Kebakaran di Lereng Gunung Agung Meluas
Capai 100 Hektare, BPBD Siapkan Water Bombing
AMLAPURA, NusaBali - Kebakaran di lereng Gunung Agung diperkirakan pada ketinggian 2.000 meter dari permukaan laut (Mdpl) semakin meluas, mencapai sekitar 100 hektare.
Petugas gabungan kesulitan menjangkau lokasi kebakaran. Tercatat ada 6 titik kebakaran, diperkirakan akan terus meluas membakar pohon pinus dan cemara. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali tengah melakukan kalkulasi penggunaan teknik water bombing dan modifikasi cuaca guna mengatasi kebakaran hutan di lereng Gunung Agung yang terjadi sejak, Minggu (13/10) ini.
BPBD Bali bekerja sama dengan BPBD Kabupaten Karangasem menurunkan Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk menanggulangi kebakaran yang terjadi. Satu regu (6 orang) TRC BPBD Bali mulai sejak Senin pagi pukul 06.00 Wita bergerak menuju lokasi, untuk bergabung dengan tim lainnya (RPH, TNI, Polri, Relawan, dan TRC BPBD Karangasem) untuk membuat sekat pembatas agar tidak sampai ke area pemukiman.
“Api berada di lereng terjal, sulit dijangkau sehingga upaya pemadaman sulit dilakukan,” ujar Kalaksa BPBD Bali Made Rentin, Senin (14/10) malam. Untuk itu pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak pusat (BNPB dan BMKG) untuk lakukan 2 alternatif strategi yakni water bombing dengan menggunakan helikopter dan penerapan TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca).
“Tentunya dengan kajian dan berbagai pertimbangan mendalam, terutama faktor keselamatan kru dan armada,” jelas Rentin yang kini juga menjabat Pjs Bupati Bangli. Dari pantauan petugas terdapat enam titik api di lokasi kebakaran. Vegetasi yang terbakar adalah pinus, cemara, dan semak belukar. Diperkirakan sementara luas yang terbakar kurang lebih 100 hektare. Terletak 2.000an meter di atas permukaan laut, petugas kesulitan menuju titik api. Dibutuhkan waktu kurang lebih 4 jam untuk menjangkau ke titik api, sangat membahayakan keselamatan manusia. Petugas hanya bisa melakukan pemantauan dari Pura Pengubengan. Pemantauan akan dilanjutkan kembali pada esok hari (hari ini, Red).
Petugas gabungan lakukan pemantauan Gunung Agung terbakar dari Pura Pengubengan Besakih, Senin (14/10). –IST
Pemantauan kebakaran dilakukan petugas gabungan dari Pura Pengubengan, Banjar Besakih Kangin, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, Senin (14/10). Tampak hadir langsung dalam pemantauan ini, yakni Plt Kepala UPTD KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan) Bali Timur Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Bali Hesti Sagiri, Kasatgas Polisi Hutan KPH Bali Timur I Komang Bagiarta, Kadis Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Karangasem I Made Agus Budiasa, Kepala Pelaksana BPBD Karangasem Ida Ketut Arimbawa, KRPH (Kepala Resor Polisi Hutan) Kecamatan Rendang I Wayan Siaba, Kapolres Karangasem AKBP I Nengah Sadiarta, Kapolsek Rendang Kompol Made Suadnyana, Wakapolsek Rendang AKP I Made Sutama, dan Kasubsektor Desa Besakih Iptu I Made Gede Wisnawa. Juga hadir mahasiswa dari Fakultas Teknik Sipil Unud, dan anggota BPBD Provinsi Bali.
Petugas gabungan awalnya menggelar pertemuan di Kantor RPH Kecamatan Rendang membahas teknis memantau kebakaran pada pukul 09.00 Wita, selanjutnya melakukan pemantauan hingga pukul 14.00 Wita. Dari evaluasi tersebut terungkap kobaran api mulai terlihat besar sejak, Minggu (13/10) pukul 11.00 Wita di kawasan hutan dekat Pura Pengubengan Besakih pada ketinggian 2.000 Mdpl berdasarkan laporan petugas pengawas RPH Kecamatan Rendang. Hasil pemantauan, kebakaran terjadi di 6 titik pukul 10.30 Wita, terpantau kebakaran di pal batas hutan B.933 hingga pal B.935. Setelah berhasil melakukan pemantauan, upaya pemadaman belum bisa dilakukan karena lokasi di seberang jurang tidak ada jalur pendakian ke lokasi kejadian.
Di samping itu akses menuju ke lokasi memerlukan waktu sekitar 4 jam, dengan risiko cuaca panas dan membahayakan petugas. "Sampai saat ini tetap melakukan pemantauan dari Pura Pengubengan Besakih, sambil menunggu kondisi yang memungkinkan untuk melakukan tindakan," jelas Plt UPTD KPH Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Bali, Hesti Sagiri. Mengenai penyebab kebakaran kata Hesti Sagiri belum diketahui, bisa saja akibat puntung rokok dibuang pendaki atau gesekan kayu mengeluarkan percikan api.
"Guna memudahkan pemadaman kebakaran di hutan Gunung Agung seperti ini hanya dengan cara menggunakan helikopter, baru bisa menjangkau," tambah Hesti Sagiri. Hesti Sagiri mengatakan sementara petugas hanya melakukan pengamatan, di samping itu pendakian dihentikan terkait jelang Karya Nubung Daging Tawur Tabuh Gentuh dan Labuh Gentuh di Pura Pasar Agung Besakih Giri Tohlangkir yang puncaknya pada Saniscara Paing Merakih, Sabtu (16/11). Larangan mendaki berlaku selama 58 hari pada Anggara Umanis Kuningan, Selasa (1/10) hingga Buda Pon Medangkungan, Rabu (27/11).
Kapolres Karangasem, AKBP I Nengah Sadiarta mengatakan pihaknya mendapatkan laporan ada dua wisatawan yang terjebak kebakaran saat mendaki Gunung Agung. "Identitas wisatawan belum diketahui sedang dijemput pemandu lokal, dilaporkan dalam keadaan selamat," jelas AKBP Sadiarta. Gunung Agung dengan ketinggian 3.142 MDPL, menurut Sekdes Besakih I Wayan Artana, setiap Sasih Kapat, September-Oktober sering terjadi kebakaran di hutan Gunung Agung. "Terkadang kebakaran terjadi di bagian timur, bisa di bagian barat," kata Artana. 7 k16, ad
1
Komentar