Pura Tua di Desa Bulian, Kubutambahan, Buleleng Terbakar
Tiga Palinggih di Pura Banua Tak Dapat Diselamatkan
Pura Banua memiliki keunikan ornamen yang tidak bisa ditemukan di pura-pura lainnya. Di dasar bebaturan ada ukiran-ukiran bercerita.
SINGARAJA, NusaBali
Pura Banua yang ada di Desa Bulian, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng mengalami musibah kebakaran pada Jumat (27/9) sekitar pukul 12.45 Wita. Tiga palinggih yang memiliki atap ijuk hangus terbakar dan tidak dapat diselamatkan. Diduga peristiwa kebakaran itu dipicu karena cuaca panas.
Perbekel Bulian I Made Sudirsa dihubungi NusaBali, Sabtu (28/7), mengatakan tiga palinggih yang terbakar adalah meru tumpang lima stana Ratu Sasuhunan Medue Sari, palinggih Ratu Pasek, dan palinggih Penyarikan. Kerusakan palinggih terparah menimpa stana Ratu Sasuhunan Medue Sari. Palinggih ini benar-benar habis karena berupa meru yang bahannya kayu dan ijuk. Sedangkan dua palinggih lainnya hanya habis bagian atap karena material menggunakan ijuk.
“Kebetulan saya saat kejadian ada di sekitar pura sedang ada kegiatan. Tetapi karena atapnya ijuk, api cepat menyebar. Sudah diupayakan pemadaman api (secara manual oleh warga sekitar, Red) maupun dibantu petugas pemadam kebakaran,” ucap Sudirsa.
Bendesa Adat Bulian Jro Ketut Pasek menambahkan, Pura Banua diyakini krama sebagai pura tua yang sudah berumur ribuan tahun. Meski demikian, tidak ada prasasti dan catatan sejarah tertulis terkait Pura Banua ini. Pura ini terakhir direnovasi pada tahun 1979, termasuk ketiga palinggih yang terbakar pada Jumat kemarin.
Ada di wilayah desa tua Buleleng, Pura Banua memiliki keunikan ornamen yang tidak bisa ditemukan di pura-pura lainnya. “Di dasar bebaturan ada ukiran-ukiran bercerita. Kami juga tidak begitu tahu bagaimana sejarah sesungguhnya. Besok (hari ini) rencananya ada tim arkeolog Unud (Universitas Udayana) akan datang untuk melakukan penelitian,” kata Jro Pasek.
Pascaperistiwa ini, Desa Adat Bulian akan melangsungkan paruman untuk membahas kerugian dan berapa anggaran yang diperlukan untuk proses perbaikan termasuk kapan akan digelar pacaruan, biaya upacara, dan tingkatan upacara yang bakal digelar.
Sementara itu Calon Wakil Bupati (Cawabup) Buleleng Gede Supriatna yang sempat meninjau kondisi pura, Sabtu kemarin, menyarankan desa adat untuk mengusulkan anggaran perbaikan ke pemerintah daerah.
Selain itu Gede Supriatna juga berharap dalam proses perbaikan tidak mengubah struktur asli palinggih. Hendaknya struktur dan bentuk palinggih di Pura Banua ini tetap dipertahankan dan dilestarikan. “Saya lihat konstruksi, karakter ukirannya sangat unik dan antik. Ini harus dilestarikan seperti bentuk sedia kala,” ujar Ketua DPC PDI Perjuangan Buleleng ini. 7 k23
1
Komentar