Bertekad Terus Berkarya Walau Usia Makin Sepuh
Di usianya yang sudah sepuh, penyair asal Karangasem, I Nyoman Tusthi Eddy bertekad terus berkarya.
Nyoman Tusthi Eddy, Penyair Kenamaan asal Karangasem
AMLAPURA, NusaBali
Walau di usianya yang sudah menginjak 71 tahun, kondisi fisiknya sering menghambatnya. Untuk menyelesaikan hasil karya sastranya berupa cerpen, buku dan essai, Tusthi Eddy kini harus membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan saat masih muda dulu. Terakhir, Tusthi Eddy tengah menggarap buku berjudul ‘Menjelajah Puisi Visual 2015’ yang merupakan buku ke-17.
"Normalnya buku disusun selama tiga bulan. Kali ini karena pengaruh fisik, tidak bisa menuntaskan secepat itu, karena saya cepat lelah," ujar penyair kelahiran 12 Desember 1945 ini saat ditemui di kediamannya di Jalan Ngurah Rai Gang Merpati 7A Amlapura, Minggu (20/8).
Walau demikian, Tusthi Eddy tetap berupaya terus berkarya, baik di bidang Sastra Bali Modern (SBM) maupun Sastra Indonesia Modern (SIM). Kendala fisik katanya, bukanlah jadi hambatan untuk berkarya, walau tidak secepat sebelumnya. Sepeninggal penyair I Wayan Arthawa, 49, pada tahun 2012, hanya Nyoman Tusthi Eddy yang masih bertahan sebagai penyair Indonesia Modern di Karangasem. Penyair lainnya cenderung beralih ke Sastra Bali Modern.
Nyoman Tusthi Eddy juga berupaya mencoba melakukan pembinaan di sekolah-sekolah, walau kurang dapat minat bidang Sastra Indonesia. "Tidak apa-apa di Karangasem tanpa teman, berkarya sendiri, berpikir sendiri, berdiskusi sendiri," lanjut peraih Rancage tahun 2009 melalui buku kumpulan puisi berbahasa Bali berjudul ‘Somah’ dan peraih penghargaan Sastra Tantular tahun 2010 dari Balai Bahasa Bali Denpasar.
Dari 16 buku hasil karyanya, yang paling laris buku, Kamus Istilah Sastra Indonesia tahun 1991. Padahal sederet buku lainnya tak kalah kualitasnya, di antaranya Nukilan 1983, Pengantar Singkat Keragaman dan Periodisasi Pembaruan Puisi Indonesia 1984, Wajah Tuhan di Mata Penyair 1994, dan yang lain-lainnya.
Nyoman Tusthi Eddy, asal Banjar/Desa Pidpid, Kecamatan Abang, Karangasem, dikaruniai empat anak dan 10 cucu. Suami dari Ni Nengah Wijani ini sebelumnya sebagai Kepala Sekolah (Kasek) SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas) Saraswati Amlapura tahun 1974-1981, Kasek SLUA Saraswati Amlapura tahun 1979-2005, tamatan Fakultas Sastra Indonesia Unud Denpasar tahun 1965. *k16
Komentar