Analis: Pantau Inflasi AS dan Perang Timur Tengah, 3 Saham Ini Bisa Cuan
IPOT
Indo Premier Sekuritas
Saham
Emiten
Trading
Pasar Saham
Analis
Ekuitas
Timur Tengah
Harga Minyak
Kelapa Sawit
DENPASAR, NusaBali.com - Soal potensi pasar saham sepekan ke depan, Analis Ekuitas PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Imam Gunadi menyarankan para trader memerhatikan beberapa sentimen yang akan mempengaruhi pasar.
Imam mengungkapkan, ada tiga sentimen utama yang perlu dipantau yaitu data inflasi Amerika Serikat (AS), Kamis (10/10/2024) nanti, tensi konflik di Timur Tengah yang sedang berlangsung, dan rilis Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia.
Kondisi inflasi AS ini akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan moneter The Federal Reserve (Bank Sentral AS) di sisa kuartal keempat 2024 ini. Secara tahunan, inflasi AS pada Agustus lalu di angka 2,5 persen dan diproyeksikan turun ke angka 2,3 persen, mendekati target 2 persen.
"Jika nanti data yang dirilis sesuai dengan ekspektasi pasar atau lebih rendah, tentunya akan menjadi katalis positif bagi pasar," ujar Imam dalam keterangan tertulis yang diterima NusaBali.com, Selasa (8/10/2024).
Kemudian, melihat sentimen konflik bersenjata di Timur Tengah yang kini meluas ke Lebanon. Perang di Timur Tengah berpotensi mengerek harga minyak dunia, mendorong biaya produksi, dan mempengaruhi laju inflasi. Ini membawa sentimen buruk pada ekonomi.
"Namun di sisi lain, emiten-emiten yang bergerak di industri migas (minyak dan gas) akan diuntungkan atas kenaikan harga minyak ini," imbuh Imam.
Tidak lupa, perlu diperhatikan sentimen dari dalam negeri yaitu rilis Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) ini melihat beberapa indikator yaitu kondisi ekonomi, prospek ekonomi, ketersediaan lapangan kerja, dan ekspektasi pendapatan.
Menurut Imam, sentimen positif IKK juga akan berdampak baik pada pasar lantaran lebih dari setengah pertumbuhan ekonomi RI ditopang konsumsi rumah tangga. Data dari BI, IKK bulan September mengalami penurunan menjadi 123,5 dari 124,4 di bulan sebelumnya. Meski turun, BI mengklaim IKK masih pada level optimis.
Berkaca dari sentimen-sentimen yang dijelaskan tadi, Analis Ekuitas IPOT merekomendasikan tiga saham.
BUMI
PT Bumi Resource Tbk (BUMI) bergerak di bidang pertambangan khususnya batu bara dan minyak bumi. Sebagai usaha di sektor energi, BUMI berpeluang meraup cuan dengan kenaikan harga minyak baik Brent Crude dan West Texas Intermediate (WTI) sama-sama mencatat kenaikan di atas 9 persen.
Kenaikan harga minyak global ini tidak terlepas dari konflik di Timur Tengah. Minyak dibutuhkan untuk bahan bakar perang. Selain itu, perang juga mengacaukan rantai pasokan dan berdampak pada harga minyak.
Di sisi lain, permintaan energi juga meningkat dari Tiongkok. Ini tidak lepas dari paket stimulus yang dikeluarkan The People's Bank of China untuk mengerek aktivitas ekonomi mereka yang melemah.
Seiring meroketnya harga minyak global, komoditas batu bara menjadi sangat seksi lantaran jadi opsi bahan bakar yang lebih murah. Untuk itu, buy on breakout BUMI (support 156, resist 132) dapat dipertimbangkan berdasarkan analisis sentimen yang ada.
ICBP
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) adalah usaha yang bergerak di sektor produk konsumen. Emiten consumer non cyclic yang menaungi merek mie instan Indomie ini dinilai IPOT sebagai sektor defensif.
Perang Timur Tengah telah menimbulkan ketidakpastian ekonomi global. Hal ini mendorong pelaku pasar untuk lebih berhati-hati berinvestasi di sektor agresif dan lebih memilih mengalihkan dana mereka ke sektor yang lebih defensif seperti ICBP (support 12.875, resist 11.825).
LSIP
PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) atau Lonsum, bergerak di industri perkebunan kelapa sawit dan karet. Buy LSIP (support 1.100, resist 995) diprediksi cuan lantaran harga minyak global, harga crude palm oil (CPO) juga tengah melesat.
Hal ini dipengaruhi kenaikan kontrak kedelai Chicago dan melemahnya Ringgit Malaysia (MYR) terhadap Dolar AS (USD). Selain itu, permintaan minyak kelapa sawit ke India sebagai importir utama CPO dunia diprediksi bakal meningkat bulan ini.
India akan merayakan Diwali akhir Oktober sampai awal November 2024 ini. Jangka pendek, permintaan CPO ke India akan melonjak. Di sisi lain, kenaikan ekspor CPO ke India juga terindikasi sebagai antisipasi potensi gangguan rantai pasok akibat perang di Timur Tengah yang semakin meluas dan terbuka. *rat
DISCLAIMER: Artikel ini tidak untuk mengintervensi pembaca untuk membeli atau menjual saham. Keputusan berinvestasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. NusaBali.com tidak bertanggung jawab terhadap keuntungan atau kerugian atas keputusan investasi yang diambil pembaca.
Kondisi inflasi AS ini akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan moneter The Federal Reserve (Bank Sentral AS) di sisa kuartal keempat 2024 ini. Secara tahunan, inflasi AS pada Agustus lalu di angka 2,5 persen dan diproyeksikan turun ke angka 2,3 persen, mendekati target 2 persen.
"Jika nanti data yang dirilis sesuai dengan ekspektasi pasar atau lebih rendah, tentunya akan menjadi katalis positif bagi pasar," ujar Imam dalam keterangan tertulis yang diterima NusaBali.com, Selasa (8/10/2024).
Kemudian, melihat sentimen konflik bersenjata di Timur Tengah yang kini meluas ke Lebanon. Perang di Timur Tengah berpotensi mengerek harga minyak dunia, mendorong biaya produksi, dan mempengaruhi laju inflasi. Ini membawa sentimen buruk pada ekonomi.
"Namun di sisi lain, emiten-emiten yang bergerak di industri migas (minyak dan gas) akan diuntungkan atas kenaikan harga minyak ini," imbuh Imam.
Tidak lupa, perlu diperhatikan sentimen dari dalam negeri yaitu rilis Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) ini melihat beberapa indikator yaitu kondisi ekonomi, prospek ekonomi, ketersediaan lapangan kerja, dan ekspektasi pendapatan.
Menurut Imam, sentimen positif IKK juga akan berdampak baik pada pasar lantaran lebih dari setengah pertumbuhan ekonomi RI ditopang konsumsi rumah tangga. Data dari BI, IKK bulan September mengalami penurunan menjadi 123,5 dari 124,4 di bulan sebelumnya. Meski turun, BI mengklaim IKK masih pada level optimis.
Berkaca dari sentimen-sentimen yang dijelaskan tadi, Analis Ekuitas IPOT merekomendasikan tiga saham.
BUMI
PT Bumi Resource Tbk (BUMI) bergerak di bidang pertambangan khususnya batu bara dan minyak bumi. Sebagai usaha di sektor energi, BUMI berpeluang meraup cuan dengan kenaikan harga minyak baik Brent Crude dan West Texas Intermediate (WTI) sama-sama mencatat kenaikan di atas 9 persen.
Kenaikan harga minyak global ini tidak terlepas dari konflik di Timur Tengah. Minyak dibutuhkan untuk bahan bakar perang. Selain itu, perang juga mengacaukan rantai pasokan dan berdampak pada harga minyak.
Di sisi lain, permintaan energi juga meningkat dari Tiongkok. Ini tidak lepas dari paket stimulus yang dikeluarkan The People's Bank of China untuk mengerek aktivitas ekonomi mereka yang melemah.
Seiring meroketnya harga minyak global, komoditas batu bara menjadi sangat seksi lantaran jadi opsi bahan bakar yang lebih murah. Untuk itu, buy on breakout BUMI (support 156, resist 132) dapat dipertimbangkan berdasarkan analisis sentimen yang ada.
ICBP
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) adalah usaha yang bergerak di sektor produk konsumen. Emiten consumer non cyclic yang menaungi merek mie instan Indomie ini dinilai IPOT sebagai sektor defensif.
Perang Timur Tengah telah menimbulkan ketidakpastian ekonomi global. Hal ini mendorong pelaku pasar untuk lebih berhati-hati berinvestasi di sektor agresif dan lebih memilih mengalihkan dana mereka ke sektor yang lebih defensif seperti ICBP (support 12.875, resist 11.825).
LSIP
PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) atau Lonsum, bergerak di industri perkebunan kelapa sawit dan karet. Buy LSIP (support 1.100, resist 995) diprediksi cuan lantaran harga minyak global, harga crude palm oil (CPO) juga tengah melesat.
Hal ini dipengaruhi kenaikan kontrak kedelai Chicago dan melemahnya Ringgit Malaysia (MYR) terhadap Dolar AS (USD). Selain itu, permintaan minyak kelapa sawit ke India sebagai importir utama CPO dunia diprediksi bakal meningkat bulan ini.
India akan merayakan Diwali akhir Oktober sampai awal November 2024 ini. Jangka pendek, permintaan CPO ke India akan melonjak. Di sisi lain, kenaikan ekspor CPO ke India juga terindikasi sebagai antisipasi potensi gangguan rantai pasok akibat perang di Timur Tengah yang semakin meluas dan terbuka. *rat
DISCLAIMER: Artikel ini tidak untuk mengintervensi pembaca untuk membeli atau menjual saham. Keputusan berinvestasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. NusaBali.com tidak bertanggung jawab terhadap keuntungan atau kerugian atas keputusan investasi yang diambil pembaca.
Komentar