasi kebencanaan dalam rangka menghadapi potensi gempa megathrust pada Selasa (10/9) pagi. Simulasi ini melibatkan berbagai unsur masyarakat termasuk para siswa sebagai bentuk kesiapsiagaan terhadap gempa berkekuatan besar yang diprediksi mencapai magnitudo 9,0 di wilayah Samudra Hindia, yang berpotensi memicu tsunami besar di Bali.

Kalaksa BPBD Badung diwakiliki Pranata Penanggulangan Bencana Ahli Madia BPBD Badung Wayan Netra, menyampaikan apresiasi tinggi terhadap kegiatan simulasi kebencanaan di Tanjung Benoa. Menurutnya, kegiatan ini sangat bermanfaat dan berperan penting dalam mengedukasi masyarakat tentang risiko gempa bumi dan tsunami, terutama dengan adanya isu megathrust yang akhir-akhir ini sering dibicarakan.

“Kami dari BPBD Badung sangat mengapresiasi. Ini merupakan langkah yang sangat penting untuk mengedukasi masyarakat mengenai potensi bencana, terutama gempa bumi dan tsunami,” kata Netra.

Sementara, Ketua FPRB Tanjung Benoa I Wayan Deddy Sumantra, mengatakan kegiatan simulasi gempa dan tsunami dalam rangka menyikapi isu gempa Megatrush. “Isunya gempa Megatrush berdampak besar dan itu menimbulkan energi yang mencapai magnitudo 9,0,” ujar Deddy. 

Deddy menjelaskan, simulai melibatkan ratusan orang dari berbagai sektor, mulai dari pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi, hingga media. BPBD Provinsi Bali, BPBD Kabupaten Badung, serta unsur pemerintahan adat, juga terlibat aktif. Kelompok masyarakat seperti Bakamda, pecalang, LPM, dan Karang Taruna turut ambil bagian, memperkuat sinergi dalam kegiatan ini.

“Kami bersinergi dengan berbagai pihak dalam kegiatan ini, termasuk 75 orang dari unsur pemerintah dan masyarakat. Selain itu, kami juga melibatkan siswa dari SD 1 dan 2 Tanjung Benoa serta SMPN 3 Tanjung Benoa, dengan total sekitar 650 siswa serta guru dan pegawai,” jelas Deddy.

Selain melibatkan pemerintah dan masyarakat, FPRB juga berkolaborasi dengan pihak hotel dan dunia usaha di Tanjung Benoa. Sebanyak tujuh hotel berpartisipasi sebagai titik evakuasi sementara dalam simulasi ini, termasuk rencana penambahan dua hotel lagi sebagai bagian dari upaya mitigasi berbasis vertikal. Lokasi-lokasi evakuasi ini sudah dipetakan dan disosialisasikan kepada masyarakat melalui SOP (Standard Operating Procedure) yang telah disusun secara rinci. Selain itu, unsur dunia usaha lainnya, seperti restoran, vila, toko, dan gabungan wisata tirta, turut mendukung logistik dalam kegiatan ini. 

Deddy menekankan pentingnya kolaborasi dengan akademisi untuk memberikan kajian ilmiah mengenai risiko gempa dan tsunami, sehingga masyarakat dapat lebih memahami ancaman yang dihadapi. Dia juga berharap simulasi semacam ini bisa dilakukan secara serentak di seluruh desa dan banjar di Tanjung Benoa, dengan rencana road show sosialisasi ke banjar-banjar guna meningkatkan kesadaran akan pentingnya mitigasi bencana.

“Harapan kami adalah seluruh masyarakat Bali, khususnya di Kabupaten Badung, sadar bahwa ancaman gempa megathrust ini nyata dan serius. Ini bukan hal yang bisa dianggap remeh, dan kita harus bersama-sama meningkatkan keselamatan kita,” harapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Informasi Gempabumi dan Tsunami BBMKG Wilayah III Denpasar Dwi Hartanto, mengatakan pada simulasi tersebut BBMKG menggunakan model simulasi gempa dengan kekuatan 8,5 pada skala magnitudo yang diperkirakan akan berdampak di wilayah selatan Bali, sekitar 200 meter dari pesisir. Simulasi kali ini mencakup dua aspek utama, yakni gempa bumi dan tsunami.

“Prosesnya dimulai dengan peringatan dini untuk gempa bumi yang diikuti dengan peringatan dini tsunami. Simulasi ini dilakukan pukul 09.00 Wita dan dirancang untuk menguji seberapa siap masyarakat dalam menanggapi peringatan bencana,” ujarnya.

Dwi Hartanto menjelaskan kegiatan simulasi ini merupakan bagian dari upaya rutin yang dilakukan di Tanjung Benoa. Kegiatan serupa telah dilakukan sebelumnya dan tujuan utamanya adalah untuk memastikan masyarakat selalu siap menghadapi situasi darurat. @ ind, ol3

Komentar