Satpol PP Pariwisata Kenalkan Tourism Dogs
Teman Personel Saat Bertugas di Objek Wisata
DENPASAR, NusaBali - Polisi Pamong Praja (Pol PP) Pariwisata Bali memperkenalkan lima ekor anjing lokal Bali yang menjadi ambasador sekaligus partner saat bertugas sebagai Tourism Dog dalam acara World Rabies Day 2024 dengan tema 'Breaking Rabies Boundaries' di parkiran Pantai Mertasari, Sanur, Denpasar, Minggu (29/9) pagi.
Seksi Penyidikan dan Penyelidikan Bidang Penegakan Hukum Satpol PP Provinsi Bali, Wayan Anggara mengatakan tidak hanya menghadirkan personel dengan seragam khas yang unik bercelana pendek dan mengenakan topi rimba, pembentukan Satpol PP Khusus Pariwisata ini merupakan bagian dari upaya mewujudkan pariwisata Bali yang berkualitas.
“Setiap destinasi wisata di dunia pasti memiliki polisi pariwisata, dan Bali sebagai destinasi global juga harus memiliki upaya yang sama, tapi dengan pendekatan yang lebih inovatif,” ujarnya. Program ini mencakup berbagai aspek seperti pengaturan, pengawasan, pelatihan, infrastruktur, promosi, hingga konservasi dan kolaborasi dengan berbagai pihak. Pol PP Pariwisata berfungsi sebagai ujung tombak dalam hal pengawasan, termasuk sosialisasi kepada wisatawan mengenai tata tertib yang harus dipatuhi selama berlibur di Bali.
Handler Tourism Dog Satpol PP Bali, I Kadek Adi Ardana Putra. –ADI PUTRA
Satpol PP Pariwisata di Bali ini berbeda dari polisi pariwisata di tempat lain karena kehadiran lima ekor anjing lokal Bali sebagai ambasador dalam setiap tugasnya. Empat di antaranya merupakan anjing Kintamani, sementara satu ekor lainnya adalah anjing Bali street dog atau yang sering disebut ‘cicing kacang’. Anjing-anjing ini telah dilatih secara khusus sejak Oktober 2023 lalu untuk mendampingi Satpol PP Pariwisata dalam sosialisasi di berbagai destinasi wisata.
Anjing-anjing ini tidak hanya bertindak sebagai teman wisatawan yang ramah, tetapi juga menjadi alat edukasi terkait kesejahteraan hewan. “Kami ingin mengedukasi wisatawan dan masyarakat lokal mengenai pentingnya vaksinasi, rabies, parvovirus, dan kesejahteraan hewan,” jelas Anggara seraya menjelaskan Anjing Kintamani dipilih karena dianggap mewakili Bali, serta dikenal cerdas dan mudah beradaptasi.
Kelimanya diberi nama Citu, Cida, Ciga, Cipa (anjing Kintamani), dan Cika (cicing kacang). Anjing-anjing ini didapatkan dari penangkaran di Bangli saat mereka berumur tiga bulan, kemudian diasuh dan dilatih secara khusus agar dapat bertugas mendampingi Satpol PP Pariwisata. “Kami ingin menunjukkan bahwa anjing Kintamani sebagai ras lokal Bali bisa sama cerdas dan patuh seperti anjing ras lainnya. Mereka cepat belajar dan bisa bersosialisasi dengan baik,” ungkapnya. Kata Anggara, program Satpol PP Pariwisata dengan Tourism Dog telah mendapat respon positif dari wisatawan, baik domestik maupun internasional. Wisatawan yang bertemu dengan anjing-anjing ini merasa terkesan dengan pendekatan unik yang digunakan oleh Satpol PP Bali.
Saat ini, tim Satpol PP Pariwisata bersama Tourism Dog sudah mengunjungi beberapa destinasi wisata populer, seperti Uluwatu, Tanah Lot, Danau Beratan, Gunung Kawi, Tirta Empul, dan berbagai pantai. “Kami berharap kehadiran anjing-anjing ini tidak hanya menarik perhatian wisatawan, tetapi juga mendorong pemilik anjing di Bali maupun wisatawan untuk menjadi tuan yang baik dalam merawat hewan peliharaan mereka,” jelas Anggara. Jumlah anjing yang dimiliki Satpol PP Pariwisata saat ini dikatakannya sudah maksimal dan tidak akan ditambah lagi, pihaknya juga berharap bahwa program ini akan diadopsi oleh kabupaten dan kota di Bali di masa mendatang untuk mendukung pariwisata di wilayah masing-masing.
Sementara itu, Handler Tourism Dog Satpol PP Bali I Kadek Adi Ardana Putra, menjelaskan bahwa anjing Kintamani terkenal sebagai one-man show, yaitu hanya patuh pada satu majikan. Namun, dengan pelatihan yang tepat, sifat ini dapat diminimalisir. Anjing-anjing ini dilatih dengan metode desensitisasi, yaitu memperkenalkan mereka secara bertahap ke tempat-tempat umum dan membuat mereka terbiasa berinteraksi dengan banyak orang.
“Selama tiga bulan pertama, kami membawa anjing-anjing ini ke tempat-tempat umum dan dikenalkan kepada orang-orang kantor dahulu. Kami ingin menghilangkan stigma bahwa anjing Kintamani galak dan sulit dilatih. Sekarang mereka bisa bersikap ramah dan tidak agresif saat bertemu wisatawan di tempat-tempat ramai,” ujar Kadek Adi.
“Selain itu, kami ingin menunjukkan bahwa anjing Kintamani sebagai ras lokal Bali, tidak kalah secara intelektual dengan anjing ras lainnya. Mereka cepat belajar, bisa bersosialisasi dengan baik, dan mudah dilatih,” tandasnya. Setiap anjing memiliki satu handler yang bertanggung jawab, dan mereka secara rutin diajak berkeliling ke destinasi wisata untuk mensosialisasikan pentingnya vaksinasi dan merawat hewan peliharaan dengan baik. 7 cr79
1
Komentar