5 Sulinggih Muput Tabuh Gentuh di Pura Pasar Agung
Karya Tabuh Gentuh
Pura Pasar Agung Besakih Tohlangkir
WHDI Karangasem
Plt Bupati Karangasem
I Wayan Artha Dipa
AMLAPURA, NusaBali - Karya Tabuh Gentuh serangkaian Karya Tabuh Gentuh lan Nubung Daging di Pura Pasar Agung Besakih Tohlangkir, dipuput 5 sulinggih. Prosesi upacara berlangsung di jaba pura, Banjar Sogra, Desa Sebudi, Kecaman Selat, Karangasem, Sukra Umanis Pahang, Jumat (1/11).
Kelima sulinggih tersebut Ida Bujangga Rsi Wiawastana dari Gria Anyar Sari, Desa Sembung, Kecamatan Mengwi, Badung, Ida Pedanda Dwija Dinata dari Gria Beten Bunut, Desa Sibang Kaja, Kecamatan Abiansemal, Badung, Ida Pedanda Gede Suyasa dari Gria Taman Sari Manuaba, Banjar Tengah, Desa Duda, Kecamatan Selat, Ida Pedanda Wayan Demung dari Gria Demung, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, dan Ida Bujangga Rsi Istri Jayanti dari Gria Anyar Sari, Desa Sembung, Kecamatan Mengwi, Badung.
Karya Tabuh Gentuh yang bertujuan untuk menetralisir pengaruh bhuta kala agar semesta jadi harmonis sebelum puncak Karya Tabuh Gentuh lan Nubung Daging, Purnama Kalima, Saniscara Paing Merakih, Sabtu (16/11). Selama prosesi upacara dipentaskan tari rejang renteng sebanyak 80 penari dari anggota WHDI Karangasem dikoordinasikan Ketua WHDI Ni Nyoman Supadmi. Sedangkan, tari baris gede, rejang dewa, rejang sari, dan tari topeng sidhakarya dikoordinasikan Perbekel Muncan, Kecamatan Selat I Wayan Tunas. Sebab yang ngayah itu seluruh perangkat Pemerintah Desa Muncan, beserta PKK Desa Muncan.
Khusus penari rejang sari di bawah koordinasi Ni Wayan Ciriani bersama 30 penari. Topeng sidhakarya menampilkan 5 penari topen, yakni I Ketut Putrayasa, Putu Ade Januarta, I Gusti Ngurah Winata, I Komang Pasek dan I Made Sugi. Sedangkan tari wayang lemah, dengan dalang Jro Mangku Abdiasa, dari Gria Nataran Alit, Banjar Bambang, Desa/Kecamatan Rendang.pementasan tari wali silih berganti, menambah khusyuknya prosesi upacara.
Hadir di upacara itu Plt Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa, Kapolres AKBP I Nengah Sadiarta, dan undangan lainnya. Prosesinya mulai pukul 11.00 Wita, melibatkan pangayah desa adat se-Kecamatan Selat, yang mewilayahi 27 desa adat.
Prosesi diawali melakukan pembersihan di mandala upacara, menyusul melaksanakan upacara Bumi Sudha, berlanjut upacara mlaspas pedagingan, upacara caru balik sumpah, dan menggelar nasi tawur.
Di dalam upacara itu juga mempersembahkan banten bagia pule kerti, dan banten catur. Banten catur itu sebagai lambang menghadirkan empat kemahakuasaan Ida Sang Yang Widhi, dalam bentuk cadu sakti, yang terdiri dari empat warna, sebagai simbol manifestasi Tuhan. Warna Putih manifestasi Tuhan sebagai Dewa Iswara, warna merah manifestasi Tuhan sebagai Dewa Brahma, warna hitam manifestasi Tuhan sebagai Dewa Wisnu dan gabungan ketiga warna itu manifestasi Tuhan sebagai Dewa Siwa.
"Karya Tabuh Gentuh itu dilaksanakan, untuk menyomiakan unsur bhuta kala, sebelum puncak Karya Nubung Daging," jelas Manggala Karya Jro Mangku Wayan Sukra.7k16
Komentar