Paceklik, Ekspor Ikan Hias Turun
Ekspor ikan hias dari Bali Januari-Juli anjlok.
DENPASAR, NusaBali
Pemicunya, sejak dua bulan terakhir Bali mengalami paceklik ikan hias. Tangkapan nelayan berkurang, sehingga berimbas langsung terhadap ekspor. Padahal permintaan ikan hias pasaran tetap ramai.“Karena itulah nelayan seperti saya beralih mencari rumput laut,” ungkap I Wayan Netra, seorang nelayan di Serangan, Denpasar Selatan, Selasa (22/8).
Dia tidak tahu persis, mengapa ikan hias seperti semakin berkurang. Apa karena faktor cuaca atau iklim atau karena faktor lain. “Yang jelas tangkapan terus berkurang,” kata Netra, yang sekaligus pengepul ikan hias.
Hanya karena ‘paceklik’, Netra mengatakan tak lagi jadi pengepul. “ Tak hanya saya, banyak yang lain beralih cari rumput laut,” ujar Netra. Secara terpisah I Made Riben, pengepul ikan hias lainnya juga mengiyakan. Menurunnya ‘produksi’ ikan hias di perairan Serangan dan sekitarnya menurun. “ Dulu setiap hari kami bisa jual ke pihak ekspoter. Sekarang tidak. Hanya bisa empat kali seminggu,” kata Riben.
Riben menduga faktor cuaca dan suhu air yang dingin pada Sasih Karo sampai Katiga (Juli Agustus hingga September)sebagai salah satu pemicu. “ Ikan hias susah berkembang biak,” ujar Riben.
Menurut Riben pada Oktober atau Sasih Kapat nanti suhu air laut akan hangat dan bagus untuk pembiakan ikan hias. Masih dalam sebulan akan membaik kondisinya.
Data realisasi ekspor ikan hias dari Bali pada Januari-Juli 2017 memang menunjukkan tren negatif. Baik volume maupun nilai rata-rata minus. Dalam periode Januari-Juli ekspor ikan hias hanya 1.015.952, 000 ekor atau minus -9,99 persen dari Junuari-Juli 2016.
Lebih fatal lagi ekspor ikan dengan hitungan per ekor, tidak ada sama sekali. Padahal pada Januari-Juli 20916, volume ekspor ikan hias sempat tembus 2.934,00 ekor dengan nilai US Dolllar 5.549,33. Dan ekspor dalam bentuk kilioan tembus 1.126.772,00. *k17.
Dia tidak tahu persis, mengapa ikan hias seperti semakin berkurang. Apa karena faktor cuaca atau iklim atau karena faktor lain. “Yang jelas tangkapan terus berkurang,” kata Netra, yang sekaligus pengepul ikan hias.
Hanya karena ‘paceklik’, Netra mengatakan tak lagi jadi pengepul. “ Tak hanya saya, banyak yang lain beralih cari rumput laut,” ujar Netra. Secara terpisah I Made Riben, pengepul ikan hias lainnya juga mengiyakan. Menurunnya ‘produksi’ ikan hias di perairan Serangan dan sekitarnya menurun. “ Dulu setiap hari kami bisa jual ke pihak ekspoter. Sekarang tidak. Hanya bisa empat kali seminggu,” kata Riben.
Riben menduga faktor cuaca dan suhu air yang dingin pada Sasih Karo sampai Katiga (Juli Agustus hingga September)sebagai salah satu pemicu. “ Ikan hias susah berkembang biak,” ujar Riben.
Menurut Riben pada Oktober atau Sasih Kapat nanti suhu air laut akan hangat dan bagus untuk pembiakan ikan hias. Masih dalam sebulan akan membaik kondisinya.
Data realisasi ekspor ikan hias dari Bali pada Januari-Juli 2017 memang menunjukkan tren negatif. Baik volume maupun nilai rata-rata minus. Dalam periode Januari-Juli ekspor ikan hias hanya 1.015.952, 000 ekor atau minus -9,99 persen dari Junuari-Juli 2016.
Lebih fatal lagi ekspor ikan dengan hitungan per ekor, tidak ada sama sekali. Padahal pada Januari-Juli 20916, volume ekspor ikan hias sempat tembus 2.934,00 ekor dengan nilai US Dolllar 5.549,33. Dan ekspor dalam bentuk kilioan tembus 1.126.772,00. *k17.
1
Komentar