nusabali

Industri Batik Masih Bisa Perluas Pasar Ekspor

  • www.nusabali.com-industri-batik-masih-bisa-perluas-pasar-ekspor

JAKARTA, NusaBali - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan masih banyak peluang bagi industri batik dalam negeri untuk memperluas cakupan pasar ekspor, sekaligus meningkatkan kontribusinya bagi devisa negara.

Hal itu karena menurutnya, besaran ekspor sektor batik pada triwulan II 2024 baru sebesar 8,33 juta dolar AS.

"Industri batik pun turut memberikan kontribusi terhadap ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) dengan nilai 8,33 juta dolar AS yang menurut saya belum optimal, belum maksimal. Masih banyak peluang yang bisa kita manfaatkan untuk mengisi pasar-pasar ekspor dari batik nasional," kata Menperin Agus dalam acara Peringatan Hari Batik Nasional (HBN) di Jakarta, seperti dilansir Antara, Rabu.

Menperin mengatakan dorongan pemajuan ekspor sektor batik nasional itu dilakukan pihaknya melalui berbagai program dengan melibatkan para mitra (stakeholders), seperti acara Hari Batik Nasional yang bekerja sama dengan Yayasan Batik Indonesia.

Dalam kegiatan itu disampaikan Menperin dilakukan penumbuhan wirausaha baru, fasilitasi Indikasi Geografis (IG), pendampingan teknis produksi, serta fasilitasi mesin dan peralatan.

"Tahun lalu, kami memberikan fasilitasi Indikasi Geografis untuk Batik Complongan Indramayu, dan mengangkat Batik Complongan Indramayu sebagai tema Pameran Gelar Batik Nasional (GBN) 2023. Alhamdulillah, dampaknya cukup signifikan bagi perekonomian masyarakat setempat, dan dapat meningkatkan awareness konsumen terhadap Batik Complongan Indramayu," katanya.

Lebih lanjut dirinya mengatakan, cara lain untuk mendorong promosi batik Indonesia dalam pasar global yakni dengan menggunakannya dalam kegiatan resmi kenegaraan maupun sehari-hari. Menurut dia, sebagai langkah awal, pihaknya sudah menerapkan untuk menggunakan batik selama empat hari kerja dalam seminggu.

Kemenperin menyatakan industri batik dalam negeri tercatat sudah menyerap sebanyak 200 ribu tenaga kerja hingga Agustus 2024 yang tersebar di 201 sentra industri, 5.946 industri kecil menengah (IKM) di 11 provinsi.

Dari total 200 ribu pekerja yang ada di sektor industri kerajinan batik, turut memberikan kontribusi besar terhadap neraca ekspor Indonesia, dengan kuantitas periode Januari-Juli (semester I) 2024 mencapai 9,45 juta dolar AS.

Di sisi lain, Kemenperin mencatat ekspor batik masih mengalami kontraksi sebesar 8,39% pada kuartal-II 2024. Hal ini disebabkan karena adanya produk-produk impor yang membanjiri pasar dalam negeri.

Batik sama halnya dengan produk-produk tekstil lainnya harus menghadapi gempuran produk impor. Agus menyebut baik produk impor ilegal maupun legal masih menjadi batu sandungan bagi produk tekstil dalam negeri untuk berkompetitif, termasuk produk batik.

"Jadi, produk-produk batik itu sama dengan produk-produk tekstil lainnya yang dihadapi adalah produk-produk impor, baik impor yang masuknya secara legal maupun secara illegal," kata Agus dikutip dari detikcom.

Agus menjelaskan masih sulit bagi produk tekstil dalam negeri, termasuk batik untuk berdaya saing dengan produk impor dalam hal harga. Dia menyebut tak menutup kemungkinan China dapat memproduksi batik. Dia pun menilai kemungkinan ada impor batik yang berasal dari Negeri Tirai Bambu tersebut. Selain itu, bisa saja impor batik asal China bukanlah motif batik sungguhan.

Dia pun menekankan harus ada perlindungan untuk industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Menurutnya, harus ada kebijakan yang berpihak pada industri dalam negeri, termasuk batik.7

Komentar