nusabali

Yowana Bali Ukir Sejarah, Orang Indonesia Pertama Juarai Kompetisi Bartender Terbesar di Dunia

  • www.nusabali.com-yowana-bali-ukir-sejarah-orang-indonesia-pertama-juarai-kompetisi-bartender-terbesar-di-dunia
  • www.nusabali.com-yowana-bali-ukir-sejarah-orang-indonesia-pertama-juarai-kompetisi-bartender-terbesar-di-dunia

DENPASAR, NusaBali.com - I Putu Aris Sanjaya Putra, 28, berhasil mengukir sejarah internasional untuk tanah air. Yowana Bali asal Desa Sidetapa, Kecamatan Banjar, Buleleng ini jadi orang Indonesia pertama yang menjuarai Diageo World Class, kompetisi bartender terbesar di dunia.

Sepanjang sejarah 15 tahun Diageo World Class, belum pernah sekalipun wakil Indonesia lolos babak delapan besar, apalagi masuk tiga besar dunia. Aris yang pertama. Ia mengharumkan nama tanah air dengan menyabet posisi kedua World Class Global Bartender 2024. Ia hanya kalah dari wakil Kanada, Keegan McGregor.

Babak final tingkat dunia Diageo World Class 2024 berlangsung di Shanghai, Tiongkok, 9-13 September waktu setempat. Bartender berbakat dari 44 negara berkumpul di kota pelabuhan Tiongkok untuk merebut gelar World Class Bartender of the Year. Aris jadi salah satu yang terbaik dengan dua gelarnya.

Selain World Class Global Bartender, pria yang pernah bekerja di minimarket ini juga meraih penghargaan World Class People's Choice Award. Penghargaan ini didapat setelah mayoritas dari 700 tamu yang diundang menjajal pop-up bar para kontestan memilih bar besutan Aris sebagai favorit mereka.

Perlu dicatat, Diageo World Class ini mengkhusus pada kompetisi bartender di bidang mixology, seni mencampur minuman bukan pada atraksi bartender yang luas dikenal masyarakat. Kompleksitas campuran, rasa, dan filosofi di baliknya menjadi poin penting yang dinilai dewan juri.

"Ini kali kedua saya mencoba ikut Diageo World Class. Tahun 2019 saya pernah ikut dan dapat posisi kedua di nasional jadi tidak bisa mewakili Indonesia saat itu. Setelah itu, saya sempat bekerja di Vietnam selama empat tahun," ujar Aris kepada NusaBali.com ketika dihubungi Senin (16/9/2024).

Ya, sebelum ke babak final level dunia di Shanghai, Aris harus bersaing dengan bartender terbaik nasional lebih dulu. Diageo World Class mengatur, kontestan tidak boleh mewakili negara tertentu yang bukan negara asalnya. Ini juga jadi alasan Aris vakum mengikuti kompetisi ini selama bekerja di Vietnam.

Babak final nasional digelar di Jakarta pada Juni lalu. Aris berhasil terpilih menjadi satu dari 16 bartender terbaik tanah air yang diundang untuk diseleksi jadi wakil Indonesia. Racikannya yang bertajuk Future Margarita jadi kunci kelolosannya pada tahap seleksi nasional.

"Future Margarita ini mengisahkan bagaimana sih koktail margarita itu di masa depan dengan konsep sustainability. Bahannya dari sisa bahan jus lemon, jeruk nipis, dan mengangkat produk petani madu kecil di Payangan. Itu disajikan pakai gelas hasil daur ulang," tutur Aris yang bakat bartendernya diturunkan sang ayah.

Aris mengaku, terbang ke Shanghai berbekal ilmu yang ia pelajari selama satu dekade terakhir dengan ciri khas mixology yang berkembang di Bali. Bekal ini mengantarnya melewati berbagai tantangan kompetisi di negeri orang hingga akhirnya hanya tersisa delapan kontestan di babak final.

Di babak final ini, kedelapan kontestan diminta mendirikan pop-up bar masing-masing. "Kami diminta mempresentasikan enam koktail yang merepresentasikan konsep bar masing-masing. Saya terinspirasi dari proses tumbuhan itu tumbuh," ungkap pria kelahiran 1996 silam ini.

Aris mengungkap konsep barnya bertajuk Roots to Flower, dari akar sampai bunga. Semua elemen tumbuhan ini, bahkan sampai tumbuhan itu menua dipakai sebagai bahan racikan koktailnya. Akar, batang, daun, bunga, dan buah, termasuk kulit kayu terpakai. Elemen kulit kayu inilah yang membuat dewan juri penasaran.

"Yang bikin unik itu, saya bawa kulit kayu dari Indonesia yaitu kayu mesoyi yang jadi highlight karena sempat dicoba, dicium dewan juri," kata Aris yang juga bar manager di Sycro BASÉ, Ubud, Gianyar ini.

Roots to Flower
membawa Aris ke posisi kedua di babak final Diageo World Class 2024. Ia memang belum berhasil menyabet gelar World Class Global Bartender of the Year. Tapi, posisi kedua sebagai World Class Global Bartender saja sudah membuatnya cukup puas, apalagi jadi pencetak sejarah untuk tanah air.

Hal ini jadi kabar baik bagi bartender-bartender lain di Bali, khususnya yang masih muda dan berkembang. 'Be as original as possible' atau jadilah diri sendiri, dikatakan Aris. Bartender Bali disebut tidak perlu mengekor budaya mixology luar tapi harus mempromosikan budaya sendiri.

Seni meracik jamu atau di Bali disebut loloh menjadi bukti bahwa mixology itu, kata Aris, telah hidup di budaya nenek moyang. "Di samping itu, jangan membatasi diri. Jangan hanya inspirasi itu terpaku pada lingkup minuman. Bahkan budaya non minuman kita pun bisa jadi inspirasi meracik minuman," beber Aris.

Setelah sampai di posisi sekarang ini, Aris berencana rehat sejenak dari dunia kompetisi sebagai peserta. Kini, undangan sebagai juri dari negara tetangga sudah ia terima. Peraih gelar Diageo World Class pertama di Asia Tenggara ini pun bercita-cita membangun akademi bartender untuk mixologist muda Pulau Dewata.

"Membangun akademi untuk anak muda Bali itu jadi panggilan hati saya. Mudah-mudahan ke depan terealisasi dan dengan ini harapannya bisa membangkitkan anak muda Bali untuk memulai bisnisnya sendiri di sektor ini," buka Aris yang mengaku akan kembali ke arena Diageo World Class selang beberapa tahun ke depan. *rat

Komentar