Wisman Tiongkok Turun, Wisata Kayu Putih Ikut Lesu
Wisatawan
Kayu Putih
Pura Babakan
Desa Adat Bayan
Desa Tua
Tiongkok
Rusia
Kunjungan
Pariwisata
Objek Wisata
DTW
TABANAN, NusaBali.com - Penurunan jumlah turis asal Tiongkok ke Bali turut mempengaruhi objek wisata yang mengandalkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), tidak terkecuali Wisata Kayu Putih di Desa Adat Bayan, Desa Tua, Kecamatan Marga, Tabanan.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat, kunjungan wisman asal Tiongkok mengalami penurunan di September 2024. Pelancong dari Negeri Tirai Bambu lesu sebesar minus 7,51 persen dari bulan sebelumnya menjadi 41.002 kunjungan di September.
Ketua Pengelola Wisata Kayu Putih I Made Kurna Wijaya menuturkan, kunjungan ke wisata di kawasan Pura Babakan itu memang sedang lesu. Setiap harinya, wisatawan yang datang rata-rata di bawah 50 orang per hari. Hanya saja, saat akhir pekan angkanya cukup membaik ke 50 orang atau lebih.
“Penurunan ini mulai terjadi sejak September lalu karena kunjungan wisatawan dari Tiongkok ke sini juga menurun. Paling sepi bisa hanya datang 15 orang sehari,” ujar Kurna yang juga Panyarikan Pura Babakan kepada NusaBali.com ketika ditemui di lokasi wisata, Minggu (9/11/2024).
Suasana kunjungan sejak akhir kuartal ketiga ini berbeda dengan paruh awal kuartal ketiga, periode Juli-Agustus 2024. Pohon raksasa yang dipercayai berusia tujuh abad ini rata-rata dikunjungi 50 orang lebih per hari. Paling ramai mencapai 80 orang dan paling sepi 30 orang sehari.
Wisatawan Tiongkok yang datang ke Kayu Putih biasanya tertarik dengan visual akar pohon yang besar. Celah-celah akar raksasa dari pohon yang dikeramatkan warga pamaksan Pura Babakan ini jadi spot foto favorit.
Di samping fotogenik, Kayu Putih juga dikunjungi wisatawan penekun meditasi. Pantauan NusaBali.com, Sabtu pagi, seorang wisatawan Rusia bernama Denis, 30, yang sudah menetap lima tahun di Bali sedang melakukan meditasi sambil menyentuh akar Kayu Putih.
“Saya sudah empat kali ke sini untuk bermeditasi. Dulu saya gila kerja tapi sekarang saya lebih banyak untuk diri sendiri, melatih pikiran,” beber Denis yang mengaku berasal dari Kota Saint Petersburg, Rusia.
Pria yang kini menetap di Canggu, Kuta Utara, Badung ini menuturkan bahwa dia bisa berkomunikasi dengan energi yang dibawa Kayu Putih. “Kami tadi sedang berbicara,” ungkap Denis.
Kurna Wijaya selaku Ketua Pengelola Wisata Kayu Putih tidak menafikan wisata alam sekaligus spiritual ini memang banyak dikunjungi penekun yoga. Di kala kunjungan wisatawan lesu seperti sekarang ini, Kayu Putih hampir pasti kedatangan pengunjung berulang seperti Denis.
“Kunjungan ke sini juga dipengaruhi intensitas kunjungan ke areal Bedugul. Kalau kunjungan ke sana sudah naik lagi, otomatis yang ke sini juga naik karena Kayu Putih dipakai singgah. Walaupun ada juga yang khusus ke sini saja,” imbuh Kurna.
Sejak naik daun sekitar 2021 lalu, pengelola belum menerapkan karcis masuk. Pengunjung hanya diminta berdonasi seikhlasnya. Kata Kurna, hal ini untuk menghindari komersialisasi kawasan sakral dan selain itu, fasilitas yang disediakan juga belum lengkap dan prima. *rat
Ketua Pengelola Wisata Kayu Putih I Made Kurna Wijaya menuturkan, kunjungan ke wisata di kawasan Pura Babakan itu memang sedang lesu. Setiap harinya, wisatawan yang datang rata-rata di bawah 50 orang per hari. Hanya saja, saat akhir pekan angkanya cukup membaik ke 50 orang atau lebih.
“Penurunan ini mulai terjadi sejak September lalu karena kunjungan wisatawan dari Tiongkok ke sini juga menurun. Paling sepi bisa hanya datang 15 orang sehari,” ujar Kurna yang juga Panyarikan Pura Babakan kepada NusaBali.com ketika ditemui di lokasi wisata, Minggu (9/11/2024).
Suasana kunjungan sejak akhir kuartal ketiga ini berbeda dengan paruh awal kuartal ketiga, periode Juli-Agustus 2024. Pohon raksasa yang dipercayai berusia tujuh abad ini rata-rata dikunjungi 50 orang lebih per hari. Paling ramai mencapai 80 orang dan paling sepi 30 orang sehari.
Wisatawan Tiongkok yang datang ke Kayu Putih biasanya tertarik dengan visual akar pohon yang besar. Celah-celah akar raksasa dari pohon yang dikeramatkan warga pamaksan Pura Babakan ini jadi spot foto favorit.
Di samping fotogenik, Kayu Putih juga dikunjungi wisatawan penekun meditasi. Pantauan NusaBali.com, Sabtu pagi, seorang wisatawan Rusia bernama Denis, 30, yang sudah menetap lima tahun di Bali sedang melakukan meditasi sambil menyentuh akar Kayu Putih.
“Saya sudah empat kali ke sini untuk bermeditasi. Dulu saya gila kerja tapi sekarang saya lebih banyak untuk diri sendiri, melatih pikiran,” beber Denis yang mengaku berasal dari Kota Saint Petersburg, Rusia.
Pria yang kini menetap di Canggu, Kuta Utara, Badung ini menuturkan bahwa dia bisa berkomunikasi dengan energi yang dibawa Kayu Putih. “Kami tadi sedang berbicara,” ungkap Denis.
Kurna Wijaya selaku Ketua Pengelola Wisata Kayu Putih tidak menafikan wisata alam sekaligus spiritual ini memang banyak dikunjungi penekun yoga. Di kala kunjungan wisatawan lesu seperti sekarang ini, Kayu Putih hampir pasti kedatangan pengunjung berulang seperti Denis.
“Kunjungan ke sini juga dipengaruhi intensitas kunjungan ke areal Bedugul. Kalau kunjungan ke sana sudah naik lagi, otomatis yang ke sini juga naik karena Kayu Putih dipakai singgah. Walaupun ada juga yang khusus ke sini saja,” imbuh Kurna.
Sejak naik daun sekitar 2021 lalu, pengelola belum menerapkan karcis masuk. Pengunjung hanya diminta berdonasi seikhlasnya. Kata Kurna, hal ini untuk menghindari komersialisasi kawasan sakral dan selain itu, fasilitas yang disediakan juga belum lengkap dan prima. *rat
Komentar