nusabali

Belasan Ribu Tipat Bantal Bertemu di Udara

Aci Tabuh Rah Pengangon Desa Adat Kapal

  • www.nusabali.com-belasan-ribu-tipat-bantal-bertemu-di-udara

MANGUPURA, NusaBali - Bertepatan dengan Purnamaning Sasih Kapat yang jatuh pada Wraspati Paing Medangsia, Kamis (17/10) Tradisi Upacara Aci Tabuh Rah Pengangon di Desa Adat Kapal kembali digelar.

Dalam tradisi yang sebelumnya populer dengan nama Siat Tipat Bantal ini, ribuan krama Desa Adat Kapal tumpah ruah di Jalan Raya Kapal (jalur Denpasar-Gilimanuk) depan Pura Desa Adat Kapal mempertemukan tipat dan bantal di udara.

Belasan ribu tipat dan bantal sebagai sarana utama dalam tradisi ini dilempar dari dua sisi berlawanan. Bendesa Adat Kapal, I Ketut Sudarsana menjelaskan, jika merunut dari sejarah, tradisi ini sudah ada sejak dulu dan dilaksanakan pertama kali tahun 1339 Masehi. Tujuan tradisi ini guna memohon kehadapan Ida Bhatara yang berstana di Pura se-Desa Adat Kapal agar menganugerahkan keselamatan dan kesejahteraan bagi krama Desa Adat Kapal. Aci Tabuh Rah Pengangon dilaksanakan di Pura Dalem Gelgel. Nah, kebetulan Pura Dalem Gelgel ini tempatnya jadi satu dengan Pura Desa-Puseh, sehingga masyarakat lebih mengenal pelaksanaannya di Pura Desa-Puseh Desa Adat Kapal. 

“Aci Tabuh Rah Pengangon ini dilaksanakan setahun sekali bertepatan dengan Purnama Sasih Kapat. Pelaksanaan tradisi ini bukan untuk permainan atau hiburan. Melainkan ini adalah sebuah persembahan yang sangat sakral,” ujarnya. Lebih lanjut dijelaskan, awal mula tradisi Tabuh Rah Pengangon terjadi pada masa kepemimpinan Raja Bali, Ida Sri Astasura Ratna Bumi Banten. Di mana sang raja saat itu mengutus patihnya bernama Ki Kebo Taruna atau Kebo Iwa untuk datang memperbaiki Pura Purusada di Kapal. Pada saat kedatangannya tersebut, Kebo Iwa melihat sebagian besar rakyat Kapal bertani. 

Namun, saat datang warga Desa Kapal terserang musibah dan musim paceklik. Saat itulah, Kebo Iwa memohon kepada Ida Bhatara yang berstana di Pura Purusada. Ia mendapat petunjuk agar dilaksanakan upacara sebagai persembahan kepada Sang Hyang Siwa dengan melaksanakan Aci Tabuh Rah Pengangon. “Persembahan tersebut diwujudkan dengan mempertemukan Purusa dan Predana disimbolkan Tipat dan Bantal. Sehingga lahirlah tradisi Aci Tabuh Rah Pengangon ini. Jadi pertemuan antara purusa dan predana akan melahirkan kehidupan baru. Pelaksanaan tradisi ini sangat sakral,” kata Sudarsana. 

Pelaksanaan Aci Tabuh Rah Pengangon ini turut dihadiri oleh Pemkab Badung yang diwakili Kepala Dinas Kebudayaan Badung, I Gde Eka Sudarwitha. Dalam sambutannya, Sudarwitha mengungkapkan, pelaksanaan tradisi Aci Tabuh Rah Pengangon ini terasa istimewa lantaran Desa Adat Kapal baru saja menggelar Karya Ngenteg Linggih, Ngusaba Desa, dan Mapahayu Nini beberapa waktu lalu. “Semoga Ida Sang Hyang Widhi mepica keselamatan lan kasukertan,” ucapnya. 7 ind

Komentar