Delapan Ekor Burung Jalak Bali akan Dilepasliarkan di Tejakula
SINGARAJA, NusaBali - Sebanyak delapan ekor burung Jalak Bali atau Leucopsar Rothschildi akan dilepasliarkan di hutan Desa/Kecamatan Tejakula, Buleleng.
Rencana pelepasan satwa endemik Pulau Bali ini diketahui setelah adanya sosialisasi terkait peraturan desa (Perdes) dan Pararem dari Desa Adat beberapa waktu lalu.
Camat Tejakula, I Gede Suyasa menjelaskan delapan ekor jalak Bali yang akan dilepasliarkan itu merupakan bantuan dari yayasan Friends Of Nature People and Forest (FNPF). Yayasan sebelumnya telah menerima usulan yang dibuat oleh pihak Desa Adat dan Dinas Tejakula, serta tokoh masyarakat lainnya.
Selanjutnya selama kurang lebih 8 bulan penantian dilakukan survei lokasi untuk memastikan lokasi pelepasan sudah sesuai dan tepat untuk keberlangsungan hidup dari satwa dilindungi tersebut. Adapun delapan ekor burung Jalak Bali yang berencana dilepas itu terdiri dari empat pasang, masing-masing empat ekor jantan dan betina.
“Yayasan yang mendonasikan sebelumnya sudah melakukan survei baik iklim, habitat dan lainnya. Burung sudah datang kemarin dan saat ini masih di penangkaran. Sebelum nanti dilepas sekitar bulan Desember ketika hujan sudah mulai turun supaya pakannya terpenuhi,” terang Suyasa, dikonfirmasi Rabu (6/11) siang.
Lebih lanjut Suyasa menyampaikan jika beberapa langkah atau upaya sebelum dilakukan pelepasan satwa dilindungi tersebut mulai dilakukan. Salah satunya mengedukasi masyarakat untuk ikut menjaga agar habitat burung tetap terjaga atau menjadi sasaran dari pemburu. Masyarakat pun mulai diedukasi terkait Perarem dan Perdes untuk melindungi keberadaan Jalak Bali.
"Sangat beruntung kami bisa dipilih disetujui di sini jadi tempat pelepasliaran. Maka dari itu tentu kami sosialisasikan kepada masyarakat, sebab bisa saja mereka belum mengetahui seperti apa Jalak Bali. Selain itu mereka bisa ikut berperan sebagai polisi dalam artian berani menegur kalau ada orang berburu atau mengganggu Jalak Bali. Kalau tidak bisa ditegur serahkan ke pihak adat,” jelasnya.
Selain itu, pihaknya juga tengah merancang agar habitat jalak Bali bisa tetap bertahan dan pakannya tercukupi setelah musim hujan. Rencananya, pihak camat dan aparatur desa akan melangsungkan penanaman pohon yang menjadi sumber makanan dari burung tersebut dengan menggandeng para petani di sekitar lokasi pelepasliaran.
“Jadi bagaimana kami bisa merekayasa situasi lingkungan agar jalak itu betah ada di wilayah kita. Baik dari pakan harus kita pikirkan dari sekarang agar keberlangsungan jalak bisa tetap bertahan,” pungkas dia.7 mzk
1
Komentar