Pembangunan Breakwater di Pantai Kuta Tunggu Persetujuan JICA
MANGUPURA, NusaBali - Dalam upaya menangani abrasi yang terjadi di Pantai Kuta, Kecamatan Kuta, Badung, pembangunan breakwater direncanakan dimulai pada akhir Oktober 2024.
Meski begitu, pembangunan breakwater masih menunggu persetujuan dari Japan International Cooperation Agency (JICA).
PPK Sungai Pantai II BWS Bali-Penida Danang Raditya, mengatakan pembangunan breakwater yang masuk status paket dua untuk proyek Kuta-Seminyak-Legian saat ini masih menunggu persetujuan dari JICA. Walaupun pihaknya telah melalukan tanda tangan kontrak, namun belum bisa memulai pekerjaan karena belum terbit Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
“Jadi statusnya itu kita sudah mulai berproses untuk meminta persetujuan kontrak terakhir. Setelah itu terbit, baru kita bisa mengeluarkan SPMK,” ujar Radit saat dikonfirmasi, Senin (21/10) siang.
Radit menjelaskan, proyek yang dirancang sebetulnya bukan hanya pembangunan breakwater, namun termasuk pengisian pasir pantai. Untuk tahapan pengisian pasir, lanjut Radit, akan dimulai tahun kedua, setelah penyelesaian pembangunan breakwater. Dia berharap persetujuan dari JICA dapat diterbitkan pada bulan ini, sehingga SPMK dapat segera dikeluarkan dan konstruksi dapat dimulai.
“Ini sudah mendekati minggu keempat Oktober, semisal SPMK terbit di bulan Oktober ini, kita sudah mulai pengerjaan persiapan termasuk stok material untuk breakwaternya,” kata Radit.
Dia mengatakan, material yang digunakan berupa batu andesit dan limestone. Sesuai perencanaan ada empat breakwater baru dan satu modifikasi breakwater yang akan dibangun, sehingga total ada lima titik. Sementara, untuk pengisian pasir akan dilakukan setelah pembangunan breakwater selesai. Namun, secara umum pengisian pasir direncanakan di tahun kedua, dengan total waktu pelaksanaan dua tahun hingga 2026. Proses penyedotan pasir pun disebut akan dilakukan dengan cepat, menggunakan kapal Traile suction hopper dredger (TSHD) untuk langsung memompa pasir ke ruas Kuta, Legian, dan Seminyak.
Alasan pemilihan lokasi pembangunan breakwater di Kuta, menurut Radit, adalah hasil dari detail desain awal yang telah dikaji dan disimulasikan. Selain itu, kondisi gelombang di lokasi tersebut memerlukan infrastruktur pemecah gelombang. Sementara untuk Legian dan Seminyak, hanya diperlukan pengisian pasir. Breakwater tersebut diperlukan untuk mencegah pergerakan pasir ke off shore, sehingga dibangun di lokasi yang berpotensi pasir isian bergerak ke off shore. Saat ini, untuk droping material breakwater, akses masih menggunakan jalur darat. Namun, Radit menambahkan, akan mencoba mengoordinasikan kemungkinan pengiriman material melalui jalur laut untuk mempercepat proses pengiriman.
Ditanya soal jenis batu yang digunakan, Radit mengatakan jika batu yang digunakan untuk proyek ini berasal dari Karangasem, dengan komposisi yang telah direncanakan. “Batu yang digunakan dari Karangasem untuk andesit (batu hitam) terletak di bagian bawah dan lapis pertama karena tertutup dengan batu limestone yang berwarna putih kecoklatan seperti yang ada di Discovery Mall di paling atas breakwater,” jelasnya sembari menyebut total anggaran untuk proyek sekitar Rp 260 miliar.
Sebelum memulai konstruksi, Radit mengingatkan pentingnya koordinasi dengan desa adat dan sosialisasi kepada masyarakat. “Setelah terbit SPMK kami akan laksanakan sosialisasi dahulu yang lebih detail soal pelaksaan pekerjaannya. Kita mungkin sosialisanya tidak cuma sekali, tetapi beberapa kali disesuaikan dengan kebutuhan dengan pelaksanaan. Tapi, sosialisasi detail desain sudah kami lalukan berkali-kali termasuk sosialisasi izin lingkungan sudah,” katanya. 7 ol3
Komentar