UWRF 2024: Merangkul Kearifan Lokal dan Mendorong Generasi Muda untuk Berkarya
DENPASAR, NusaBali.com - Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) kembali hadir dengan tema ‘Satyam Vada Dharmam Chara: Speak the Truth, Practice Kindness’ yang terinspirasi dari Mahabharata, sebuah epik Hindu kuno yang menekankan pentingnya kebenaran dan kebaikan. Festival tahunan ini akan digelar pada 23-27 Oktober 2024 di Ubud dan menghadirkan serangkaian program literasi, seni, dan budaya.
Dalam konferensi pers yang berlangsung di Artotel Sanur, Kamis (10/10/2024), Ketut Suardana selaku Ketua Yayasan Mudra Swari Saraswati, menjelaskan bahwa tema tahun ini masih mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal Bali. “Kami selalu membawa dunia dan kebijaksanaan sebagai tema besar. Event ini pertama kali diadakan pada 2003, dan pada 2004 menjadi sebuah festival dengan tema ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’ pasca tragedi Bom Bali,” ungkapnya.
Menurut Suardana, festival ini diharapkan dapat mendorong Bali bangkit setelah berbagai tantangan yang dihadapi. "Kearifan lokal kita adalah modal besar untuk menjaga dan mengembangkan Bali sebagai destinasi dunia. Aspek wisdom ini bisa meningkatkan keseimbangan dan harmoni di tengah masalah sosial yang ada," tambahnya.
Dewi Ermayanti, Manajer Ubud Writers Festival, memaparkan lebih detail mengenai penyelenggaraan festival tahun ini. "Ada 266 program yang melibatkan 336 pembicara dari 20 negara, termasuk 70 penulis, budayawan, jurnalis, dan aktivis dari Bali serta 181 penulis dari seluruh Indonesia. Festival ini juga akan digelar di 72 lokasi berbeda di Ubud," jelasnya.
Dewi menambahkan bahwa terdapat 85 program utama dan 30 peluncuran buku dalam festival ini, dengan subprogram lainnya meliputi diskusi panel, musik, dan seni.
Sementara itu, Janet DeNeefe, pendiri UWRF, menekankan pentingnya festival ini dalam membangun arena sastra yang lebih kuat di Bali, khususnya untuk mendorong generasi muda agar lebih tertarik pada dunia literasi. "Misi saya adalah menciptakan arena sastra yang lebih kuat di Bali, mengajak generasi muda untuk membaca dan menulis, serta menghargai dan mendukung orang-orang yang terlibat dalam upaya kreatif ini," ujar Janet.
Baginya, menjaga warisan budaya melalui tulisan adalah hal yang esensial dalam merekam identitas dan perjalanan hidup seseorang.
Salah satu hal yang menarik dari UWRF 2024 adalah adanya penghormatan khusus untuk Jasonee Krip, seorang penulis, penyair, dan seniman dari Polynesia, serta Profesor Anastasia Petri-Uganjomish, pendiri Kuala Lumpur Studies.
"Dengan menghormati mereka, kami ingin menyoroti warisan besar mereka dalam dunia seni kreatif, sastra, dan performa. Generasi muda perlu mengetahui dan menghargai kontribusi besar mereka," tambah Janet.
Dalam press conference di Artotel ini, turut hadir Oka Rusmini, Penulis Bali Pemenang Penghargaan S.E.A Write Award. Lalu ada Carma Mira, Penulis dan Dosen Sastra Jawa Kuno; serta Pranita Dewi, Penyair dan Penulis Bali.
Melalui berbagai program yang dihadirkan, UWRF terus berkomitmen untuk mendorong diskusi kreatif, merangsang partisipasi aktif dari masyarakat, dan memperkuat hubungan antara generasi muda dengan sastra.
Sebagai festival sastra terbesar di Asia Tenggara, UWRF 2024 diharapkan dapat terus menginspirasi, mengedukasi, dan menyatukan pencinta sastra dan seni dari seluruh dunia.
1
Komentar