nusabali

Segera Operasikan Shuttle Bus!

  • www.nusabali.com-segera-operasikan-shuttle-bus

Ada ribuan kendaraan karyawan hotel, restoran dan usaha lain, termasuk jasa transport. Mereka ini parkir permanen.

Kemacetan Lalulintas di Ubud Makin Parah


GIANYAR, NusaBali
Kemacetan arus lalu lintas di kawasan wisata Ubud, Gianyar, makin parah dan tak pernah ada solusi. Tak hanya jamak, di mata polisi, kemacetan ini sudah menjadi semacam kejahatan extraordinary (luar biasa).

Hal itu terungkap dalam diskusi terbatas guna mencegah kesemrautan destinasi wisata Ubud di Wantilan Museum Puri Lukisan Ratna Warta, Ubud, Gianyar, Senin (21/8).

Diskusi digagas dan dipandu langsung Ketua BPD PHRI Bali yang juga tokoh Puri Agung Ubud, Tjokorda Oka Arta Ardhana Sukawati alias Cok Ace.

Menurut Cok Ace, semua pihak tak boleh menyerah dan kesemrautan di Ubud tak boleh didiamkan. Karena beberapa waktu lalu, Travel & Leisure mengumumkan peringkat Ubud sebagai destinasi pariwisata terbaik dunia anjlok. Pada periode 2015/2016, Ubud menempati peringkat tiga dunia, namun periode 2016/2017 jatuh ke peringkat sembilan. Penyebabnya, antara lain, faktor kemacetan di setiap ruas jalan di Ubud, trotoar rusak, masalah kebersihan, dan lainnya. ‘’Bukan masalah arus lalulintas semata, tapi ini (kemacetan) masalah kita bersama sehingga harus ditangani pemerintah, kepolisian, pelaku wisata, dan masyarakat,’’ jelasnya.

Diskusi dihadiri Pangelingsir Puri Agung Ubud Tjokorda Gde Putra Sukawati yang kakak kandungCok Ace, Kapolsek Ubud Kompol Nyoman Wirajaya, Kadis Pariwisata Gianyar AA Ari Brahmantha, Camat Ubud Ida Bagus Putu Suamba, Ketua ASITA (Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies) Provinsi Bali I Ketut Ardana, Kepala Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali Nyoman Nuarta, asosiasi wisata, sejumlah pengusaha,  pengelola objek, dan unsur pengelola parkir.

Kapolsek Ubud Kompol Wirajaya memberikan paparan dengan fakta-fakata amat tajam hingga kemacetan di Ubud makin parah. Paparan dia, kemacetan bukan semata karena peningkatan arus kendaraan masuk ke Ubud. Destinasi Ubud hanya punya ruas jalan 4,3 km dengan tujuh titik macet yang sangat mumet. Jarak satu titik macet dengan satu titik lainnya, 700 - 800 meter. Di sepanjang jalan 4,3 km lebar rata-rata 4,75 meter terdapat sekitar 1.700 pengusaha pariwisata. Di pinggir jalan ini ada ribuan kendaraan karyawan hotel, restoran dan usaha lain, termasuk jasa transport. Mereka ini parkir permanen. Setiap hari ada antara 2.000 – 4.000 wisatawan ke Ubud. Lanjut kompol Wirajaya, fakta Ubud seperti itu menjadikan kemacetan di Ubud saling terkait antara penyebab satu dengan penyebab lainnya. ‘’Mau kami kerahkan 1.000 polisi pun ke Ubud, jika seluruh jalan dikuasai kendaraan, tak akan menyelasaikan masalah,’’ tegasnya.

Menurutnya, penindakan tegas bukan langkah terbaik apalagi dengan wisatawan. Pihaknya mengaku pernah mengambil tindakan tegas dengan mengempeskan ban kendaraan melanggar parkir. Tapi tiba-tiba, dirinya ditelepon pejabat tinggi Polda Bali, dengan minta ‘jangan keras-keras dengan masyarakat, apalagi turis’. Belum lagi, polisi juga harus mengurus warga dan bule mengidap kelainan jiwa dan harus dibawa ke RSJ Bali di Bangli . ‘’Di Ubud, rata-rata ada dua wisatawan mengidap kelainan jiwa yang harus kami bawa ke Bangli. Uang bensinnya tentu tak ada yang mengganti,’’ jelasnya.

Menurut dia, mencegah kemacetan harus dengan tindakan revolusioner dengan langkah darurat dan luar biasa. Jika penyelesaiannya hanya di dalam Ubud sendiri, maka kemacetan tetap terjadi di tengah Ubud. Jika Ubud tak macet, harus blocking kendaraan dari jauh. Kendaraan wisata jangan masuk ke tengah Ubud. Operasikan sekitar 30 bus shuttle (antar jemput). Anggarannya bisa dari biaya reklame akomodasi wisata yang dipasang pada bus, atau dari APBD Gianyar. ‘’Jika tanpa langkah seperti ini, mau dialihkan kemana pun kendaraan di Ubud, Ubud tetap akan macet,’’ jelasnya.

Pangelingsir Puri Agung Ubud Tjokorda Gde Putra Sukawati mengaku sedih dengan lambannya kebijakan pemerintah dalam menyikapi kesemrautan di Ubud. Padahal, PAD Gianyar tertinggi dari pariwsata yang berpusaran dari kawasan Ubud. ‘’Saya kira, apakah diskusi seperti ini kita harus mendatangkan bupati atau wakil bupati ke Ubud. Saya kira sebelum-sebelumnya ada solusi, nyatanya kemacatean di Ubud ini makin berlarut-larut. Saya sedih,’’ jelasnya.

Ketua ASITA Provinsi Bali I Ketut Ardana mengakui Ubud adalah salah satu destinasi wisata terbaik di dunia dengan daya tarik wisatanya yang lengkap. Mulai dari

pelbagai bentuk kesenian, puri, monkey forest,  kuliner, rafting,  tracking, hiking, bersepeda, pasar seni, suasana desa, dengan ketersediaan akomodasi sangat variatif. Namun di balik itu, kamacetan arus lalu lintas di Ubud jadi pengganggu utama wisatawan. Banyak mitra asing mengancam berhenti membuka kemitaraan wisatanya ke Ubud karena Ubud selalu macet. Kemacetan ini sangat mengganggu skedul kunjungan wisatawan ke objek satu dengan objek lain, termasuk makan siang.

Dampaknya, lanjut Ardana, wisatawan tak nyaman dan minat wisatawan ke Ubud pasti makin berkurang. Biro wisata juga akan berpikir utuk membuka paket wisata ke Ubud. ‘’Ini fakta, dan kami tak menakut nakuti,’’ jelasnya.

Ketua HPI Bali Nyoman Nuarta mengatakan jika kemacetan di Ubud dibiarkan, maka wisatawan enggan  ke Ubud. ‘’Pengalaman saya dan teman-teman anggota HPI, kami sering berdebat di mobil dengan wisatawan karena macet ini,’’ jelasnya.

Kepala Dinas Perhubungan Gianuyar I Wayan Artana mengatakan, untuk solusi jangka pendek, usai Pagerwesi, Rabu besok, pihaknya akan menurunkan masing-masing dua petugas untuk membantu polisi mengurai tujuh titik kemacetan di Ubud. ‘’Kami akan segera lapor ke bupati terkait usulan penyediaan shuttle bus di Ubud dari Pemkab Gianyar,’’ jelasnya.

Diskusi ini menelorkan solusi untuk mengatasi kemacetan, antara lain, penegakan hukum di lapangan terhadap pelanggar parkir, perbanyak kantong parkir dengan memanfaatkan tanah kosong di pinggiran ubud. Langkah lanjutnya, buat shuttle bus baik untuk angkutan wisatawan dan umum di Ubud. *lsa

Komentar