nusabali

Sempat 'Lupa Diri' saat Dinas di Luar Bali, Pensiunan Polisi Ini Kini Jadi Pemangku

  • www.nusabali.com-sempat-lupa-diri-saat-dinas-di-luar-bali-pensiunan-polisi-ini-kini-jadi-pemangku

MANGUPURA, NusaBali.com - Takdir. Satu hal yang sukar dilawan manusia termasuk untuk seorang Nengah Sandra, 74. Di usia primanya, ia meniti karier sebagai anggota Polri dan berdinas di luar Bali, sampai akhirnya ia harus pulang selepas 'dipanggil' leluhur.

Ayah dua putra ini merasa ia memang sudah waktunya pulang kepada
leluhurnya di kampung halaman. Sebab, kala itu, memang tidak ada
siapa-siapa di kampungnya kecuali kerabat yang sudah renta. Sedangkan,
parahyangan keluarga di kampungnya juga terkesan terbengkalai.

Tahun
1996, Nengah pindah tugas ke Bali. Sampai di Bali, hal pertama yang ia
lakukan adalah membenahi merajan gede (pura dadia). Di Bali, Nengah
mengaku tidak pernah berobat lagi dan hanya berniat memberikan sesuatu
kepada leluhur dengan memperbaiki dadia.

Sembari menunaikan
kewajiban kepada leluhur, Nengah kembali berdinas di Polda Bali. Ia
sudah jadi perwira pertama (Pama) berpangkat setara Inspektur Polisi Dua
(Ipda) setelah lulus Sekolah Calon Perwira (Secapa) tahun 1994. Kembali
berdinas di Bali, ia tinggal di Asrama Brimob Tohpati, Denpasar.

"Tapi
asrama itu lantas diratakan untuk dibangun bertingkat. Saya dan
keluarga kemudian pindah ke Pondok Intan Asri (saat itu untuk Kompleks
Perumahan Polri) setelah ada serah terima bangunan sekitar tahun 2004,"
beber Nengah yang menetap di perumahan di Desa Sedang, Abiansemal itu
sampai pensiun Januari 2012 hingga sekarang.

Setelah pensiun,
Nengah nyatanya tidak lepas dari jalan hidup yang sudah digariskan. Baru
saja jadi Pama pensiunan Biro Logistik Polda Bali, ia tiba-tiba dicari
para pengurus perumahan. "Dicari pengurus ke rumah, 'Harus Pak Nengah di
sini ngayah.' Waduh, baru saja pensiun, maunya tenang dan santai dulu,"
ungkapnya.

Sebelumnya, ketika kembali ke Bali dan membenahi
merajah gede di kampung, Nengah memang sudah mawinten (upacara penyucian
diri) untuk jadi pemangku khusus di dadia-nya itu. Tapi, ia tidak aktif
menjalankan kapemangkuan itu lantaran masih berdinas di Denpasar.

Tidak
jadi pemangku di kampung kelahirannya, takdir Nengah itu mencarinya ke
perantauan. Ia sempat menolak halus namun akhirnya diyakinkan oleh
putranya. Walhasil, ia ditahbiskan sebagai pemangku parahyangan
Perumahan Pondok Intan Asri, Pura Jagatnatha, dalam sebuah upacara
ekajati oleh sulinggih.

"Saya bukan orang pintar, tidak tahu
apa-apa tapi saya berupaya menjalani amanah ini dengan baik. Sekarang,
baik Pura Jagatnatha di mana saya ditahbiskan dan juga Pura Taman Beji
sudah saya anggap seperti merajan saya sendiri," ucap Mangku Nengah.

Selain
jadi pemangku di dua pura ini, Mangku Nengah juga pernah dibujuk mantan
Kepala SMAN 2 Abiansemal untuk menjadi pemangku di sekolah. Kebetulan,
sekolah ini berlokasi tidak jauh dari perumahan dan akses menuju sekolah
juga melewati rumahnya di Jalan Bija, Pondok Intan Asri, Desa Sedang.

"Empat
tahun saya jadi pemangku di SMAN 2 Abiansemal karena dibujuk Bapak Made
Kupasada. Pas beliau pensiun, tahun lalu kalau tidak salah, saya bilang
undur diri juga karena sudah tidak kuat naik turun mabanten di
sekolah," kata Mangku Nengah.

Sudah lebih satu dekade Mangku
Nengah mengabdi di parahyangan Perumahan Pondok Intan Asri, ia tidak
hanya mengelola aktivitas keagamaan reguler. Mangku Nengah juga melayani
umat untuk melukat dan pengobatan non medis di Pura Taman Beji yang
dikenal memiliki mata air suci.

Pura Taman Beji sendiri dikenal
dengan anugerah penyembuhan dan dermawan mengabulkan doa umat. Mangku
Nengah bahkan pernah didatangi seorang wanita yang sedang sakit parah
usai mendapat petunjuk dari sosok tua di malam hari yang memintanya
datang ke Pura Taman Beji di Desa Sedang yang pemangkunya bernama Nengah
Sandra.

Meski sudah sedekade lebih jadi tetua Hindu khususnya
bagi umat sedharma di Perumahan Pondok Intan Asri dan umat yang
berkunjung ke Pura Taman Beji, Mangku Nengah tetap berilmu padi. Ia
menegaskan, tetaplah manusia biasa, tidak luput dari kesalahan, dan
hanyalah perantara antara Ida Bhatara-Bhatari dan umat. *rat

Komentar