Deklarasi Penguatan Subak Tandai Subak Spirit Festival di Jatiluwih
TABANAN, NusaBali.com – Dalam upaya menjaga dan melestarikan keberlanjutan sistem Subak di Bali, Kementerian Kebudayaan bersama Pemerintah Provinsi Bali, lima kabupaten, serta berbagai elemen masyarakat menggelar deklarasi khusus pada acara pembukaan Subak Spirit Festival di Jatiluwih, Tabanan, Sabtu (9/11/2024).
Deklarasi tersebut menandai komitmen kolektif untuk mempertahankan warisan budaya Subak yang telah diakui sebagai Warisan Dunia UNESCO sejak 2012.
Hadir dalam pembukaan acara tersebut Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Gede Arya Sugiartha yang mewakili Pj Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya, serta perwakilan dari lima kabupaten di Bali yang menjadi bagian dari lanskap budaya Subak.
Deklarasi ini bertujuan untuk memperkuat ekosistem kebudayaan Bali dalam kerangka Tri Hita Karana dan mendukung upaya perlindungan terhadap lima lanskap Subak yang menjadi Warisan Dunia, termasuk Pura Ulun Danu dan Danau Batur di Bangli, Lanskap Subak DAS Pakerisan di Gianyar, Lanskap Subak Caturangga Batukaru di Buleleng dan Tabanan, serta Pura Taman Ayun di Badung.
Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha menyampaikan bahwa deklarasi ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang menekankan pentingnya kedaulatan pangan bagi Indonesia. "Presiden mengarahkan agar kita tidak hanya mempertahankan produksi pangan, tetapi juga melestarikan sistem-sistem lokal seperti Subak yang memiliki nilai lebih dari sekadar pengelolaan pangan," ujarnya.
Menurut Giring, keberadaan Kementerian Kebudayaan sebagai lembaga mandiri menunjukkan tekad pemerintah untuk menempatkan budaya sebagai wajah bangsa dan negara Indonesia di kancah internasional. Ia menyebutkan, “Budaya harus menjadi wajah dari bangsa dan negara Indonesia, sebuah visi besar yang menempatkan budaya sebagai poros utama dalam pembangunan bangsa.”
Deklarasi ini juga menyoroti ancaman terhadap sistem Subak, termasuk kerusakan sumber air, konversi lahan, kurangnya regenerasi petani, dan rendahnya nilai ekonomi pertanian. Untuk mengatasi tantangan tersebut, semua pihak sepakat menguatkan ekosistem kebudayaan Subak melalui tujuh ruang aktivasi, yaitu Budaya, Ekologi, Pengetahuan, Gastronomi, Olahraga, Pertunjukan, dan Publikasi.
“Melalui Subak Spirit Festival, kita mencoba menjawab tantangan ini dengan panggilan bagi generasi muda untuk kembali pada nilai-nilai kearifan lokal dan melestarikannya,” tambah Giring. Ia menegaskan bahwa melestarikan Subak tidak hanya menjaga alam dan budaya, tetapi juga menumbuhkan ketakwaan dan menghormati warisan leluhur yang kaya akan nilai luhur.
Kementerian Kebudayaan berkomitmen untuk mendukung setiap upaya yang menguatkan ketahanan budaya dan kedaulatan pangan Indonesia, dengan harapan agar Subak Spirit Festival yang berlangsung hingga Minggu (10/11/2024) ini menjadi inspirasi bagi masyarakat, terutama generasi muda, untuk merawat dan menjaga warisan budaya ini dengan sepenuh hati.
Komentar