Petapa Maha Guru Aertrya Melanjutkan Wanaprasta di Goa Panca Pandawa
Petapa Maha Guru Aertrya Narayana yang sempat dievakuasi dari hutan negara, perbukitan Antab Sai, wilayah Desa Tambakan, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Jumat (18/8) lalu, dinyatakan telah dijemput oleh pengikutnya dan kembali mengasingkan diri ke dalam hutan pada Sabtu (19/9) lalu.
SINGARAJA, NusaBali
Bahkan kini petapa yang mengaku dari Puri Kesiman, Denpasar tersebut sedang wanaprasta di Goa Panca Pandawa, kawasan hutan Banjar Dinas Mengandang, Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan Buleleng.
Hal tersebut dikatakan oleh Komang Awit , 40, pengikut Maha Guru Aertrya warga, Desa Tambakan, saat disambangi Minggu (20/8) di kediamannya. Sebelumnya setelah dievakuasi oleh tim gabungan baik dari aparat desa, Polsek Kubutambahan dan juga Kepala Resort Pengelola Hutan (KRPH) sempat menginap di rumah Komang Awit. Hanya saja Maha Guru Aertrya yang sudah mengasingkan diri di dalam hutan sejak 6 Juli lalu tidak mau tidur di dalam rumah, melainkan hanya bersedia di kandang sapi milik Komang Awit.
“Kemarin (Sabtu,red) sudah melanjutkan tapa semedi di Goa Panca Pandawa, Mengandang, Pakisan,” ujar Komang Awik. Dalam proses kembali ke hutan. Maha Guru Aertrya diantar oleh sejumlah pengikutnya. Bahkan pada Minggu (20/8) kemarin, sejumlah pengikutnya tampak membawakan barang-barang milik Maha Guru Aertrya untuk kebetuhannya sehari-hari seperti tenda, selimut, ember, makanan dan juga dupa untuk sarana pemujaan.
Menurutnya, kini Maha Guru Aertrya tinggal di dalam hutan Mengandang, Desa Pakisan yang berjarak lima kilometer dari permukiman warga. Untuk sementara Maha Guru tinggal di goa Panca Pandawa yang ia namai sendiri. Awit pun menceritakan bahwa Maha Guru Aertrya yang disebut memiliki banyak pengikuti ini ingin mencapai moksa di dalam hutan.
Disinggung masalah izin menempati hutan yang sebelumnya ditolak warga dan KRPH, diakui Awit sedang diurus oleh pihak keluarga dan yayasan. Sedangkan sebelumnya, selain tidak mengantongi izin menempati hutan negara yang dilindungi, petapa Maha Guru Aertrya juga dinilai mencemari sumber mata air, yang ada di perbukitan Antab Sai.
Sumber mata air yang selama ini sumber utama masyarakat Banjar Dinas Sanglangki, konon dipakai oleh Maha Guru untuk kebutuhan sehari-harinya, dari memasak, mandi dan lain sebagainya. Sehingga masyarakat setempat merasa keberatan dan menolak penempatan hutan negara tersebut tanpa izin.
“Ya jelas warga kami di Sanglangki komplin. Selain tinggal tanpa izin, petapa itu juga telah mencemari sumber mata air bersih di Puncak Antab Sai,” terang Perbekel Desa Tambakan, Nyoman Surama. Terkait dengan hijrahnya petapa ke hutan lain, pihaknya tidak mau berkomentar, karena kawasan tersebut sudah di luar kewenangannya.*k23
Hal tersebut dikatakan oleh Komang Awit , 40, pengikut Maha Guru Aertrya warga, Desa Tambakan, saat disambangi Minggu (20/8) di kediamannya. Sebelumnya setelah dievakuasi oleh tim gabungan baik dari aparat desa, Polsek Kubutambahan dan juga Kepala Resort Pengelola Hutan (KRPH) sempat menginap di rumah Komang Awit. Hanya saja Maha Guru Aertrya yang sudah mengasingkan diri di dalam hutan sejak 6 Juli lalu tidak mau tidur di dalam rumah, melainkan hanya bersedia di kandang sapi milik Komang Awit.
“Kemarin (Sabtu,red) sudah melanjutkan tapa semedi di Goa Panca Pandawa, Mengandang, Pakisan,” ujar Komang Awik. Dalam proses kembali ke hutan. Maha Guru Aertrya diantar oleh sejumlah pengikutnya. Bahkan pada Minggu (20/8) kemarin, sejumlah pengikutnya tampak membawakan barang-barang milik Maha Guru Aertrya untuk kebetuhannya sehari-hari seperti tenda, selimut, ember, makanan dan juga dupa untuk sarana pemujaan.
Menurutnya, kini Maha Guru Aertrya tinggal di dalam hutan Mengandang, Desa Pakisan yang berjarak lima kilometer dari permukiman warga. Untuk sementara Maha Guru tinggal di goa Panca Pandawa yang ia namai sendiri. Awit pun menceritakan bahwa Maha Guru Aertrya yang disebut memiliki banyak pengikuti ini ingin mencapai moksa di dalam hutan.
Disinggung masalah izin menempati hutan yang sebelumnya ditolak warga dan KRPH, diakui Awit sedang diurus oleh pihak keluarga dan yayasan. Sedangkan sebelumnya, selain tidak mengantongi izin menempati hutan negara yang dilindungi, petapa Maha Guru Aertrya juga dinilai mencemari sumber mata air, yang ada di perbukitan Antab Sai.
Sumber mata air yang selama ini sumber utama masyarakat Banjar Dinas Sanglangki, konon dipakai oleh Maha Guru untuk kebutuhan sehari-harinya, dari memasak, mandi dan lain sebagainya. Sehingga masyarakat setempat merasa keberatan dan menolak penempatan hutan negara tersebut tanpa izin.
“Ya jelas warga kami di Sanglangki komplin. Selain tinggal tanpa izin, petapa itu juga telah mencemari sumber mata air bersih di Puncak Antab Sai,” terang Perbekel Desa Tambakan, Nyoman Surama. Terkait dengan hijrahnya petapa ke hutan lain, pihaknya tidak mau berkomentar, karena kawasan tersebut sudah di luar kewenangannya.*k23
Komentar