nusabali

Lebih Dekat dengan I Wayan Sudiantara, Mantan Guide yang Sulap Kopi Robusta Jadi Arak

Arak Kopi Bikinannya Juga Bisa Sembuhkan Penyakit

  • www.nusabali.com-lebih-dekat-dengan-i-wayan-sudiantara-mantan-guide-yang-sulap-kopi-robusta-jadi-arak

TABANAN, NusaBali - Kabupaten Tabanan dikenal sebagai salah satu kabupaten penghasil kopi robusta terbaik. Rupanya kekayaan ini dimanfaatkan oleh mantan guide I Wayan Sudiantara dengan menyulap kopi robusta jadi arak lewat fermentasi.

Meskipun saat ini masih dalam proses pengurusan izin, kopi arak ini sudah banyak peminat. Tak hanya warga lokal, wisatawan asing juga sudah mulai memburu kopi arak tersebut. 

Menariknya kopi arak yang dibuat di rumahnya di Banjar/Desa Baru, Kecamatan Marga, Tabanan ini adalah jenis arak usada (pengobatan). Sebab arak dari kopi ini jika diminum bisa menyembuhkan penyakit terutama flu. Ternyata arak kopi yang dibuat pria 56 tahun ini awalnya hanya ingin membuat arak tetabuhan. Kala itu saat pandemi Covid-19, pariwisata lagi anjlok kemudian Sudiantara sendiri ingin berkegiatan untuk menghasilkan cuan. 

Kemudian segala buah pun dipakai untuk membuat arak, mulai dari buah wani, buah boni, buah pisang, dan buah coklat. Rupanya paling bagus hasilnya setelah dilakukan penyulingan adalah buah kopi. "Jadi kita belajar sejak tahun 2021, pandemi kan. Tapi sebenarnya kami hanya ingin buat arak tetabuhan asli, kan banyak yang gak asli. Namun semakin hari kita tingkatkan kualitas dan ketemulah sama arak kopi ini," ujar Sudiantara ketika ditemui di rumahnya pada, Minggu (29/9). 

Menurutnya, proses dari pembuatan arak kopi ini memang panjang karena untuk mendapatkan kualitas terbaik. Pertama kopi robusta yang sudah berwarna kemerahan dipetik dan dicuci bersih. Kemudian dilakukan fermentasi selama satu bulan. Proses fermentasi ini tentu dicampur dengan bahan-bahan tradisional. Selanjutnya setelah sebulan air fermentasi tersebut dilakukan penyulingan untuk menemukan kadar alkohol yang pas.

Untuk arak kopi ini kata Sudiantara, dia sendiri lakukan penyulingan sampai 3 kali proses supaya mendapat kadar alkohol di angka 35 sampai 41. Kemudian barulah arak kopi ini siap diminum. "Kalau penyulingan sekali itu kadar alkoholnya tinggi masih di angka 70, jadinya arak api. Tapi kami cari juga yang kadar 70 untuk bisa menghasilkan berem atau yang lebih dikenal dengan wine," tuturnya sembari menunjukkan wine yang sudah dihasilkan dari arak kopi tersebut. 

Disebutkan arak kopi ini memiliki rasa lebih soft dibandingkan arak yang dihasilkan dari pohon jaka. Dan menariknya arak kopi yang dihasilkan tersebut bisa menyembuhkan penyakit flu. Cukup diminum dua sloki saja, flu yang diderita akan segera sembuh.
Makanya dalam kemasan yang sudah dibuat Sudiantara, dia pasang label 'Kopi Arak Usada Bali'. "Sekarang kami sedang proses pengurusan izin supaya dalam hal pemasaran menjadi legal. Meskipun masih proses, sudah banyak yang menanyakan dan ingin membeli," katanya. Saat ini jelas Sudiantara dia bersama dengan karyawannya hampir setiap hari memproduksi kopi menjadi arak. Karena dalam pembuatannya masih tradisional, produksi yang dibuat masih skala kecil 5 kilogram per hari. 

Dari jumlah itu dia bisa menghasilkan kopi arak sebanyak 350 ml. Jumlah per botol tersebut Sudiantara hargai sekitar Rp 150.000. "Produksi masih skala kecil, karena pembuatan masih tradisional. Ke depan sembari mengurus izin, kami akan perbesar dalam hal produksi sehingga ancang-ancang bisa buat pabrik itung-itung bantu petani kopi di Tabanan saat panen raya," terangnya. 

Tak hanya dijadikan arak, kopi yang diolah oleh Sudiantara pun juga dijadikan dupa dan serbuk kopi siap seduh. Biji kopi yang sudah selesai dalam proses fermentasi untuk menjadi arak tersebut dia sangrai lalu dijadikan dupa dan kopi siap seduh. Rasa dari kopi serbuk ini pun tak mempengaruhi rasa, masih bisa untuk dinikmati oleh pecinta kopi. "Jadi tidak ada yang terbuang dalam pembuatan kopi arak ini. Lagi pula dalam membuat kopi arak ini dia sendiri tak memerlukan kopi kualitas 1. Asalnya sudah berwarna merah kita jadikan arak. Karena kita tak cari biji kopi, hanya mencari aromanya saja," terangnya. 

Dengan sudah memiliki brand kopi arak ini, Sudiantara berharap bisa didukung semua pihak. Sebab kopi arak ini adalah hasil UMKM, terlebih lagi tujuan utamanya ingin kopi ini semakin naik level sehingga bisa membantu para petani di Tabanan. "Selama ini saya cari bahan bakunya masih di petani kopi di Pupuan. Mudah-mudahan dengan UMKM ini kekayaan Kabupaten Tabanan bisa kita angkat bersama-sama sehingga menemukan pasar di tingkat internasional," harap Sudiantara. 7 des

Komentar