Layangan Janggan Khas Banjar Gerenceng Bangkit Kembali dengan Sentuhan Baru
DENPASAR, NusaBali.com – Layangan janggan khas Banjar Gerenceng kembali bangkit dengan sentuhan baru setelah sempat lama ‘mesinep’ alias vakum. Dengan kreativitas ST Gerenceng, layangan ini muncul dengan ciri khas ekor bermotif tulang lindung yang unik dan khas Banjar Gerenceng.
AA Yoka Sara (Jik Yoka), selaku promotor layangan janggan tulang lindung, mengungkapkan bahwa layangan ini dikenal dengan nama ‘Layangan Janggar Tulang Lindung Gegambiran.’
Layangan ini pertama kali diciptakan pada tahun 2014 dengan ukuran 4,20 meter. Kini, saat mengangkasa di Denpasar Kite Festival VIII, awal September lalu, memiliki ukuran yang sedikit lebih besar, yaitu 4,30 meter.
"Awalnya, layangan ini dibuat di Sanur, dan dengan wujud barunya kali ini kami membuatnya di Sibang," ujar Jik Yoka.
Pembuatan layangan ini menghabiskan dana sekitar Rp 7 juta, yang mencakup layangan saja, tanpa termasuk ekornya. Dalam proses pembuatannya, banyak pihak yang terlibat, termasuk Sekeha demen serta teman-teman dari Sanur dan Sibang.
Jik Yoka menjelaskan bahwa proses pembuatan layangan janggan ini tidak hanya berkaitan dengan keterampilan seni, tetapi juga melibatkan ritual dan sesajen sebagai bentuk permohonan dan rasa terima kasih.
"Kami percaya setiap layangan memiliki aura magis, sebagai simbol Bhatara Sang Hyang Rare Angon dan Bhatara Bayu," tambah pria 59 tahun ini.
Perbedaan utama layangan janggan yang dibuat sekarang dibandingkan dengan versi tahun 2014 terletak pada ukurannya yang bertambah 10 cm lebih besar, blongsong jaro yang lebih sederhana dengan tambahan aluminium dan bambu, serta kondo yang dibuat lebih besar.
Namun, salah satu aspek yang paling menarik adalah ekor tulang lindung yang unik dan menjadi ciri khas dari Banjar Gerenceng. "Tidak semua sekeha layangan memiliki motif dan corak seperti ini," kata Jik Yoka.
Latar belakang pemilihan motif tulang lindung ini adalah sebagai ciri khas Banjar Gerenceng, yang awalnya menggunakan tulang lindung tridatu. Kini, motif tersebut menggunakan empat warna, yakni putih, merah, kuning, dan hitam, yang melambangkan empat penjuru mata angin.
Menurut Jik Yoka, kembalinya layangan janggan tulang lindung ini setelah delapan tahun sangat dinantikan oleh masyarakat Banjar Gerenceng. "Ketika layangan ini bangkit kembali di tahun 2024, perasaan saya sangat berkesan, karena sudah lama layangan ini tidak tampil. Sekarang saatnya kembali terbang," tutupnya dengan penuh semangat. *m03
1
Komentar