Karateka Bali Pertama Raih Emas SEAG
Cok Istri Agung Sanistya Rani andalkan teknik Mawashi Geri dan Ura Mawashi Geri untuk jinakkan karateka Thailand di final
Cok Istri Agung Sanistya Rani Disemangati Langsung Ibu-Adik
KUALA LUMPUR, NusaBali
Karateka Cokorda Istri Agung Sanistya Rani, 23, berhasil mempersembahkan medali emas bagi kontingen Indonesia melalui kumite kelas -61 kg putri cabang karate SEA Games XXIX 2017, Selasa (23/8) sore. Pegawai Kontrak BKD Provinsi Bali ini pun menjadi karateka asal Bali pertama yang sabet medali emas dalam sejarah SEA Games.
Cok Istri Agung Sanistya Rani yang akrab disapa Coki berhak atas medali emas, setelah dalam tarung final kumite kelas -61 kg SEA Games XXIX 2017 di Hall 1 Kuala Lumpur Convention Centre, Malaysia, Selasa sore sekitar pukul 17.30 Wita, sukses mengfalahkan karateka Thailand, Arm Sukkiaw, dengan skor telak 7-0. Sukses Cok Istri ini disaksikan langsung oleh ibundanya, Cokorda Istri Agung Surat Mirah, dan adik bungsunya yakni Cokorda Gede Bagus Kusuma Nanda, yang terbang khusus ke Kuala Lumpur.
Pelatih Cok Istri dari Bali, Putu Deddy Mahardika, juga hadir ke Kuala Lumpur. Demikian pula teman dekat Cok Istri, I Made Budi Kertiyasa. Berkat kehadiran keempat orang dekat yang tiada henti-hentinya memberikan duku-ngan dari pinggir lapangan kemarin, Cok Istri tampil mengesankan meng-hadapi karatreka Thailand. Karateka yang dibesarkan Dojo Inkai di Jembrana ini pun berhak atas medali emas, setelah menang mutlak 7-0.
Ini merupakan medali emas pertama yang dipersembahkan Cok Istri bagi kontingen Indonesia, dalam dua kali penampilannya di arena SEA Games. Sebelumnya, dalam aksi perdananya di SEA Games XXVII Myanmar 2013, Cok Istri hanya berhasil persembahkan medali perak kumite beregu putri dan medali perunggu kumite kelas -61 kg. Sedangkan dalam SEA Games XXVIII Singapura 2015, cabang karate tidak dipertandingkan.
Dengan keberhasilan ini, Cok Istri Agung Sanistya Rani praktis mengukir sejarah sebagai karateka asal Bali pertama yang mempersembahkan medali emas buat kontingen Merah Putih di arena SEA Games, sejak partisipasi perdana Indonesia dalam pesta olahraga multievent dua tahunan di Kuala Lumpur tahun 1977. Prestasi terbaik karateka asal Bali sebelumnya adalah medali perak SEA Games, sebagaimana dibukukan Nyoman Sumayasa (spesialis nomor kata) beberapa tahun lalu.
Cok Istri sendiri mengaku sangat bangga akirnya bisa mempersembahkan medali emas bagi kontingen Indonesia dalam SEA Games XXIX Kuala Lumpur 2017 ini.
"Senang-lah dapat medali emas. Memang ini yang saya impikan," ujar Cok Istri dilansir Antara di Kuala Lumpur, Rabu petanng. Ketika ditanya strategi apa yang dia buat untuk menghadapi lawan di final itu, Cok Istri mengaku hanya pelajari gerakan.
"Pertandingan-pertandingan lawan (karateka Thailand, Arm Sukkiaw, Red) sebelumnya telah saya pelajari. Sebetulnya, lawan terberat adalah yang dari Vietnam,” papar karateka Inkai kelahiran Klungkung, 31 Desember 1994, yang kini bekerja sebagai pegawai kontrak di Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Bali ini.
Karateka peraih medali emas kumite kelas -55 kg PON 2016 ini berharap tetap bisa berada di Pelatnas. "Saya ingin terus mengharumkan nama bangsa di kancah internasional, makanya saya berharap bisa tetap di pelatnas," tegas anak sulung dari empat bersaudara pasangan Cokorda Gede Purnomosidhi dan Cokorda Istri Agung Surat Mirah, yang sejak kecil sekolah di Negara, Jembrana ini.
Sementara itu, teman dekat Cok Istri, Made Budi Kertiyasa, yang datang langsung ke Kuala Lumpur, mengatakan sukses ini tidak terlepas berkat doa semua pihak. “Ya, berkat doa semua pihak, Coki mendapatkan medali emas. Dia mengalahkan karateka Thailand 7-0,” ujar Budi Kertiyasa kepada NusaBali melalui pesan elektroniknya, Rabu petang.
Sedangkan pelatih Cok Istri, Putu Dedy Mahardika, mengatakan medali emas SEA Games yang diraih anak asuhannya merupakan kado bagi HUT ke-72 Kemerdekaan RI, 17 Agustus 2017. “Sangat bersyukur-lah atas keberhasilan Coki mempersembahkan emas bagi Indonesia. Terlebih, Indonesia baru saja merayakan Ultah ke-72 Agustus kemarin,” ucap Putu Dedy, yang kemarin juga menyaksikan langsung penampilan Cok Istri di Kuala Lumpur.
Putu Dedy mengatakan, dia bisa berangkat ke Kuala Lumpur bersama ibunda, adik bungsu, dan teman Cok Istri, atas bantuan mantan Manajer Tim Karate Bali di PON 2016 lalu, Arman Setiawan. Putu Dedy sendiri sempat bicara dan memberikan motivasi kepada Cok Istri sebelum final kemarin.
“Saya katakan kepada Coki agar dia mewujudkan impian ibu saya, yang merupakan janda dari almarhum ayah saya, Ketut Suriata. Beliau merupakan pelatih yang memegang Coki dari nol di karate. Impian ibu saya adalah agar ada karateka asuhan suaminya meraih medali emas SEA Games. Impian itu menjadi kenyataan,” kata Putu Dedy.
Menurut Putu Dedy, sebenarnya dia agak was-was dengan penampilan Cok Istri. Pasalnya, Cok Istri sudah kena tiga hukuman pelanggaran kategori dua. Bila Cok Istri kembali melakukan satu kali lagi pelanggaran, dia bisa dinyatakan kalah dan medali emas di depan mata akan sirna. “Beruntung, penampilan Coki berakhir sangat bagus. Dia tidak membuat kesalahan, sehingga medali emas diraihnya,” tegas Putu Dedy.
Putu Dedy menyebutkan, dari teknik tendangan Mawashi Geri, Cok Istri mendapat nilai 3. Sedangkan teknik Ura Mawashi Geri, Cok Istri juga memperoleh nilai 3. Sementara teknik Kizami Tsuki menghasilkan nilai 1. “Teknik tendangan Mawashi Geri dan Ura Mawashi Geri adalah andalan saya saat dulu masih menjadi atlet,” papar Putu Dedy yang notabene mantan pelatih karate nasional. *k22
Komentar