nusabali

MUTIARA WEDA: Apa itu Pengetahuan?

  • www.nusabali.com-mutiara-weda-apa-itu-pengetahuan

na hi jñāne na sadr̥ṣam pavitram iha vidyatetat svayam yoga-samsiddhah kālenātmani vindati.(Bhagavad Gita, 4.38)

Sesungguhnya tidak ada yang lebih murni di dunia ini daripada pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri ditemukan dalam diri orang yang telah mencapai kesempurnaan yoga seiring berjalannya waktu.

MEMBAHAS tentang ‘apa pengetahuan’ itu ibarat mengarungi samudera, luasnya tak berujung. Konsep pengetahuan telah dibahas oleh berbagai ahli dari berbagai disiplin ilmu. Plato misalnya, seorang filsuf Yunani kuno, mendefinisikan pengetahuan sebagai ‘keyakinan yang benar yang dibenarkan’ atau ‘justified true belief’. Dalam pandangannya, pengetahuan di samping benar dan diyakini, tetapi juga harus memiliki dasar pembenar yang kuat pula. Sementara itu, Aristoteles, murid Plato, memandang pengetahuan sebagai pemahaman akan sebab dan prinsip dasar yang mendasari realitas. Baginya, pengetahuan dapat dicapai melalui pengalaman empiris dan pemikiran rasional yang terstruktur.

Immanuel Kant, seorang filsuf Jerman, menguraikan bahwa pengetahuan melibatkan sintesis antara pengalaman inderawi dan struktur kognitif pikiran. Dia membedakan antara pengetahuan a priori (yang diperoleh tanpa pengalaman) dan a posteriori (yang diperoleh melalui pengalaman). Sementara itu Karl Popper lebih fokus pada pengetahuan ilmiah, mengatakan bahwa pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang bersifat sementara dan selalu dapat dikoreksi. Teori ilmiah harus dapat diuji dan dibantah sehingga terus berkembang.

Foucault, seorang filsuf Prancis, melihat pengetahuan sebagai konstruksi sosial yang dipengaruhi oleh kekuatan dan struktur sosial. Dia berpendapat bahwa pengetahuan tidak terlepas dari konteks sosial dan sejarah di mana ia muncul. Thomas Kuhn juga bicara tentang pengetahuan ilmiah. Menurutnya, pengetahuan ilmiah berkembang melalui perubahan paradigma atau perubahan mendasar dalam cara pandang terhadap dunia. Ilmu pengetahuan berkembang dalam kerangka paradigma yang dominan hingga munculnya paradigma baru.

John Dewey, seorang filsuf pragmatis, melihat pengetahuan sebagai proses aktif dan dinamis yang terlibat dalam pemecahan masalah dan interaksi dengan lingkungan. Baginya, pengetahuan diperoleh melalui pengalaman praktis dan refleksi. Namun, yang unik adalah uraian dari Edmund Gettier, seorang filsuf Amerika, melihat ada masalah terhadap definisi tradisional pengetahuan sebagai ‘keyakinan yang benar yang dibenarkan’ melalui contoh-contoh yang dikenal sebagai ‘masalah Gettier’. Dia menunjukkan situasi di mana seseorang memiliki keyakinan yang benar dan dibenarkan, tetapi masih tidak benar-benar memiliki pengetahuan.

Bagaimana dengan Hindu, apa pandangan Hindu terkait pengetahuan? Untuk memahami ajaran Hindu secara baik, problem tentang pengetahuan ini menjadi diskusi paling inti. Persoalan epistemologi ini menurut Hindu mesti dikembalikan ke ontologinya. Jika ditanya, apa itu ‘pengetahuan’, maka pertanyaan itu sendiri bersifat ontologis karena mengarah pada struktur penyusun, bentuk, dan sifat dari pengetahuan. 

Secara epistemologis Hindu bicara tentang proses bagaimana pengetahuan itu diperoleh, seperti apa caranya, bagaimana justifikasinya, serta kategori mana yang disebut pengetahuan vaild atau tidak. Namun, ketika pengetahuan itu digali mengenai strukturnya, maka ini mengarah pada entitas. Pengetahuan sebagai sebuah entitas. Apa yang disampaikan oleh para filsuf di atas tentang pengetahuan, belum benar-benar membahas tentang struktur penyusun, atau form, atau rancang bangunnya. Jenis pengetahuan mungkin ada banyak, apakah pengetahuan ilmiah, pengetahuan objektif dan yang lainnya, tetapi ketika ditanya apa itu ‘pengetahuan’ jika dilepaskan dari objeknya?

Mungkin Gettier menyadari keterbatasan definisi tersebut. Apa itu pengetahuan? Hindu menyebutnya sebagai ‘cit’, kesadaran. Pengetahuan adalah kesadaran. Bentuk dari pengetahuan adalah kesadaran. Sang sadarlah yang mengetahui, dan kesadaran itu sendiri pengetahuan itu. Karena kesadaran, segala objek bisa dipantulkan. Pantulan kesadaran ini ditangkap oleh indriya dan memori, dan kemudian disimpan, diterjemahkan kembali oleh buddhi sehingga membentuk pola tersendiri. Pola-pola ini disebut pengetahuan oleh para filsuf di atas. 

Sementara itu, Hindu memandang lebih jauh, bahwa pengetahuan adalah kesadaran yang membangun pola-pola itu. Itulah sebabnya mengapa Krishna menyatakan pengetahuan itu murni dan hanya akan diperoleh oleh mereka yang telah melewati kesempurnaan yoga. Pengetahuan adalah svaprakasa, dia yang bersinar dari dirinya sendiri, ia yang memproyeksikan semua objek. Ini mungkin tampak absurd, tapi mari kita masuk ke dalam dan temukan kebenarannya. 7

I Gede Suwantana
Direktur Bali Vedanta Institute

Komentar