ZONAEBT Gaungkan Green Jobs Forum: Transisi Adil Menuju Keberlanjutan
JAKARTA, NusaBali.com - ZONAEBT, bersama para ahli dalam bidang energi terbarukan dan kebijakan hijau, mengundang para praktisi profesional dari sektor energi hijau, perwakilan industri energi, mahasiswa, dan masyarakat umum untuk bersama-sama mempelajari pentingnya mempersiapkan diri menghadapi transisi menuju keberlanjutan.
Perubahan iklim kini telah menimbulkan berbagai macam dampak serius yang dapat mengancam kehidupan dan mata pencaharian makhluk hidup, terkhusus manusia. Green Jobs Forum ini menjadi platform penting bagi pemerintah, sektor swasta, organisasi, masyarakat sipil, dan akademisi untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman terbaik dalam menciptakan peluang kerja yang berkelanjutan.
ZONAEBT, platform informasi dan edukasi energi terbarukan dengan bangga telah menyelenggarakan Green Jobs Forum dengan tema ‘Transisi Adil Menuju Keberlanjutan’ pada 5 November 2024. Forum ini mengeksplorasi berbagai inisiatif yang dapat diambil untuk memastikan bahwa transisi menuju ekonomi hijau tidak hanya efektif, tetapi juga inklusif dan adil bagi semua lapisan masyarakat.
Selain itu, forum ini bertujuan untuk mempertemukan berbagai pemangku kepentingan dalam upaya mendiskusikan dan merumuskan strategi transisi yang adil menuju keberlanjutan, khususnya dalam menciptakan lapangan kerja ramah lingkungan.
Forum ini menghadirkan para ahli terkemuka, termasuk Gilang Amaldi (Koordinator Pembinaan Penyelenggaraan Pelatihan Vokasi - Direktorat Bina Penyelenggaraan Pelatihan Vokasi dan Pemagangan - Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan Vokasi dan Produktivitas - Kementerian Ketenagakerjaan), serta Budiman R. Saragih (Widyaiswara Muda PPSDM KEBTKE ESDM).
Para pembicara tersebut berbagi wawasan tentang transformasi ekonomi hijau, kebijakan Green Jobs, dan transisi adil bagi pekerja di industri tradisional.
Perubahan iklim memberikan dampak pada tumbuhnya permintaan akan Green Jobs, menyebabkan munculnya berbagai isu, yang jika tidak mendapatkan solusi akan mengakibatkan tumbuhnya isu baru, contohnya industri yang tidak mumpuni, kurangnya inovasi industri dan tekanan dari berbagai krisis global ekonomi yang dapat menimbulkan pemecatan secara masal.
Gilang Amaldi, membahas mengenai topik ‘Transformasi Ekonomi Hijau: Peluang dan Tantangan dalam Era Transisi’ mengungkapkan, “Hingga tahun 2060 nanti, energi-energi terbarukan diproyeksikan akan semakin meningkat. New and renewable energy ini, artinya batu bara tidak stop 100 persen, secara bertahap karena kebutuhan energi untuk industri, transportasi dan sebagainya cukup besar. Bagaimana kita perlu meningkatkan renewable energy ini, di kehidupan sehari-hari kita.”
Selain itu, diperlukan strategi untuk membangun ekosistem yang mendukung Green Jobs, termasuk peran asosiasi dan dunia industri, agar pendapatan domestik bruto meningkat tanpa merusak lingkungan, hal ini menjadi tantangan utama dalam transisi ekonomi. “Harapannya, dengan adanya Green Jobs ini kita dapat melaksanakan kepentingan nasional kita, bagaimana energi kita tercukupi tetapi energi kita tetap ramah, limbah berkurang, polusi berkurang, kita lebih sehat, ekosistem lebih baik, dan kita bisa beradaptasi dengan perubahan iklim,” ujar Gilang.
Dimoderatori oleh Muhammad Fachmi Kurniawan, Vice Chairman Special Project SRE Indonesia, turut hadir dalam diskusi pertama Budiman R. Saragih (Widyaiswara Muda Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan PPSDM KEBTKE ESDM), Dian Evira Rosa (Deputy Team Leader and Component Manager Communication Renewable Energy Skills Development/RESD), dan Julius Christian Adiatma (Peneliti Institute for Essential Services Reform/IESR) yang akan memulai diskusi mengenai ‘Membangun Fondasi untuk Green Jobs: Keterampilan, Pendidikan, dan Kebijakan.’
Terdapat dua jenis Green Jobs, yaitu teknis dan non-teknis. Contoh pekerjaan teknis termasuk teknisi energi terbarukan, yang memiliki keterampilan khusus, sedangkan pekerjaan non-teknis meliputi bagian akuntan dan bagian hukum yang mendukung. Selain itu, perkembangan kebijakan pemerintah mendukung Green Jobs melalui undang-undang yang mewajibkan sertifikasi sangat penting untuk menciptakan tenaga kerja yang terampil dan siap menghadapi tantangan di sektor energi baru. Transisi energi memerlukan strategi regulasi yang kuat dan pengembangan kompetensi tenaga teknik untuk memastikan kesiapan SDM. Hal ini krusial untuk mendukung pertumbuhan sektor energi hijau.
Pendidikan dan pelatihan vokasi menjadi fokus untuk mempersiapkan tenaga kerja menuju green jobs. Kerjasama dengan kementerian terkait terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Keterampilan teknis dan non-teknis sangat dibutuhkan di sektor energi terbarukan.
Pengembangan soft skills juga penting untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja. Green jobs mencakup berbagai bidang, termasuk biomassa dan pengurangan emisi gas rumah kaca. Peluang kerja di sektor ini terus berkembang seiring dengan kebijakan pemerintah.
Kemudian pada diskusi sesi kedua yang membahas mengenai ‘Menjembatani Kesenjangan: Strategi Transisi Adil untuk Industri dan Pekerja’, yang akan dimoderatori oleh Andi Rosita Dewi, Founder-Chief Executive Officer GAWIREA. Serta turut hadir, Teuku Rengga Felamona, Projects Development Head Adaro Green Meidyna Silva, Sr. Human Resources at PT Sesna Firman Dharmawan, Sr. Manager, Corporate Sustainability and Risk Management PT Medco Energi International Tbk.
Transisi energi yang adil merupakan kebutuhan mendesak untuk mendukung keberlanjutan dan ekonomi hijau di Indonesia. Diskusi ini berfokus pada tantangan dan peluang dalam mencapai target energi terbarukan, tantangan dalam mencapai target NDC 2025 sebesar 23% energi terbarukan masih menjadi perhatian. Sektor industri diharapkan berkontribusi lebih untuk memenuhi target tersebut, perusahaan energi terbarukan seperti Sesna berperan penting dalam menciptakan lapangan kerja baru. Mereka memanfaatkan potensi energi seperti tenaga solar dan angin di Indonesia. Namun, pendidikan tentang energi terbarukan masih minim di Indonesia, hanya terdapat beberapa SKS terkait di beberapa kampus. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan kurikulum di institusi pendidikan.
Perusahaan harus beradaptasi terhadap regulasi dan insentif yang berubah untuk mendorong pengembangan energi terbarukan. Hal ini penting untuk mencapai keberlanjutan dan profitabilitas dalam bisnis. Pendanaan untuk proyek energi terbarukan menjadi semakin penting, terutama dalam konteks industri gas sebagai bahan bakar transisi. Ini membutuhkan kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta. Strategi untuk mengurangi emisi melibatkan pengembangan teknologi dan implementasi energi terbarukan, seperti solar dan angin, serta adaptasi terhadap risiko iklim. Transisi energi di Indonesia memerlukan kolaborasi dan komunikasi yang efektif antara semua pihak. Adaptasi dan inovasi dalam sektor energi sangat penting untuk menghadapi tantangan masa depan
Kemudian dalam sesi terakhir terdapat Showcase Inovasi mengenai ‘Inovasi Untuk Masa Depan Hijau: Solusi Praktis dan Teknologi Baru’. Pengolahan limbah dan pengembangan energi bersih merupakan isu penting di Indonesia. Startup teknologi energi bersih berperan dalam menciptakan lapangan kerja hijau yang berkelanjutan.Muhammad Rifqi Al-Ghifari, Chief Business Officer BANANA and Partner, mengatakan & perwakilan dari KSTEB, “Pencari kerja memiliki beberapa tantangan, pertama keterampilan khusus karena case by casenya sangat susah, khususnya beberapa case yang sangat spesial seperti pengolahan limbah yang sebelumnya tidak ada dan hanya dikuasai oleh beberapa orang. Kedua, kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang green jobs dan terakhir standar serta sertifikasi yang belum seragam.”
Kolaborasi dengan perusahaan Korea Selatan menunjukkan potensi pengembangan teknologi energi bersih, menciptakan sinergi antara inovasi lokal dan internasional dalam bidang hijau. Namun, ada tantangan dalam pengembangan pekerjaan hijau, terutama terkait keterampilan khusus yang dibutuhkan. Banyak pencari kerja kesulitan memenuhi standar kompetensi di sektor ini.
Selain itu, kesadaran masyarakat tentang pentingnya pekerjaan hijau masih rendah, sehingga perlu ada upaya untuk meningkatkan pengetahuan. Bisnis yang ramah lingkungan juga harus didorong agar dapat menciptakan lebih banyak lapangan kerja.
Penyelenggaraan acara ini menjadi salah satu diskusi penting mengenai transformasi menuju ekonomi hijau, menghadirkan para pembicara ahli di bidangnya. Forum ini membahas berbagai tantangan dan peluang untuk menciptakan green jobs, serta inovasi-inovasi yang diperlukan guna mendukung lingkungan berkelanjutan melalui teknologi baru. "Sejalan dengan hal tersebut, melalui green jobs ini, kami berupaya agar setiap pekerja dapat bertransisi secara adil dan berkelanjutan, sejalan dengan visi ZONAEBT untuk memberdayakan individu dan organisasi dalam transisi menuju energi yang berkeadilan dan berkelanjutan," ujar I Kadek Alamsta Suarjuniarta, CEO & Founder ZONAEBT.com dalam perhelatan Green Jobs Forum: Transisi Adil Menuju Keberlanjutan.
ZONAEBT bersama dengan seluruh masyarakat Indonesia dan media bersama-sama berkontribusi dalam transisi menuju keberlanjutan yang lebih baik melalui penciptaan pekerjaan yang tidak hanya mendukung ekonomi, tetapi juga lingkungan dan masyarakat. Hal ini guna menciptakan masyarakat yang dapat memanfaatkan energi bersih demi kehidupan di masa depan.
Komentar