Penghasilan Petani Bali Belum Menutupi Kebutuhan Rumah Tangga
DENPASAR, NusaBali.com - Penghasilan para petani di Bali nyatanya belum dapat menutupi kebutuhan konsumsi rumah tangga. Ini terlihat dari indeks Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) pada Oktober 2024.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat indeks NTP Bali pada Oktober 2024 belum mencapai 100. Indeks Harga yang Diterima (It) masih lebih rendah dari Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yaitu 120,18 berbanding 121,66.
“Berdasarkan kedua indeks ini menghasilkan NTP pada Oktober 2024 sebesar 98,78. Naik dibandingkan September 2024 sebesar 0,43 persen. Tapi, nilai ini masih di bawah 100," kata Plt Kepala BPS Bali Kadek Agus Wirawan saat rilis berita statistik bulanan di Denpasar, Jumat (1/11/2024).
Kata Wirawan, NTP adalah proksi indikator untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan petani. Gambaran ini diperoleh dari perbandingan antara It dan Ib. Indeks Harga yang Dibayar Petani atau Ib ini termasuk biaya konsumsi rumah tangga, produksi, dan barang modal.
It dan Ib Oktober 2024 ini sama-sama naik dibandingkan bulan sebelumnya. It naik 0,58 persen dari 119,48 menjadi 120,18 pada Oktober. Sedangkan Ib naik tipis 0,16 persen dari 121,47 ke 121,66. Kenaikan It belum mampu mengatrol NTP ke 100 atau lebih sehingga pendapatan petani masih lebih kecil dari pengeluarannya.
Indeks NTP subsektor tanaman pangan, hortikultura, peternakan, dan pembudidayaan ikan (NTPi) mengalami kenaikan. Sementara subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR), perikanan, dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) turun di lebih dari satu persen.
Subsektor yang nilai tukarnya sudah di atas 100 juga mengalami penurunan seperti NTPR turun minus 1,56 persen dari 104,43 menjadi 102,80 pada Oktober 2024. Budidaya ikan jadi satu-satunya subsektor yang bisa tersenyum lantaran NTPi-nya sudah di atas 100, naik 0,10 persen ke 108,63 pada Oktober.
Jika ditelaah lebih jauh, NTP Bali dibebani biaya konsumsi rumah tangga. Sebab, kalau dilihat dari kacamata Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Bali, nilainya sudah di atas 100. NTUP ini dihitung serupa NTP namun menghilangkan aspek biaya konsumsi rumah tangga. Sehingga, It jadi lebih tinggi daripada Ib.
"Hampir sama dengan NTP, tapi di NTUP ini dikeluarkan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) untuk barang-barang konsumsi. Sehingga, Ib berubah menjadi 116,38. Menghasilkan NTUP Oktober 2024 sebesar 103,26 naik sebesar 0,56 persen dibandingkan September 2024," jelas Wirawan.
Untuk itu, secara aktivitas produksi saja seperti biaya yang dikeluarkan untuk produksi dan barang modal, petani Bali terbilang surplus. It tetap sebesar 120,18 dan Ib menjadi sebesar 116,38 pada Oktober 2024. Pemasukan petani jadi lebih besar daripada pengeluarannya.
Namun, ketika petani Bali dihadapkan pada biaya konsumsi rumah tangga, pengeluaran petani menjadi bertambah. Penambahan beban pengeluaran di luar aktivitas produksi ini belum dapat ditutupi penghasilan yang didapat petani selama Oktober 2024 ini. *rat
“Berdasarkan kedua indeks ini menghasilkan NTP pada Oktober 2024 sebesar 98,78. Naik dibandingkan September 2024 sebesar 0,43 persen. Tapi, nilai ini masih di bawah 100," kata Plt Kepala BPS Bali Kadek Agus Wirawan saat rilis berita statistik bulanan di Denpasar, Jumat (1/11/2024).
Kata Wirawan, NTP adalah proksi indikator untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan petani. Gambaran ini diperoleh dari perbandingan antara It dan Ib. Indeks Harga yang Dibayar Petani atau Ib ini termasuk biaya konsumsi rumah tangga, produksi, dan barang modal.
It dan Ib Oktober 2024 ini sama-sama naik dibandingkan bulan sebelumnya. It naik 0,58 persen dari 119,48 menjadi 120,18 pada Oktober. Sedangkan Ib naik tipis 0,16 persen dari 121,47 ke 121,66. Kenaikan It belum mampu mengatrol NTP ke 100 atau lebih sehingga pendapatan petani masih lebih kecil dari pengeluarannya.
Indeks NTP subsektor tanaman pangan, hortikultura, peternakan, dan pembudidayaan ikan (NTPi) mengalami kenaikan. Sementara subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR), perikanan, dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) turun di lebih dari satu persen.
Subsektor yang nilai tukarnya sudah di atas 100 juga mengalami penurunan seperti NTPR turun minus 1,56 persen dari 104,43 menjadi 102,80 pada Oktober 2024. Budidaya ikan jadi satu-satunya subsektor yang bisa tersenyum lantaran NTPi-nya sudah di atas 100, naik 0,10 persen ke 108,63 pada Oktober.
Jika ditelaah lebih jauh, NTP Bali dibebani biaya konsumsi rumah tangga. Sebab, kalau dilihat dari kacamata Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Bali, nilainya sudah di atas 100. NTUP ini dihitung serupa NTP namun menghilangkan aspek biaya konsumsi rumah tangga. Sehingga, It jadi lebih tinggi daripada Ib.
"Hampir sama dengan NTP, tapi di NTUP ini dikeluarkan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) untuk barang-barang konsumsi. Sehingga, Ib berubah menjadi 116,38. Menghasilkan NTUP Oktober 2024 sebesar 103,26 naik sebesar 0,56 persen dibandingkan September 2024," jelas Wirawan.
Untuk itu, secara aktivitas produksi saja seperti biaya yang dikeluarkan untuk produksi dan barang modal, petani Bali terbilang surplus. It tetap sebesar 120,18 dan Ib menjadi sebesar 116,38 pada Oktober 2024. Pemasukan petani jadi lebih besar daripada pengeluarannya.
Namun, ketika petani Bali dihadapkan pada biaya konsumsi rumah tangga, pengeluaran petani menjadi bertambah. Penambahan beban pengeluaran di luar aktivitas produksi ini belum dapat ditutupi penghasilan yang didapat petani selama Oktober 2024 ini. *rat
Komentar