Korban Mendadak Ingin Sembahyang ke Pura Batukaru
Pelajar Tewas Kecelakaan Saat Banyu Pinaruh
TABANAN, NusaBali
Duka mendalam dirasakan keluarga korban I Putu Agus Surya Pratama,17, pelajar SMK yang tewas pada kecelakaan di jalur Denpasar-Gilimanuk, tepatnya di Banjar Sembung Gede, Desa Sembung, Kecamatan Kerambitan, Tabanan pada perayaan Banyu Pinaruh (setelah Saraswati) pada Radite Paing Sinta, Minggu (20/8) dinihari.
Kerabat, teman, terlebih orang tua korban tidak menyangka jika Agus Surya akan mengalami musibah seperti ini. Dalam keseharian, korban dikenal kalem. Hanya saja sebelum kejadian korban tiba-tiba berniat ingin sembahyang ke Pura Batukaru bersama dengan temannya pada, Sabtu (19/8) pukul 17.00 Wita. Hal ini tidak biasanya dilakukan, apalagi ke sekolahnya di SMK SMIP Mengwi Badung, korban tidak sembahyang padahal hari itu bertepatan Hari Raya Saraswati.
Ayah korban, I Komang Agus Darmawan, 42, didampingi ibu korban, Anak Agung Putriana, 35, mengaku pasrah atas musibah yang dialami anak pertamanya ini, meskipun sangat shock ketika mendengar putranya sempat koma. "Mau bagaimana lagi, mungkin sudah jalannya," ujar Darmawan kepada NusaBali di rumah duka Banjar Kutuh Kelod, Desa Kutuh, Kecamatan Kerambitan, Tabanan, Senin (21/8).
Darmawan menuturkan, saat kejadian dia sedang bekerja di BRSUD Tabanan, di bagian farmasi. Saat itu ia ditelepon oleh istrinya jika putranya kecelakaan dan sudah dibawa ke UGD BRSUD Tabanan. "Saya kira hanya kecelakaan luka lecet biasa, saya tengok di UGD ternyata dia dalam keadaan koma," imbuh Darmawan sambil matanya berkaca-kaca.
Lanjut korban dibawa ke ruang ICU, tapi hanya sekitar 15 menit di sana, nyawa Agus Surya tidak bisa diselamatkan "Waktu itu perasaan saya sudah tidak karuan, tidak bisa bilang apa-apa," tuturnya. Menurut penjelasan dokter, anaknya tersebut diperkirakan jarak waktu jatuh dan dibawa ke rumah sakit cukup lama, sekitar satu jaman. Lantaran di lokasi kejadian jalannya gelap, serta saat putranya ini jatuh dilihat oleh salah seorang pengendara motor asal Negara, hanya saja tidak berani menolong sendiri.
Akhirnya pengendara ini memanggil para pemuda yang kebetulan dilihat sedang kumpul di sekitar Banjar Sembung Meranggi, Desa Sembung, Kecamatan Kerambitan, Tabanan. Para pemuda itulah yang kemudian menolong korban bersama temannya Putu Fajar Suryantara ke RS dan melapor kepada Polisi. "Saya juga tidak tahu persis kejadian bagaimana," jelas Darmawan.
Disinggung terkait apakah ada firasat yang menjadi pertanda mengalami musibah?, Darmawan mengatakan tidak ada, hari itu berjalan seperti biasa. Hanya saja anaknya ini menunjukkan gelagat aneh, ia memilih tidak sembahyang ke sekolah padahal sudah disiapkan pakaian adat. Agus Surya memilih sembahyang ke Pura Batukaru pada, Sabtu sore itu.
"Saya sempat tanya alasan mengapa tidak sembahyang di sekolah, katanya Pura di sekolah kecil tidak cukup sembahyang orang banyak," beber Darmawan. Korban akan diupacarai pada Redite Wage Wuku Landep, Minggu (27/8) dengan prosesi dibakar di Setra Banjar Kutuh Kelod, Desa Kutuh, Kecamatan Kerambitan, Tabanan. Sementara untuk upacara ngeringkes akan dilaksanakan pada Saniscara Pon, Landep, Sabtu (26/8). "Jenasah sudah di rumah duka, pada Minggu kemarin datang sekitar pukul 06.30 Wita dari rumah sakit," kata Darmawan. *d
Duka mendalam dirasakan keluarga korban I Putu Agus Surya Pratama,17, pelajar SMK yang tewas pada kecelakaan di jalur Denpasar-Gilimanuk, tepatnya di Banjar Sembung Gede, Desa Sembung, Kecamatan Kerambitan, Tabanan pada perayaan Banyu Pinaruh (setelah Saraswati) pada Radite Paing Sinta, Minggu (20/8) dinihari.
Kerabat, teman, terlebih orang tua korban tidak menyangka jika Agus Surya akan mengalami musibah seperti ini. Dalam keseharian, korban dikenal kalem. Hanya saja sebelum kejadian korban tiba-tiba berniat ingin sembahyang ke Pura Batukaru bersama dengan temannya pada, Sabtu (19/8) pukul 17.00 Wita. Hal ini tidak biasanya dilakukan, apalagi ke sekolahnya di SMK SMIP Mengwi Badung, korban tidak sembahyang padahal hari itu bertepatan Hari Raya Saraswati.
Ayah korban, I Komang Agus Darmawan, 42, didampingi ibu korban, Anak Agung Putriana, 35, mengaku pasrah atas musibah yang dialami anak pertamanya ini, meskipun sangat shock ketika mendengar putranya sempat koma. "Mau bagaimana lagi, mungkin sudah jalannya," ujar Darmawan kepada NusaBali di rumah duka Banjar Kutuh Kelod, Desa Kutuh, Kecamatan Kerambitan, Tabanan, Senin (21/8).
Darmawan menuturkan, saat kejadian dia sedang bekerja di BRSUD Tabanan, di bagian farmasi. Saat itu ia ditelepon oleh istrinya jika putranya kecelakaan dan sudah dibawa ke UGD BRSUD Tabanan. "Saya kira hanya kecelakaan luka lecet biasa, saya tengok di UGD ternyata dia dalam keadaan koma," imbuh Darmawan sambil matanya berkaca-kaca.
Lanjut korban dibawa ke ruang ICU, tapi hanya sekitar 15 menit di sana, nyawa Agus Surya tidak bisa diselamatkan "Waktu itu perasaan saya sudah tidak karuan, tidak bisa bilang apa-apa," tuturnya. Menurut penjelasan dokter, anaknya tersebut diperkirakan jarak waktu jatuh dan dibawa ke rumah sakit cukup lama, sekitar satu jaman. Lantaran di lokasi kejadian jalannya gelap, serta saat putranya ini jatuh dilihat oleh salah seorang pengendara motor asal Negara, hanya saja tidak berani menolong sendiri.
Akhirnya pengendara ini memanggil para pemuda yang kebetulan dilihat sedang kumpul di sekitar Banjar Sembung Meranggi, Desa Sembung, Kecamatan Kerambitan, Tabanan. Para pemuda itulah yang kemudian menolong korban bersama temannya Putu Fajar Suryantara ke RS dan melapor kepada Polisi. "Saya juga tidak tahu persis kejadian bagaimana," jelas Darmawan.
Disinggung terkait apakah ada firasat yang menjadi pertanda mengalami musibah?, Darmawan mengatakan tidak ada, hari itu berjalan seperti biasa. Hanya saja anaknya ini menunjukkan gelagat aneh, ia memilih tidak sembahyang ke sekolah padahal sudah disiapkan pakaian adat. Agus Surya memilih sembahyang ke Pura Batukaru pada, Sabtu sore itu.
"Saya sempat tanya alasan mengapa tidak sembahyang di sekolah, katanya Pura di sekolah kecil tidak cukup sembahyang orang banyak," beber Darmawan. Korban akan diupacarai pada Redite Wage Wuku Landep, Minggu (27/8) dengan prosesi dibakar di Setra Banjar Kutuh Kelod, Desa Kutuh, Kecamatan Kerambitan, Tabanan. Sementara untuk upacara ngeringkes akan dilaksanakan pada Saniscara Pon, Landep, Sabtu (26/8). "Jenasah sudah di rumah duka, pada Minggu kemarin datang sekitar pukul 06.30 Wita dari rumah sakit," kata Darmawan. *d
Komentar