Bocah 8 Tahun Jadi Korban DBD, Kasus Meningkat Tajam di Tahun Ini
Data kasus DBD di Buleleng dari Januari-Agustus 2024, cukup tinggi. Tercatat ada 1.435 kasus.
SINGARAJA, NusaBali
Malang nasib Kadek PD, anak usia delapan tahun yang meregang nyawa setelah dinyatakan positif terjangkit Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Minggu (8/9) siang di RSUD Buleleng. Bocah asal Banjar Dinas Lebah, Desa Dencarik, Kecamatan Banjar, Buleleng ini telat mendapatkan penanganan medis, karena baru dilarikan ke RSUD saat demam hari kesepuluh.
Data yang dihimpun RSUD Buleleng dari keluarga, korban disebut mengalami demam sejak Rabu (28/9) lalu. Korban sempat dibawa ke Puskesmas dan dokter umum. Namun karena tak kunjung sembuh pada Sabtu (7/9), korban dilarikan keluarga ke RSUD Tangguwisia, Desa Tangguwisia, Kecamatan Seririt, Buleleng.
Dari gejala yang dihadapi dan setelah dilakukan cek darah Kadek Partha dinyatakan positif DBD. Kondisinya yang kurang baik, membuat RSUD Tangguwisia langsung merujuk ke RSUD Buleleng malam itu juga. Lalu di RSUD Buleleng korban langsung mendapat perawatan di ruang intensif. Namun kesadarannya terus menurun, hingga Minggu (8/9) pukul 14.43 wita bocah kelas dua SD ini dinyatakan meninggal dunia.
Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng dr Putu Arya Nugraha dihubungi Selasa (10/9) kemarin membenarkan kejadian tersebut. Kasus DBD yang dialami Kadek Partha menjadi fatal karena ada keterlambatan penanganan medis. Saat tiba di rumah sakit, korban sudah mengalami kondisi Dengue Shock Syndrome (DSS), fase terberat dalam DBD,
“Ada beberapa faktor penyebab, pertama karena keterlambatan penanganan, itu baru dibawa ke RS saat demam di hari ke sepuluh sehingga potensi DSS lebih besar, lalu ada faktor kekuatan virus juga yang berpengaruh, penanganan sudah sesuai protap, terapi dan perawatan intensif,” ucap Arya Nugraha yang juga Dirut RSUD Buleleng.
Sementara itu, atas kejadian tersebut, Dinas Kesehatan sudah melakukan penyelidikan terkait kasus DBD yang berakibat fatal. Puskesmas yang mewilayahi telah diinstruksikan mengintensifkan sosialisasi ke masyarakat. Terutama jika mengalami demam selama 3-4 hari wajib memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk melakukan cek darah. Hal ini untuk antisipasi dan kewaspadaan dini dan segera mendapatkan penanganan yang tepat.
“Pencegahan yang paling efektif itu adalah PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dengan 3M Plus. Kalau fogging dan menabur bubuk abate hanya memberantas nyamuk dewasa, sehingga perlu kerjasama seluruh pihak,” jelas Arya Nugraha.
Di sisi lain, data kasus DBD di Buleleng dari Januari-Agustus 2024, cukup tinggi. Tercatat ada 1.435 kasus. Jumlah kasus tertinggi terjadi pada bulan April, Mei dan Juni. Bahkan pada April jumlah kasus mencapai 348, Mei sebanyak 319 dan Juni turun di angka 192, lalu terus melandai, hingga Agustus kemarin di angka 91 kasus.
Sementara itu Perbekel Desa Dencarik Putu Riasa dikonfirmasi terpisah mengatakan hingga Selasa kemarin tidak ada lagi kasus DBD yang dilaporkan menjangkiti warganya. Kasus yang menimpa Kadek Partha merupakan kasus satu-satunya.
“Saya tahu informasi DBD itu sehari setelah dinyatakan positif dan dirujuk ke RSUD Buleleng. Sejauh ini tidak ada kasus lain di desa. Kami sudah cek ke lingkungan sekolah dan juga lingkungan rumah, sangat bersih tidak ada ciri-ciri genangan air atau jentik nyamuk. Terakhir kasus DBD itu tahun lalu,” terang Riasa.
Keluarga korban juga sempat meminta fogging setelah korban dirujuk ke RSUD Buleleng. Namun saat itu kebetulan mesin fogging milik desa sedang rusak. Riasa pun sudah menghimbau sekolah dan kelian banjar untuk memantau situasi lingkungannya. Terutama kebersihan dan mengupayakan PSN. Pemdes pun disebut Riasa sudah rutin melakukan gotong royong sebagai salah satu PSN seminggu sekali.7 k23
1
Komentar