Sumpah, Sampah Picu Marah Krama Bali!
Dulu kita tak pernah berpikir, kita akan menjadi produsen sampah. Anggapannya, sampah merupakan produk sampingan yang tidak memberi dampak apa pun. Namun belakangan menjadi problem besar.
DENPASAR, NusaBali
Ada pemandangan unik marak belakangan ini sehubungan tata Kelola sampah yang tak sesuai harapan. Antara lain, bertebarannya tulisan bernada umpatan, ketidaksetujuan, kecaman, penolakan, bahkan ‘sumpah’ marah terhadap perilaku oknum yang membuang sampah sembarangan.
Umpatan ditulis dalam bentuk poster, banner, maupun media ekspresinya lainnnya. Contoh-contohnya, antara lain ‘Bagi yang Membuang Sampah Di Sini, Kami Doakan Roh dan Kesehatan Anda serta Rejeki Anda, Tertimbun Bersama Sampah di Sini’. Tulisan ini banyak ditemui pada sebuah banner lebar di kawasan by pass I Gusti Ngurah Rai, Denpasar.
‘Ya Tuhan…Jauhkanlah Rejeki dan Kesehatan Orang-Orang yang Membuang Sampah di Sini’. Ada juga ‘Sampah Adalah Sumber Penyakit untuk Lingkungan Kami’. Tulisan ini pada sebuah banner panjang di eks lokasi Pasar Umum Blahbatuh, Gianyar. Banyak lagi ‘sumpah’ senada di tempat lain. Dari yang ‘lembut’ sampai sarkas.
Kalangan pengamat lingkungan menilai banner, poster maupun yang lainnya yang memuat ‘sumpah’ tersebut, menunjukkan kegelisahan sampah benar- benar menjadi problem yang sangat serius. Mau tidak mau harus ditangani dengan tak kalah serius pula.
“Dulu kita tak pernah berpikir, kita akan menjadi produsen sampah. Anggapannya, sampah merupakan produk sampingan yang tidak memberi dampak apa pun. Namun belakangan menjadi problem besar,” ujar Putu Rumawan Salain, pengamat tata ruang dan lingkungan asal Bangli, Minggu(6/10).
Bannner yang memuat tulisan tentang protes terhadap pembuangan sampah sembarangan. –NATA
Jenis sampah beragam. Tahun 2023, secara nasional 40,38 persen sampah berasal dari produk makanan. 19,19 persen adalah sumpah plastik, dari kertas karton 10,87 persen, kayu dan ranting 11,7 persen. Sisanya adalah sampah lain-lain.
Berdasarkan sumbernya, sampah rumah tangga yang paling besar kontribusinya; 50,88 persen. Perniagaan atau perdagangan 14,8 persen. Sampah dari pasar 12,13 persen, Perkantoran 6,03 persen.
“Gambaran secara nasional ini, kiranya juga menunjukkan kondisi persampahan di Bali,” ujarnya. Tambahannya di Bali adalah sektor pariwisata, dimana diantaranya ada ribuan kamar hotel dan usaha wisata lainnya tentu juga memproduksi sampah.
Penanganan sampah, menurut Rumawan Salain, tidak bisa dilakukan secara parsial, namun koordinatif dan saling mendukung antar sektor, di sisi pemerintah maupun masyarakat. Untuk sektor pemerintah misalnya, Dinas PU melakukan apa, demikian juga dengan OPD lain. “Bidang pengairan, mengecek kondisi kali atau sungai, begitu misalnya,” terang, Rumawan Salain yang juga akademisi Prodi Arsitektur pada Fakultas Teknik dan Perencanaan Universitas Warmadewa, Denpasar.
Konsistensi dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan atau aturan yang menyangkut pengelolaan sampah, salah satu solusi dalam penanganan sampah. Selain itu, referensi di tempat lain yang berhasil mengolah sampah menjadi produk lain yang bisa dimanfaatkan atau re-use, bisa diadopsi. Misalnya, sampah bisa diolah jadi bahan bangunan yakni jadi ubin atau tagel.
Edukasi keatifan lokal, menurut Rumawan Salain mesti tetap diingkatkan. Misalnya membuang sampah ke laut atau pantai. “Masa linggih Ida Bethara Baruna entungan(dibuangi) sampah,” ujarnya. Selain itu, Rumawan Salain mengingatkan soal bahaya ancaman sampah B3(Bahan Berbahayu dan Beracun). “Bali yang kecil juga harus waspada dengan sampah B3,” ujarnya. Sampah B3 tersebut diantaranya sampah medis, industri dan lainnya. “Yang lebih penting lagi sampah B3 ini lagi,” tandasnya.7k17
Komentar