Dari Ibu Rumah Tangga Tercipta Tas Lukis untuk Turis
DENPASAR, NusaBali - Bali sebagai daerah tujuan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, membuka banyak peluang usaha bagi warganya. Inovasi-inovasi usaha yang menggaet wisatawan sebagai pangsa pasar terus berkembang, salah satunya usaha kerajinan tangan.
Di pusat Kota Denpasar, seorang perempuan memasarkan produk tas lukis buatan warga lokal yang memadukan kekayaan seni Bali dengan kebutuhan wisatawan untuk oleh-oleh. Komang Ayu Kusuma Dewi, 60, seorang ibu rumah tangga, beberapa tahun lalu mencoba peruntungannya di usaha ini.
Produk tas lukis ini pertama kali dibuat karena Komang Ayu bingung hendak memberikan oleh-oleh apa bagi temannya yang berkunjung ke Pulau Dewata. “Kami sering membelikan suvenir, tapi apa sih yang unik bisa langsung dipakai, sedangkan Bali pelukisnya terkenal, tapi kalau kasih lukisan hanya bisa dipajang,” kata dia, bercerita kepada Antara, seperti dilansir Jumat (8/11).
Berbekal sedikit ilmu desain dan memiliki orang tua penjahit, Komang Ayu mencoba melahirkan tas lukis sederhana. Tas lukis yang pertama dibuat dan dijahit berbahan kanvas dan dilukis bergambar bunga. Tidak disangka, uji coba itu justru mendatangkan banyak pembeli.
Akhirnya seiring berjalannya waktu, ibu dua anak ini rutin memproduksi tas lukis, dengan menggandeng enam penjahit dan hampir 20 pelukis di saat pesanan membeludak. Usaha yang dirintisnya itu bukan hanya menguntungkan dirinya, tapi juga mampu memberdayakan warga lainnya untuk menjahit dan melukis.
Tas lukis produk Komang Ayu terkenal dengan ciri khas lukisan bunga, dari jenis jepun Bali, hingga beragam anggrek, bahkan kini sudah berkembang dengan lukisan aktivitas Bali, seperti menari, kegiatan di pasar, dan tradisi melasti.
Bahan yang digunakan pun terus berkembang, tidak hanya kanvas, tapi juga goni, tenun endek, rotan, hingga kulit. Desain bentuknya tidak melulu tas bahu wanita yang formal, ada pula tas selempang, ransel, tas laptop, dompet, hingga tas model kekinian.
Mengembangkan tas lukis penting untuk menjaga minat pembeli, sebab pemilik usaha kreatif selalu dituntut berkreasi dan berinovasi dalam menghadapi perkembangan zaman. Berbeda usia, gender, dan lingkungan sosial, mempengaruhi kesukaan seseorang terhadap barang. Ini dirasakan Komang Ayu, di mana pembeli tas lukis sebagai oleh-oleh khas Bali lebih banyak adalah perempuan, dengan usia di atas 25 tahun atau sudah menikah.
Proses desain kerajinan ini dilakukan sendiri, selanjutnya ditentukan apakah proses lukis dikerjakan saat tas sudah dijahit atau saat masih berupa bahan, sehingga ada dua alternatif.
Tenaga penjahit yang dia pekerjakan adalah warga lokal sebagai upaya pemberdayaan warga sekitar. Sebanyak dua sampai tiga orang bekerja di dalam toko, sisanya membawa pulang bahan dan dikerjakan fleksibel.
Untuk proses lukis, seluruh pelukisnya adalah seniman Bali dari berbagai daerah. Mereka tidak melukis dengan cat tekstil sembarang, tetapi ada campuran khusus yang memastikan cat tidak mudah luntur. Para seniman itu bekerja secara fleksibel, yakni bisa dari rumah masing-masing agar lebih mudah dan cepat pengerjaannya.
Kini, usaha lebih stabil. Dalam satu bulan, tas lukis yang diproduksi jumlahnya bisa lebih dari 300, belum lagi dompet dan tas-tas kecil aksesoris yang bisa lebih dari 500. Semua yang diproduksi, kesamaan desain yang ada hanya pada bentuknya, sementara lukisannya dipastikan berbeda. Karena itu, setiap pembeli akan merasa bangga dengan barang ekslusifnya karena hanya ada satu-satunya.
Dulu Komang Ayu tidak menyangka ide awalnya memadukan seni lukis khas Bali dengan tas, membuatnya menjadi yang pertama mencetuskan usaha ini. Pada 2019 produknya sempat viral karena didatangi Ibu Negara Iriana Joko Widodo dan jajaran OASE KIM. Bergantian, instansi pemerintah dan komunitas yang didominasi perempuan juga datang untuk membeli, diikuti wisatawan, terutama domestik.
Komang Ayu berterima kasih kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Bali yang telah memfasilitasi usahanya untuk semakin dikenal, salah satunya diikutkan dalam ajang PKB. Selam 30 hari dalam ajang pesta tahunan itu hasil kerajinan tas tersebut dipamerkan.
Di tengah banyaknya pusat oleh-oleh, maraknya pedagang di sekitar objek wisata, dan membeludaknya wisatawan mancanegara, UMKM satu ini tidak mau ketinggalan. Komang Ayu mencoba peruntungan di dunia digital, produk tas lukis dikenalkan di berbagai platform, dan ternyata pangsa pasar turis domestik masih kuat untuk produk ini.
Jika sebelum pandemi Covid-19 rombongan besar memadati toko sederhana di tengah gang itu, kini berganti dengan rombongan kecil, ditambah pesanan daring dari berbagai daerah. Produk tas dan dompet lukis ini tersebar di seluruh Indonesia. Rata-rata pembelinya dari area Pulau Jawa dengan terbanyak Jakarta, kemudian Pulau Sumatera, bahkan sampai Papua. 7 ant
1
Komentar